Anda di halaman 1dari 20

UA

GT
A N
I O R
YA
J A D A
M
E N
R D
B E
SURAT AT-TAHRIM Ayat 6
ٌ ‫ارةُ َع َل ْي َها َماَل ِئ َك ٌة غِ اَل‬
‫ظ شِ دَا ٌد‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأهْ لِي ُك ْم َنارً ا َوقُو ُد َها ال َّناسُ َو ْالح َِج‬
َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ون َما يُْؤ َمر‬
‫ُون‬ َ ُ‫ُون هَّللا َ َما َأ َم َر ُه ْم َو َي ْف َعل‬
َ ‫اَل َيعْ ص‬

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Kandungan ayat:
Hai orang-orang yang beriman, perihalah diri kamu antara lain dengan meneladani Nabi
Saw. dan pelihara juga keluarga kamu yakni isteri, anak-anak dan seluruh yang
berada di bawah tanggungjawab kamu dengan membimbing dan mendidik mereka
agar kamu semuaterhindar api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia yang kafir
dan juga batu-batu antara lain yang dijadikan berhala-berhala.

Apakah membimbing dan mendidik anak-anak adalah tugas istri semata?


FENOMENA FATHER HUNGER
Indonesia saat ini disebut sebagai Fatherless Country, banyak anak yang berayah namun serasa yatim karena
kurangnya ikatan antara ayah dengan anak. Sehingga terjadi kerusakan psikologis yang diderita anak-anak
karena kehilangan sosok ayah.
Hasil dari riset menunjukan bahwa seorang anak yang tanpa peran ayah:
Sebanyak 63 % anak akan mengalami masalah psikologis seperti: merasa gelisah, suasana hati yang mudah
sekali berubah, fobia, dan juga depresi.
Sebanyak 56 % lebih memiliki daya tangkap di bawah rata-rata.
Sebanyak 43 % anak sangat agresif terhadap orang tua.
REALITA SEORANG AYAH ZAMAN INI

Sebagian ayah beranggapan bahwa mendidik anak-anak adalah tanggung


jawab ibu saja, tidak ada kewajiban baginya, kecuali menjamin
kebutuhan materi bagi istri dan anak-anaknya. Karena itu kita dapati
seorang ayah mengabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah
untuk bekerja, atau bersama rekan-rekannya. Jika dia pulang ke
rumahnya, ia hanya duduk sendirian di kamar sembari
memperingatkan istrinya yang membiarkan anak-anak mengganggu
ketenangannya saat merenung dan bermimpi saat tidur.
Sebagian ayah berlalu seperti orang bisu, tidak ada waktu untuk berdialog,
bercanda dan bermain dengan anak-anaknya. 
Padahal dalam al-Qur’an dialog antara ayah dengan anaknya disebutkan sebanyak 14 kali. Sedangkan dialog ibu dan
anaknya sebanyak 2 kali dan dialog dengan keduanya sebanyak sekali. Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran
Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa harus memenuhi komposisi diatas. Seperti yang dikatakan oleh Sarah binti
Hilal binti Dakhilillah.
Syaikh Khalid Ahmad Asy-Syantut Rahimahullah berkata: “Sebenarnya, seorang ayah itu memiliki peran dalam pendidikan
anak yang secara sederhana dimulai sejak dua bulan atau tiga dari masa kelahiran anak. Perannya akan semakin
meningkat seiring pertumbuhan anak, sehingga beranjak dewasa, lebih-lebih ketika istri sibuk dengan kelahiran anak
berikutnya. Pada saat seperti itu, anak yang sudah disapih harus didekatkan dengan ayahnya secara konsisten untuk
mengurangi kecemburuannya terhadapa adiknya yang baru lahir yang akan mengambil alih kasih sayang ibunya. Anak
mulai mengenal suara ayahnya sejak tiga bulan pertama. Pada tahun kedua, seorang ayah dianjurkan untuk bermain
dengan anaknya yang sudah bisa berjalan. Ia harus bisa bermain dengan permainan sang anak dan dengan cara-cara
yang menggembirakan dan membuatnya puas.
Ketika anak telah mencapai usia empat tahun, sang ayah sebaiknya mengajak anaknya ke masjid, pasar, atau berkunjung ke
kerabat dan temannya. Mengajak anak agar mendampingi ayah akan menumbuhkan jiwa sosial yang baik, dan
menanamkan nilai-nilai luhur pada anak. (Daur Bait Fii Tarbiyati Thiflil Muslim).
KETERLIBATAN AYAH DALAM PENDIDIKAN ANAK MEMENUHI LEMBARAN SEJARAH ISLAM

