Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN PUBLIK

FASHION GENERAL
PRODUK KEBIJAKAN PUBLIK YANG MASIH

TUMPANG TINDIH
ANGGOTA

1 ZENY IZAM ZAINI 2 RETNO WULANDARI


E1011211004 E1011211014

3 DEDEN 4 FLORUS ENGKEN


E1011211020 E1011211022

5 MISTINA
E1011211023
PERMASALAHAN DAMPAK KEBIJAKAN PUBLIK

PRODUK KEBIJAKAN PUBLIK YANG MASIH

TUMPANG TINDIH

SOLUSI KESIMPULAN
PERMASALAHAN

Produk kebijakan publik yang masih tumpang tindih, contohnya seperti penetapan Kawasan
mangrove diatur dalam tiga UU berbeda yaitu UU konserfasi sumber daya alam hayati (KSDH)
1990, UU pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan 2013, serta UU kelautan 2014. Terkait
hal tersebut, terdapat dua institusi yang memiliki wewenang Kawasan Mangrove yaitu
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan (KLHK), serta Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP).
PERMASALAHAN

Adapun terdapat beberapa permasalahan lainnya seperti Permasalahan Tumpang tindih peraturan
perundang-undangan terkait sektor kepariwisataan di Indonesia dalam hal investasi usaha
pariwisata. Seperti dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
terkait kewenangan pemberian izin perusahaan penanaman modal yang dapat diperoleh dari
Pelayanan Terpadu Satu Pintu sementara PP 24 Tahun 2018 pelaksanaan kewenangan penerbitan
Perizinan Berusaha wajib dilakukan melalui lembaga OSS.
PERMASALAHAN
Kebijakan tentang kompetensi bagi ASN juga terdapat tumpang tindih. UU ASN secara jelas dan
tegas menyatakan bahwa terdapat tiga kompetensi bagi ASN yaitu kompetensi manajerial,
kompetensi sosial kultural, serta kompetensi teknis. Namun demikian, UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah mengenalkan satu kompetensi lainnya yaitu kompetensi
pemerintahan. Pasal 233 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa setiap kepala
perangkat daerah harus memiliki kompetensi pemerintahan. Kondisi tersebut tentunya
membingungkan bagi pemerintah daerah.
DAMPAK

1. Begitu banyaknya peraturan yang berlaku, membuat Indonesia ibarat belantara hukum yang
kemudian rentan melahirkan persoalan. Tumpang tindih regulasi dianggap sebagai penyebab
utama ketidakpastian hukum di negara ini. Situasi ini serba multitafsir, konfliktual, dan tidak taat
asas. Akibatnya, efektivitas implementasi regulasi menjadi lemah.
DAMPAK

2. Berbagai akses terhadap pelayanan publik, termasuk fasilitas terkait kemudahan berusaha, malah
semakin menjadi terhambat.

3. Kualitas implementasi dari kebijakan yang tumpang tindih menjadi tidak efektif
SOLUSI

1. Sebagai seorang birokrat (pemimpin


TEXT HERE instansi pemerintah) harus bisa mengetahui,
TEXT HERE memahami,
TEXT HERE

sehingga bisa membaca situasi dan memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat di berbagai level
pemerintahan, baik di level pusat sampai dengan daerah, tanpa adanya tumpang tindih kebijakan.
TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE
SOLUSI

2. Melakukan pembenahan dan evaluasi dalam proses sampai dengan implementasi kebijakannya
TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE
agar tidak terjadi tumpang tindih. Permasalahan publik harus dibenahi secara menyeluruh, karena
hasil akhirnya mempengaruhi kualitas suatu bangsa. Karena itu dibutuhkan kontribusi nyata
analisis kebijakan untuk membenahi kebijakan publik dari hulu sampai hilir. Karena kualitas
TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE
sebuah bangsa akan ditentukan oleh kualitas kebijakan publiknya.
SOLUSI

3. Dibutuhkan sosialisasi dan koordinasi lintas sektor yang intensif untuk menyelaraskan setiap
TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE
kebijakan yang lahir sehingga dapat mendorong adanya suatu kebijakan yang lebih optimal.

TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE TEXT HERE


KESIMPULAN

Ketumpang-tindihan kebijakan yang masih terjadi menyebabkan efektivitas implementasi


kebijakan menjadi lemah. Maka dari itu dibutuhkan solusi untuk mengatasi ketumpang tindihan
ini seperti melakukan pembenahan dan evaluasi dalam proses sampai dengan implementasi
kebijakannya agar ketumpang tindihan kebijakan ini tidak terulang kembali.
TERIMAGENERAL
FASHION KASIH

Anda mungkin juga menyukai