Anda di halaman 1dari 6

Perang Padri

Sejarah Perang
Ada Tiga Fase
Padri

Fase pertama
(1821-1825)

Fase kedua
(1825-1830)

Fase ketiga (1830


– 1837/1838)
Perang Padri

Perang Padri terjadi di tanah Minangkabau, Sumatera Barat pada


tahun 1821 – 1837. Perang ini digerakkan oleh para pembaru Islam
yang sedang konflik dengan kaum Adat.

Mengapa dan bagaimana Perang Padri itu


terjadi?
Perang Padri sebenarnya merupakan perlawanan kaum Padri terhadap dominasi
pemerintahan Hindia Belanda di Sumatera Barat. Perang ini bermula adanya pertentangan
antara kaum Padri dengan kaum Adat. Adanya pertentangan antara kaum Padri dengan
kaum Adat telah menjadi pintu masuk bagi campur tangan Belanda

 Perlu dipahami sekalipun masyarakat


Sumatera Barat sudah memeluk agama
Islam, tetapi sebagian masyarakat masih
memegang teguh adat dan kebiasaan yang
kadang-kadang tidak sesuai dengan ajaran
Islam.
Sejarah Perang Padri
Sejak akhir abad ke-18 telah datang seorang ulama dari kampung Kota Tua di daratan Agam. Karena berasal dari kampung Kota Tua maka ulama itu terkenal dengan
nama Tuanku Kota Tua. Tuanku Kota Tua ini mulai mengajarkan pembaruan-pembaruan dan praktik agama Islam. Dengan melihat realitas kebiasaan masyarakat,
Tuanku Kota Tua menyatakan bahwa masyarakat Minangkabau sudah begitu jauh menyimpang dari ajaran Islam. Ia menunjukkan bagaimana seharusnya masyarakat
itu hidup sesuai dengan Al Quran dan Sunah Nabi

Di
antara murid dari Tuanku Kota Tua ini adalah Tuanku Nan Renceh. Kemudian pada tahun 1803 datanglah tiga orang ulama yang baru saja pulang haji dari tanah
suci Mekah, yakni: Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang. Mereka melanjutkan gerakan pembaruan atau pemurnian pelaksanaan ajaran Islam seperti yang
pernah dilakukan oleh Tuanku Kota Tua.

Berdasarkan uraian yang sudah


dipaparkan sebenarnya apa saja yang
memicu meletusnya Perang Padri di
Sumatera Barat itu? Coba rumuskan
dengan bahasamu sendiri
Tiga fase Perang Padri

• Fase pertama
(1821-1825) Pada fase pertama, dimulai gerakan kaum Padri menyerang pos-pos dan
pencegatan terhadap patroli-patroli Belanda. Bulan September 1821 pos-pos Simawang menjadi
sasaran serbuan kaum padri. Juga pos-pos lain seperti Soli Air, Sipinang dan lain-lain.
• Fase kedua (1825-1830)
Coba ingat-ingat angka tahun 1825-1830 itu. Kira-kira terkait dengan peristiwa apa angka tahun
tersebut. Peristiwa itu jelas di luar Sumatera Barat. Tahun itu merupakan tahun yang sangat
penting, sehingga bagi Belanda digunakan sebagai bagian strategi dalam menghadapi
perlawanan kaum Padri di Sumatera Barat. Bagi Belanda tahun itu digunakan untuk sedikit
mengendorkan ofensifnya dalam Perang Padri. Upaya damai diusahakan sekuat tenaga. Oleh karena
itu, Kolonel De Stuers yang merupakan penguasa sipil dan militer di Sumatera Barat berusaha
mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh kaum Padri untuk menghentikan perang dan sebaliknya perlu
mengadakan perjanjian damai.
• Fase ketiga (1830 – 1837/1838)
Dengan demikian kekuatan para pejuang di Sumatera Barat akan meningkat. Orang-orang Padri
yang mendapatkan dukungan kaum Adat itu bergerak ke pos-pos tentara Belanda. Kaum Padri
dari Bukit Kamang berhasil memutuskan sarana komunikasi antara benteng Belanda di Tanjung
Alam dan Bukittinggi. Tindakan kaum Padri itu dijadikan Belanda di bawah Gillavry untuk
menyerang Koto Tuo di Ampek Angkek, serta membangun benteng pertahanan dari Ampang Gadang
sampai ke Biaro. Batang Gadis, sebuah nagari yang memiliki posisi sangat strategis terletak antara
Tanjung Alam dan Batu Sangkar juga diduduki. Tahun 1831 Gillavary digantikan oleh Jacob
Elout. Elout ini telah mendapatkan pesan dari Gubernur Jenderal Van den Bosch agar melaksanakan
serangan besar-besaran terhadap kaum Padri
Pangeran
Diponegoro

Biografi

Mengatur Perluasan Perang


Benteng stelsel
Insiden Anjir Strategi Dari diberbagai
pembawa petaka
Selarong daerah

Anda mungkin juga menyukai