Kayla Gusseynova (Xi Ips 1)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN

KEBANGSAAN (PERANG PADRI)

NAMA : KAYLA GUSSEYNOVA N

KELAS : XI IPS 1

Jl. Hankam Raya No. 89, RT.7/RW.4, Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I LATAR BELAKANG................................................................................3
BAB II TEORI SEJARAH PERANG PADRI....................................................3
BAB III TEMPAT KEJADIAN PERANG PADRI............................................4
BAB IV KRONOLOGI PERANG PADRI..........................................................4
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6
BAB I LATAR BELAKANG

Perang padri adalah peperangan yang berlangsung di Sumatera Barat dan


sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga
1838. Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan
dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.

Gerakan perang padri memiliki tujuan yaitu memperbaiki masyarakat


Minangkabau dan mengembalikan mereka agar sesuai dengan ajaran agama islam
yang murni berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Gerakan ini mendapat sambutan
baik dikalangan ulama, tetapi mendapat pertentangan dari kaum adat.

Perang padri disebabkan oleh adanya ulama-ulama yang ingin memberantas


kebiasaan buruk. Upaya itu harus direalisasikan meskipun dengan jalan
kekerasan. Pada tahun 1803, tiga orang haji pulang dari Mekkah. Haji Miskin,
haji Sumanik, dan Haji Piobang yang telah menyaksikan gerakan Wahhabisme di
Arab berupaya untuk membersihkan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan
dengan islam di Minangkabau. Haji Miskin membakar tempat sabung ayam di
Pandai Sikat, hal ini memicu kemarahan masyarakat. Ia melarikan diri ke kota
Lawas dan dilindungi Tuanku Mensiangan. Haji Miskin kemudian mendatangi
Tuanku nan Renceh dan membentuk Harimau Salapan atau delapan ulama untuk
melawan kaum adat.

BAB II TEORI SEJARAH PERANG PADRI

Perang padri ini tidak beda jauh dengan perang saudara. Maksudnya, perang
saudara antar sesama penduduk Sumatera Barat. Diawali dengan timbulnya
perbedaan pendapat antara sekelompok ahli agama islam yang disebut dengan
Kaum Padri dengan Kaum Adat di wilayah Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya.
Kaum Padri menilai bahwa kebiasaan Kaum Adat yang berlawanan dengan
syariat islam.

Pada tahun 1833, perang padri berubah dariperang saudara menjadi perang
melawan penjajah. Awal mulanya karena Kaum Adat yang terdesak malah
memohon bantuan pada Belanda di tahun 1821. Namun, keterlibatan Belanda
tersebut membuat keadaan semakin kacau dan rumit. Belanda malah terlalu
mencampuri Kaum Adat. Daripada menghadapi dua musuh yang sama yaitu
Kaum Padri dan Belanda, kaum adat mulai melawan belanda dan bergabung
dengan kaum padri. Akhirnya, etnis Minang dan Mandailing bersatu untuk
mengalahkan penjajah bersama-sama.

BAB III TEMPAT KEJADIAN PERANG PADRI

Perang Padri merupakan peperangan yang terjadi di Sumatera


Barat tepatnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung pada 1803-1838. Perang Padri
awalnya terjadi karena adanya perbedaan prinsip mengenai agama antara kaum
Padri dengan kaum Adat.

BAB IV KRONOLOGI PERANG PADRI

Ada tiga tahapan perang padri yaitu :

1. Tahap I (1803-1821)

Tahapan awal peperangan yang memang terjadi murni dari masalah atau
merupakan perang saudara tanpa adanya campur tangan dari pihak amanapun
dan ini juga bukan perang yang menjadi tanggung jawab dari pihak Belanda.
Kemudian perang padri berlanjut saat para pengemuka adat meminta bantuan
dari para kaum Belanda hingga peperangan kembali terbuka dan pecahlah
perang padri yang dimulai untuk melawan Belanda.
2. Tahap II (1822-1832)

Tahapan peperanan dimana kaum padri terlihat mulai melemah dan


melakukan perjanjian dengan kaum belanda. Dimana belanda menghadapi
kesulitan baru tahun 1825, ditandai dengan adanya perlawanan di daerah
Jawa yang dipimpin oleh pangeran Diponegoro. Ini merupakan perjanjian
Masang yang ditandatangani pada tahun 1825. Dimana ini merupakan
perjanjian akibat melemahnya dan terbatasnya kekuatan militer yang dimiliki
oleh kaum belanda atas perlawanan kedua belah pihak yaitu perlawanan yang
di pimpin oleh Tuanku Diponegoro di Jawa dan Perang Padri di Sumatera. Ini
merupakan perjanjian atas adanya gencatan senjata dan kedua belah pihak
sepakat mengakhiri sementara peperangan tersebut hingga akhirnya Belanda
kembali menyerang kaum padri sesaat setelah mereka menyelesaikan misi
perperangan dengan kaum Diponegoro dan perang ini dipimpin oleh Kolonel
Ellout di tahun 1831. Kemudian perang juga dilanjutkan oleh kaum Belanda
yang dipimpin oleh Mayor Michiels.

3. Tahap III (1832-1838)


Pada tahun 1837 Benteng Bonjol dapat dikuasi Belanda, dan Tuanku Imam
Bonjol berhasil ditangkap, tetapi perperangan ini masih berlanjut sampai
akhirnya benteng terakhir Kaum Padri, di Dalu-Dalu yang waktu itu telah
dipimpin oleh Tuanku Tambusai jatuh pada 28 Desember 1838. hancurnya
benteng tsb memaksa Tuanku Tambusai mundur, Bersama sisa sisa
pengikutnya pindah ke negeri Sembilan semenanjung Malaya dan akhirnya
peperangan ini dianggap selesai karena sudah tidak ada perlawanan yang
berarti.
BAB V KESIMPULAN

Perang padri adalah peperangan melawan penjajah yang mengorbankan


banyak hal. Mulai waktu yang cukup lama, harta benda dan banyak jiwa.
Hasil akhir dari perperangan ini akhirnya dimenangkan oleh Belanda.
Dampak lainnya seperti runtuhnya Kerajaan Pagaruyung, menurunnya
ekonomi masyarakat Minang dan membuat orang-orang berpindah dari area
konflik.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padri

Anda mungkin juga menyukai