Anda di halaman 1dari 40

BAB 11

PERSEDIAAN INDEPENDEN
Pengertian Persediaan
 Persediaan adalah:
 Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang
disimpan sebagai antisipasi terhadap pemenuhan
permintaan pelanggan
 Sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses
transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,
dan kemudian barang jadi
 Meliputi:
 Persediaan bahan mentah
 Persediaan barang dalam proses
 Persediaan barang jadi/produk akhir
 Persediaan bahan-bahan pembantu/penolong
 Uang
 Ruangan fisik (bangunan, gudang)
 Kapasitas Mesin/Peralatan
 Tenaga kerja (SDM, Tenaga ahli)
Pengendalian Persediaan
Independen
 Pengendalian atas sediaan untuk merespon
permintaan pasar atau pelanggan terhadap
produk akhir, dan berbagai produk akhir itu
tidak memiliki hubungan ketergantungan.
 Optimisasi secara individual
 Layak dipakai pada usaha (jasa) ritel, atau
toko eceran, atau usaha manufaktur dgn
keluaran tunggal seperti pabrik minyak sawit,
minyak kelapa, pengolahan rotan, dsbnya
Tujuan Memelihara Sediaan
1. Untuk memelihara independensi operasi
2. Untuk memenuhi tingkat permintaan yang
berfluktuasi
3. Untuk menerimaan manfaat ekonomi atas
pemesanan jumlah banyak
4. Antisipasi atas variasi waktu penyerahan
bahan baku
5. Menunjang fleksibilitas penjadualan
produksi
Asumsi EOQ
 Permintaan tahunan diketahui dan konstan
 Lead time diketahui dan konstan
 Penerimaan atas bahan dpt dengan segera
 Tidak ada potongan harga berbasis kuantitas
 Hanya memperhitungkan Biaya Pemesanan
dan Biaya Penyimpanan
 Tidak ada pesanan yang tdk dapat dipenuhi
Fungsi Pengendalian Persediaan
 Sebagai penyangga proses produksi sehingga
proses operasi dapat berjalan terus
 Menetapkan banyaknya barang yang harus
disimpan sebagai sumber daya agar tetap ada
 Sebagai penanggung dampak inflasi atau
kenaikan harga
 Menghindari kekurangan/kelebihan bahan
Biaya-biaya Dalam Persediaan
 Biaya penyimpanan
(holding cost/carrying costs)
 Biaya pemesanan berlaku umum, utamanya pd
usaha dapang
(order costs)
 Biaya persiapan  pd usaha manufaktur

(setup costs)
 Biaya kehabisan/kekurangan bahan

(shortage costs)
Biaya Penyimpanan
(holding cost/carrying costs)
 Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan, mis:
penerangan, pemanas, pendingin, dll)
 Biaya modal (opportunity cost of capital)
 Biaya keusangan
 Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan
 Biaya asuransi
 Biaya pajak persediaan
 Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
 Biaya penanganan persediaan
 dll
Biaya Pemesanan
(order costs)
 Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
 Upah
 Biaya telpon
 Pengeluaran surat menyurat
 Biaya pengepakan dan penimbangan
 Biaya pemeriksaan penerimaan
 Biaya pengiriman ke gudang
 Biaya hutang lancar
 dll
Biaya Persiapan
(setup costs)
 Biaya menyetel mesin-mesin
 Biaya persiapan tenaga kerja
langsung
 Biaya scheduling (penjadwalan)

 Biaya ekspedisi

 dll
Biaya Kehabisan/kekurangan Bahan
(shortage costs)
 Kehilangan penjualan
 Kehilangan langganan
 Biaya pemesanan khusus
 Biaya ekspedisi
 Selisih harga
 Terganggunya operasi
 Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial
 dll
Pengendalian Persediaan
Independen
 Pengendalian atas sediaan untuk merespon
permintaan pasar atau pelanggan terhadap
produk akhir, dan berbagai produk akhir itu
tidak memiliki hubungan ketergantungan.
 Optimisasi secara individual
 Layak dipakai pada usaha (jasa) ritel, atau
toko eceran, atau usaha manufaktur dgn
keluaran tunggal seperti pabrik minyak sawit,
minyak kelapa, pengolahan rotan, dsbnya
Tujuan Memelihara Sediaan
1. Untuk memelihara independensi operasi
2. Untuk memenuhi tingkat permintaan yang
berfluktuasi
3. Untuk menerimaan manfaat ekonomi atas
pemesanan jumlah banyak
4. Antisipasi atas variasi waktu penyerahan
bahan baku
5. Menunjang fleksibilitas penjadualan
produksi
Faktor Berpengaruh
1. Tingkat perputaran sediaan (Turnover)
2. Tenggang waktu penerimaan (Lead time)
3. Level layanan yang diinginkan (Customer service
level)
4. Biaya ketidakcukupan stok (Stock-out cost)
5. Biaya sediaan:
1. Ordering cost

