Anda di halaman 1dari 1

6.

Perjanjian Luhur
Fungsi Pancasila sebagai perjanjian luhur mengacu pada ikrar yang telah dibuat sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 silam.
Dengan ini bangsa Indonesia menyatakan keputusan akhir sebagai sebuah negara dengan keberagamannya.
Untuk itu, masyarakat Indonesia harus mengamalkan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila.
7. Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa
Indonesia merupakan bangsa majemuk yang terdiri dari beragam latar belakang etnis dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut kemudian disatukan melalui Pancasila yang berfungsi sebagai falsafah hidup yang mempersatukan perbedaan bangsa Indonesia.
Falsafah hidup ini mengandung nilai-nilai dan norma luhur yang diyakini paling benar, adil, bijaksana, dan tepat untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
8. Cita-Cita dan Tujuan Bangsa
Sebagai sebuah bangsa, tentunya Indonesia memiliki cita-cita dan tujuan yang ingin diraih ke depannya.
Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia termuat jelas dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945, sebab pembukaan tersebut merupakan sarana penuangan jiwa Pancasila.
9. Ideologi Bangsa
Pancasila sebagai ideologi bangsa berperan untuk menjadi pandangan hidup serta patokan hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Sehingga Pancasila kemudian menjadi sistem dan nilai ideal yang dicita-citakan dan diyakini kebenarannya untuk diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sifat Ketahanan Nasional antara lain:
1. Mandiri
Ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini berfungsi untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.
2. Dinamis
Ketahanan nasional bersifat tidak tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya.Sesuai dengan hakikat dan pengertian ketahanan nasional bahwa segala sesatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya di arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Manunggal
Ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang tercermin pada terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Wibawa
Ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula kewibawaannya di hadapan negara lain.
5. Konsultasi dan Kerjasama
Ketahanan nasional Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, dimana tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
Dari segi tipologi, korupsi dapat dibagi dalam tujuh jenis yang berbeda. Tujuh jenis itu adalah korupsi transaktif (transactive corruption), korupsi yang memeras (extortive corruption), korupsi investif (investive corruption), korupsi perkerabatan (nepotistic corruption), korupsi defensif (defensive corruption), korupsi otogenik (autogenic corruption), dan korupsi dukungan (supportive corruption).

Korupsi transaktif
merujuk kepada adanya kesepakatan timbal-balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak, dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya. Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah, atau antara masyarakat dan pemerintah.

Korupsi yang memeras adalah jenis korupsi di mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya, atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.

Korupsi investif
adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.

Korupsi perkerabatan atau nepotisme,


adalah penunjukan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan mereka, dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.

Korupsi defensif
adalah perilaku korban korupsi dengan pemerasan. Korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri.

Korupsi otogenik
adalah jenis korupsi yang dilakukan seorang diri, dan tidak melibatkan orang lain. Misalnya, anggota DPR yang mendukung berlakunya sebuah undang-undang tanpa menghiraukan akibat-akibatnya, dan kemudian menarik keuntungan finansial dari pemberlakuan undang-undang itu, karena pengetahuannya tentang undang-undang yang akan berlaku tersebut.

korupsi dukungan
tidak secara langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain. Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah untuk melindungi dan memperkuat korupsi yang sudah ada. Tindakan menghambat seorang yang jujur dan cakap untuk menduduki jabatan strategis tertentu, misalnya, bisa dimasukkan dalam kategori ini.

Anda mungkin juga menyukai