AMALIA AHDIAH HAPPY NURANI JUHAIRIAH NADILA PUTRI DWI ANDRIYANI ISU DALAM PROFESI TENAGA KESEHATAN (DOKTER, PERAWAT, BIDAN DLL)
BURN OUT SYNDROME
◦ BURN OUT SYNDROME ADALAHSYNDROME PSIKOLOGIS YANG DISSEBABKAN ADANYA RASA KELELHAN YANG LYAR BIASA, BAIK SECARA FISIK, MENTAL, MAUPUN EMOSIONAL. ◦ DAMPAKNYA SESEROANG YANGE MENGALAMI BURN OUT SYNDROME ADALAH KEHILANGAN RASA MINAT DAN MOTIVASI. ◦ DALAM BIDANG KESEHATAN, TENAGA KESEHATAN LAH YANG MEMILIKI RESIKO ATAU BERPOTENSI TERPAJAN TINGKAT STRES TINGGI SAAT PENANGANAN MASA COVID SEPERTI INI. ◦ NAMUN BELUMA ADA ATURAN ATAY KEBIJAKAN YANG DAPAT MELINDUNGI MEREKA DARI SEGI KESEHATAN MENTAL ◦ Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (MKK FKUI) menunjukkan fakta bahwa sebanyak 83% tenaga kesehatan di Indonesia telah mengalami burnout syndrome derajat sedang dan berat yang secara psikologis sudah berisiko mengganggu kualitas hidup dan produktivitas kerja dalam pelayanan kesehatan.Menurut Ketua Tim Peneliti Dr. dr. Dewi Soemarko, MS, SpOK, penelitian ini juga menemukan fakta bahwa Dokter Umum di Indonesia yang menjalankan Tugas Pelayanan Medis di garda terdepan selama Masa Pandemi COVID-19 memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami burnout syndrome. ◦ Tim Peneliti dari Prodi Magister Kedokteran Kerja yang terdiri dari Dr. dr. Ray W Basrowi, MKK; dr. Levina Chandra Khoe, MPH; dan dr. Marsen Isbayuputra, SpOK, menemukan fakta lagi yang juga sangat mengkhawatirkan, seperti:83% tenaga kesehatan mengalami burnout syndrome derajat sedang dan berat.41% tenaga kesehatan mengalami keletihan emosi derajat sedang dan berat, 22% mengalami kehilangan empati derajat sedang dan berat, serta 52% mengalami kurang percaya diri derajat sedang dan berat.Dokter yang menangani pasien COVID-19, baik dokter umum maupun spesialis, berisiko 2 kali lebih besar mengalami keletihan emosi dan kehilangan empati dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien COVID-19Bidan yang menangani pasien COVID-19 berisiko 2 kali lebih besar mengalami keletihan emosi dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien COVID- 19Masih ada tenaga kesehatan (2%) yang tidak mendapatkan alat pelindung diri (APD) dari fasilitas kesehatannya.Sekitar 75% fasilitas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan swab rutin dan 59% tidak melakukan pemeriksaan rapid test rutin bagi tenaga kesehatannya. RENCANA ◦ Managemen Rumah sakit dan puskesmas harus memenuhi kebutuhan fisiologis dasar tenaga kesehatan dengan memprioritaskan aspek intervensi kesehatan mental seperti pendampingan dan konseling psikologis untuk tenaga kesehatan terutama yang bertugas selama masa pandemik. ◦ Aspek lain yang juga harus di lakukan adalah menciptakan suasana aman dan nyaman bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan fungsi medis dengan menerapkan prinsip kedokteran okupasi yang: 1. Komprehensif 2. pemberian nutrisi yang cukup 3. memastikan rotasi / jadwal terpenuhi untuk istirahat yang cukup dan 4. membatasi kemungkinan bekerja berlebihan yang merupakan munculnya Burnout. IMPLEMENTASI ◦ Melakukan perawatan diri, memberikan sedikit waktu untuk melakukan kegiatan hal sederhana yang dirasakan membuat membuat diri senang ◦ Melakukan hobi yang disukai, olahraga ringan di rumah, relaksasi dan mengatur makanan yang sehat ◦ Menguatkan jaringan sosial atau support system, mempunyai orang-orang yang bisa diajak berbicara ketika mengalami masa- masa sulit ◦ Membatasi diri dari orang yang negative ◦ Memanfaatkan cuti, mengambil cuti untuk berlibur demi mengalihkan perhatian sejenak dari kesibukan yang memenjarakan dapat mengisi ulang tenaga serta menyegarkan pikiran Terdapat sejumlah upaya untuk manajemen stres, antara lain: Ambil jeda dan menjauhi berita negative ◦ Terhubung dengan orang lain Menghubungi konselor jika terjadi stress yang berlarut-larut. DAFTAR PUSTAKA ◦ Triani, E., Octora, M., Yuliyani, E. A., Sari, P. S., & Handito, D. (2021). Pencegahan Burnout Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Universitas Mataram. Prosiding PEPADU, 3(5), 21–26. ◦ https://fk.ui.ac.id/berita/83-tenaga-kesehatan-indonesia-mengalami-burnout-syndrome-derajat-sedang-dan-berat-selama-masa- pandemi-covid-19.html ◦ NicoleRestauri &Alison D.Sheridan (2020). Burnout and Posttraumatic Stress Disorder in the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic: Intersection, Impact, and Interventions