2. Holding Cost

3. Purchase Cost
Asumsi EOQ
 Permintaan tahunan diketahui dan konstan
 Lead time diketahui dan konstan
 Penerimaan atas bahan dpt dengan segera
 Tidak ada potongan harga berbasis kuantitas
 Hanya memperhitungkan Biaya Pemesanan
dan Biaya Penyimpanan
 Tidak ada pesanan yang tdk dapat dipenuhi
Model Sediaan Independen
MODEL
PERSEDIAAN

MINIMISASI MAKSIMISASI
BIAYA PROFIT

MODEL MODEL Model


DETERMINISTIK PROBABILISTIK Probabilistik

Simple Fixed
Fixed Order Simple Fixed
Orderr Quantity
Quantity Model Period Model
Model

FOQ With Fixed Time


Usage Period Model

FOQ With
Sortage

FOQ on Price
Break Basis
Hubungan HC & OC
Cost
TIC

TIC Minimum Holding Cost

Titik keseimbangan
HC = OC

Ordering
cost
Qopt Q
Simple FOQ Model
EQQ =
2 DS D = kebutuhan 1 thn
H S = biaya per order
TIC = H = biaya unit penyim-panan
2 DSH per tahun
Atau (QH/2) + (DS/Q) C = harga satuan
TIC = Total incremental cost
TC = TIC + DC TC = biaya total
Q/2 = sediaan rata-rata
D/Q = frekuensi order atau
perputaran sediaan
Berbagai Hal Terkait
 Antisipasi terhadap fluktuasi dijawab dgn sediaan
pengaman (safety stock atau buffer stock)
 Safety stock = sediaan yang minimum selalu ada di
perusahaan untuk menjamin kesinambungan produksi
dan fluktuasi permintaan
 Reorder point (titik pemesanan kembali) = sediaan
yang ada di perusahaan pada mana pesanan harus
dilakukan untuk menjamin kesi-nambungan produksi.
Menghitung Reorder Point
1. Tanpa sediaan pengaman:
R = d.Lt ; d = pemakaian harian dan Lt =
lead time
2. Dengan sediaan pengaman:
R = B + dLt, dimana B = sediaan pengaman.
B dapat dihitung dengan persentase tertentu
dari permintaan rata-rata dan dapat pula
dengan menggunakan metode empiris
Contoh
 B = 15% dari Q dan Q = 500 unit
 d = 20 unit per hari kerja
 Lt = 5 hari
 R (tanpa safety stock) = 5 x 20 = 100 unit
 R (dgn safety stock) = 15%(500) + 100 unt =
175 unit
Q & W Policy
F = D/Q = 20.000/500 = 40
Q Usia stock = 365/40 = 9 hari

500

400

300

200

Safety
stock
100

Reorder point

Lt 10/1 19/1 28/1 6/2 t


1/1
Model Maksimisasi Profit
 Model ini cocok dipakai untuk produk yang
akan mengalami ketinggalan mode.
 Produk yang ketinggalan mode, harus dijual
dengan harga yang murah (cara obral)
 Misal :
 Usaha konveksi atau garmen
 Produk elektronik

