Farmakologi
1.Anisa Wulan Firdausi
2.Auly Adhea
3.Dini Maharani
4.Deden Kurnia Utama
5.Nurul Audina Paksi
6.Riris Arisa
ANTISPASMODIK
Antispasmodik adalah kelompok obat-obatan yang dapat meredakan,
mencegah, atau menurunkan risiko kejang otot dan merelaksasi otot.
Kelompok otot yang menjadi target obat antispasmodik yaitu otot-otot
polos, seperti otot di dalam dinding usus.
Patogenesis
Antimuskarinik (sebelumnya disebut antikolinergik mengurangi motilitas usus.
Kelompok obat ini digunakan untuk penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome dan
penyakit divertikular.
Irritabel bowel syndrome (IBS) merupakan
kelainan fungsional saluran cerna yang sering
terjadi yang ditandai dengan nyeri perut, rasa tidak
nyaman diperut dan perubahan pola buang air besar
(BAB).
Patogenesis IBS belum diketahui dengan
baik, telah diusulkan adanya peranan kelainan
aktivitas motoris dan sensoris usus, disfungsi saraf
pusat, gangguan psikologis, stress, dan faktor
luminal pada pathogenesis dari IBS.
Tidak ada
mekanisme fisiologi khusus sebagai karakter dari
IBS
GOLONGAN DAN CONTOH OBAT
ANTISPASMODIK
1.Antimuskarinik
Kelompok obat ini digunakan untuk penatalaksanaan Irritable Bowel
Syndrome dan penyakit divertikular. Namun, efektifitasnya belum diketahui
dengan pasti dan responsnya bervariasi.
disiini kami melaporkan kasus erupsi obat yang diinduksi eperison hidroklorida. Seorang wanita
berusia dua puluh tiga tahun yang menderita flu biasa, sakit kepala dan artralgia diberikan
eperisone hidroklorida dengan beberapa obat termasuk loxoprofen sodium. Dua jam setelah
menerima obat, dia melihat eritema dan edema di tangan, dan kemudian erupsi menyebar ke
seluruh tubuh. Pasien dirawat di rumah sakit dan diobati dengan kortikosteroid intravena. Tes
tantangan oral menunjukkan bahwa eperisone hidroklorida bertanggung jawab atas erupsi obat ini.
Ada delapan belas kasus erupsi obat yang disebabkan oleh eperisone hidroklorida dalam literatur
dan delapan kasus menunjukkan jenis urtikaria/anafilaksis.
Erupsi obat adalah perubahan pada kulit
dengan atau tanpa melibatkan organ lain, yang
timbul setelah
pemakaian obat pada dosis yang digunakan
untuk pencegahan, diagnosis, dan terapi.
Mekanisme erupsi obat dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu tipe A(dapat diperkirakan)
dan tipe B (tidak dapat diperkirakan).
ANALISIS KASUS
ROTD tipe B (Bizarre)
ROTD tipe B reaksinya tidak berkaitan dengan dosis
serta gejala yang diperoleh bersifat idiopatik, tidak
dapat diprediksi. Tipe ini merupakan yang berbahaya
karena potensi ROTDnya tidak dapat diketahui secara
pasti.