Abu Bakar Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah al-Baghdadi (350H) Rahimahullah, misalnya, senantiasa memantau
pendidikan putrinya, Amat as-Salam (Ummu al-Fath, 390 H) di tengah kesibukannya sebagai hakim. Diriwayatkan oleh
al-‘Atiqi, hafalan hadits Amat as-Salam bahkan selalu dicatat oleh sang ayah.
Syaikhul Islam Abu Abbas Ahmad bin Abdillah al-Maghribi al-Fasi (560 H) rahimahullah juga tercatat mengajari putrinya 7
(tujuh) cara baca al-Qur’an, serta buku-buku hadits seperti Bukhari dan Muslim. Walaupun ada yang mengatakan bahwa
beliau terlalu sibuk dengan dakwah sehingga tidak pernah punya waktu untuk putrinya, namun hal ini dibantah oleh Imam
al-Dhahabi yang mengatakan bahwa sulit dipercaya jika ada ulama yang berperilaku seperti ini, sebab “perbuatan seperti
ini merupakan keburukan yang bertentangan dengan ajaran Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Sang teladan bagi umat
manusia ini biasa menggendong cucunya bahkan ketika sedang shalat.”
Contoh lain bisa kita dapati dari riwayat pakar pendidikan Islam Ibnu Sahnun (256H) Rahimahullah. Disebutkannya, Hakim
Isa bin Miskin selalu memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari al-Qur’an dan ilmu pengetahuan lainnya.
Demikian pula dengan Asad bin al-Furat, panglima perang yang menaklukkan kota Sicily, ternyata juga mendidik sendiri
putrinya. Nama lain yang tercatat dalam sejarah adalah Syaikh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman bin Abi Qasim al-Andalusi
(496H) dan Imam ‘Ala al-din al-Samarqandi (539H) Rahimahumullah.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab Radhiallahu Anhu pernah
berjalan merangkak, sedangkan anak-anaknya naik di punggungnya
sambil bermain. Umar berjalan seperti kuda. Orang-orangpun masuk
dan melihat Khalifah mereka sedang melakukan hal itu. Mereka
berkata : “Apa engkau pantas melakukan hal itu, Wahai Amirul
Mukminin ? Umar menjawab, “Ya, benar. Umar juga pernah berkata :
“Seorang Ayah seharusnya menjadi seperti anak-anak (yaitu dalam
kelembutan dan keterbukaan) dalam keluarganya.” Beginilah
seharusnya sikap seorang ayah bersama anak-anaknya dirumah.
Sedangkan, bila bersama khalayak, ia harus menjadi laki-laki (yang
tegas). (Ahmad Al-Qhathan, hal. 24).
SEPAKAT?

MASALAH
PENDIDIKAN DAN
PENGASUHAN ADALAH
URUSAN BERSAMA
UA
G T
A N
O R
D I A
JA
AY
EN D
M R
B E
1. MISI KELUARGA
MISI KELUARGA HADI AZIS PRATAMA

Menjadi keluarga yang


memberikan inspirasi, edukasi
dan kontribusi pada masyarakat
dan lingkungan
2. MEMILIKI NILAI-NILAI DALAM KELUARGA

Kesepakatan umum untuk


mewujudkan rumah yang sakinah
mawadah wa rohmah
NILAI-NILAI KELUARGA HADI AZIS PRATAMA

1. IMAN
2. Taat Syariah
3. Standar Aktivitas Al Quran & Hadits
MARI KENALI PASANGAN KITA

Apa yang Ayah/Bunda harapkan dari pasangan jika Ayah/Bunda sedang


bahagia? ..............................................
Apa yang Ayah/Bunda harapkan dari pasangan jika Ayah/Bunda sedang
kesal? ..................................................
Apa yang Ayah/Bunda harapkan dari pasangan jika Ayah/Bunda sedang
sedih? .................................................
Apa yang Ayah/Bunda harapkan dari pasangan jika Ayah/Bunda sedang
marah? ................................................
Cara ditegur yang seperti apa yang ayah/bunda harapkan?
...................................................................................................
...................................................................................................
3. ADAB DALAM KELUARGA

Adab-adab yang disepakati agar


hubungan dalam keluarga menjadi
nyaman
3. ADAB DALAM KELUARGA HADI AZIS PRATAMA
1. Optimal menjalankan tugas dan kewajiban
2. Saling Membantu & Peduli
3. Saling Melayani
4. Berbicara santun dan positif
5. Kesal tidak kasar
UA
G T
A N
O R
D I A
JA
AY
EN D
M R
B E
4. KOMPAK DALAM MENGHADAPI ANAK
1.Keinginan Anak
2. “Ulah” Anak
3. Memiliki Program pendidikan RUMAHAN untuk :
• Keimanan dan ketaatan
• Kemandirian
• SIKAP
• KETERAMPILAN
• PENGETAHUAN
4.1 KOMPAK DALAM MENGHADAI KEINGINAN ANAK
Apakah boleh anak memilki keinginan?
Apakah semua keinginan harus dipenuhi?
Langkah menghadapi keinginan anak, bertanya:
1. Apa yang diinginkan?
2. Mengapa menginginkan hal tersebut?
3. Bagaimana caranya untuk mewujudkan keinginan tersebut?
4.2 KOMPAK MENGHADAPI ULAH ANAK

‫سنُوا َأ َدبَ ُه ْم‬


ِ ‫َأ ْك ِر ُموا َأ ْواَل َد ُك ْم َوَأ ْح‬ ‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ َ َ‫س ِم ْعتُ َأن‬
ُ ‫س ْب َن َمالِ ٍك يُ َحد‬
ُ ‫ِّث عَنْ َر‬ َ
Aku mendengar Anas bin Malik memberi hadits dari Rasulullah s.a.w., Beliau bersabda: “Muliakanlah anak-
anakmu dan perbaguslah akhlak mereka”. (H.R. Ibnu Majah, Nomor 3661)
1. Bersabar mencari penyebab motif anak melakukan sesuatu
2. Beri batasan yang jelas dalam berperilaku
3. Berkomunikasi sebagaimana kita ingin orang lain berkomunikasi kepada kita
4. Peluk dan RE-Framing dengan pandangan yang positif

4.3 MEMILIKI PROGRAM PENDIDIKAN RUMAHAN


• Keimanan dan ketaatan
• Kemandirian
• SIKAP
• KETERAMPILAN
• PENGETAHUAN

Anda mungkin juga menyukai