 Dll sebagainya
Model Analisis
ML
 P≥
ML  MP

 P = probabilita
 ML = marginal loss, selisih antara biaya
produksi dengan harga jual
 MP = marginal profit, selisih antara harga jual
dengan biaya produksi
Misalkan:
 Seorang pengusaha garmen antara lain membuat
celana Levis. Biaya produksi Rp75.000 per unit.
Harga jual unit Rp100.000. Jika produk keting-
galan mode (pasar), maka produk itu dijual secara
obral dengan harga Rp60.000
 Data produksi dan penjualan disajikan di bawah.
 Berdasarkan data itu, diminta untuk menetapkan
sediaan yang perlu diadakan untuk supaya laba
yang diperoleh adalah maksimum
Data penjualan:
 Pengamatan atas 100 hari transaksi, diperoleh
data berikut:
Unit yang
Frekuensi Frekuensi prosentatif (p)
dijual/hari
30 10 hari 10%
31 15 hari 15%
32 10 hari 10%
33 20 hari 20%
34 25 hari 25%
35 15 hari 15%
36 5 hari 5%
37 0 hari 0%
Evaluasi
P Prob.
Unit f p kumulatif menjual
30 10 0.10 0.10 1
31 15 0.15 0.25 0.90
32 10 0.10 0.35 0.75
33 20 0.20 0.55 0.65
34 25 0.25 0.80 0.45
35 15 0.15 0.95 0.20
36 5 0.05 1.00 0.05
37 0 0.00 1.00 0.00
100 1.00
Lanjutan:
 ML = Rp75.000 – Rp60.000 = Rp15.000
 MP = Rp100.000 – Rp75.000 = Rp25.000
 P ≥ 15.000/(15.000 + 25.000)
 P ≥ 0.375; nilai ini terletak di antara 0.45 dan
0.20 (pd kolom probabilita menjual)
 Probabiloita yang lebih besar 0.375 ialah 0.45
dan itu berhubungan dengan 34 unit.
 Sediaan optimum ialah 34 unit
ABC Analysis
 Persediaan yang ada di tangan dibagi dalam 3 golongan:
 Golongan A, B dan C
 Basis penggolongan pada umumnya nilai anggaran
tahunan yang diserap
 volume anggaran = Permintaan tahunan x harga unit
 Kebijakan berdasar pada analisis ABC
 Bangun sediaan Gol. A lebih besar proporsinya
 Berikan kendali fisik yang lebih ketat atas item A
 Ramalkan kebutuhan Item A dengan lebih seksama
Penggolongan Item Dalam ABC
% Annual $ Usage Class % $ Vol % Items
100 A 70-75 15
B 20-25 30
80
C 5-10 55
60
40
A
B
20 C
0
0 50 100
% of Inventory Items
KASUS PENGENDALIAN ABC
Penyusunan Dari Nilai Terbesar ke
Terkecil
Penggolongan Item Sediaan
Kategori Item Kebutuhan Harga Total
A W31 75.000 2.20 165.000
(67.85%) Y09 82.000 1.40 114.800
B X18 30.500 1.20 36.600
(25.32%) Z24 33.000 1.10 36.300
W35 21.000 1.50 31.500

C Y05 7.200 1.15 8.280


(6.83%) Y07 5.100 1.60 8.160
X16 2.800 1.40 3.920
X14 1.500 1.80 2.700
Z26 1.200 2.05 2.460
Z22 600 2.90 1.740
W39 2.300 0.40 920
Pemetaan Dgn Diagram Balok

100
80
A
60
B
40
C
20
0
1
Model Manajemen Persediaan
 EOQ (economic order quantity)
S = biaya pesan/order
EOQ = 2.DS D = permintaan (kebutuhan)
H H = Biaya simpan/u/th

 ELS (economic lot size)


ELS = 2.DS P = kapasitas operasi (mesin)

H(1-D/P)
Hubungan Biaya Pesan
dan Biaya Simpan
Total biaya

TC = H.Q/2 + S. D/Q

Bi. Simpan = H.Q/2

Bi. Pesan = S. D/Q

0 EOQ Q
Minimisasi Hamburan: Just-In-Time
Production
WHAT IT IS WHAT IT DOES

• Sebuah filosofi manajemen •Perang pada hamburan


• Mengungkapkan masalah dan
• Memakai sistem “PULL”
kendala
pada pengelolaan pabrik • Mencapai produksi yang cenderung
stabil

WHAT IT REQUIRES WHAT IT ASSUMES

• Partisipasi karyawan
• Kerekayasaan industrial/basics • Lingkungan yang stabil
• Perbaikan berkelanjutan
• Pengendalian mutu terpadu
• Ukuran lot yang kecil
Streamlined Production/Produksi
yang Berjalan Mulus
Traditional Flow Production Process
(stream of water)

Suppliers
Customers
Inventory (stagnant
Flow with JIT ponds) Material
(water in
stream)
Suppliers

Customers
Lot yang Kecil vs Lot yang Besar
JIT produces same amount in
same time if setup times are
JIT Small Lots lowered

A A B B B C A A B B B C

Time
Small lots also increase flexibility to meet customer
demands
Large-Lot Approach

A A A A B B B B B B C C

Time

Anda mungkin juga menyukai