Anda di halaman 1dari 50

ARTROPODA

PENYEBAB ALERGI
DAN REAKSI
TOKSIK
dr.Yolazenia,M.Biomed, Sp.T.H.T.K.L
Parasitologi FK UR
 KONTAK (Kupu-kupu,
Dermatophagoides pteronyssinus, Lytta
dan Paederus)

 SENGATAN (lebah, kalajengking)

 GIGITAN (kelabang, laba-laba,


Solenopsis geminata, Cimex, sengkenit)
KUPU-KUPU
 Ordo: Lepidoptera, Kelas: Insecta
 Punya 2 psg sayap, sisik tebal
 Dewasa: bentuk mulut menghisap
(siphoning)
 Larva: bentuk mulut untuk
menggigit
 Metamorfosis lengkap
 Kupu-kupu siang (butterfly)
 Kupu-kupu malam (moth)
Alergi disebabkan kupu-kupu
 Patologi dan Gejala klinis
 Larva (ulat bulu)  bulu
mengandung toksin kelainan
pada manusia : erusisme
 Gejala erusisme/dermatitis ulat

(caterpilar dermatitis): urtikaria,


nyeri, gatal, panas, bila kena mata
konjungtivitis atau ulkus kornea
Alergi disebabkan kupu-kupu
 Patologi dan Gejala klinis
 Kelainan karena kupu-kupu dewasa
lepidopterisme disebabkan kontak
dengan bulu pada ventral
abdomennya  dermatitis
 Spesiesyang larvanya mengandung
bulu beracun : Megalopyge opercularis
(Amerika), Anaphe infracta (Eropa),
dan Parasa hilarata (Asia)

 Penyebab lepidopterisme: Hylesia spp


Diagnosis alergi kupu-kupu
 Gejala klinis + riwayat kontak
Pengobatan alergi kupu-kupu
 Jangan digaruk
 Rendam dalam air
 Lokal: larutan yodium,
kortikosteroid, antihistamin topikal
 Berat: oral/parenteral
Epidemiologi alergi kupu-kupu
 Dipengaruhi oleh:
 Spesies kupu-kupu

 Keadaan daerah

 Kebiasaan rakyat: petani, pekerja kebun

 Pencegahan:
 Hindari kontak dengan ulat bulu atau kupu-
kupu
 Pemberantasan kupu-kupu dengan
insektisida terutama untuk larvanya
Dermatophagoides
pteronyssinus
 Ordo: Acari, Kelas: Arachnida
 Tungau debu
 Ukuran: 0,2-1,2 mm
 Berbulu dan berkaki 4 psg
(dewasa)
 Metamorfosis tidak sempurna
 Ditemukan pada debu rumah
(tempat tidur,karpet, lantai) dan
luar rumah (sarang burung,
permukaan kulit binatang
 Makanannya: serpihan kulit
manusia/binatang
SIKLUS HIDUP D.pteronyssinus
 Tungau betina bertelur 3-4 hari setelah
kopulasi  3 kali masa oviposisi.
 Oviposisi 1 (20 hari)  25-50 butir telur
 Oviposisi 2  15-30 butir telur
 Oviposisi berikutnya  jumlah telur semakin
berkurang
SIKLUS HIDUP D.pteronyssinus
5-6 hari 7 hari 7 hari <20 hari
 Telur  larva  (proto)nimfa  (trito) nimfa 
dewasa
 Masa hidup tungau jantan 60-80 hari
 tungau betina 100-150 hari
 tergantung suhu, kelembaban serta jumlah
makanan yang tersedia.
Patologi & Gejala klinis
Alergi D.pteronyssinus
 Salah satu penyebab asma atopik
dan rinitis alergi
 Disebabkan oleh seluruh bagian
badan yang mengandung alergen
terutama saluran cerna
Diagnosis Alergi
D.pteronyssinus
 Tes kulit (Skin Prick Test) dengan
ekstrak tungau debu
Pengobatan alergi
D.pteronyssinus
 = pengobatan asma lain
 Antihistamin
 Kortikosteroid
Epidemiologi
D.pteronyssinus
 Faktor-faktor banyaknya tungau debu
rumah:
 Tinggi rendahnya rumah dari permukaan
laut
 Musim panas lebih panjang dari musim
hujan
 Adanya berbagai macam binatang di rumah
 Rumah kotor dan banyak debu
 Suhu 24-26oC dan kelembaban udara 80-
90%
Epidemiologi D.pteronyssinus
 Pemberantasan tungau debu dengan cara:
 Menjaga kebersihan
Menghilangkan debu  vacuum cleaner
 Memindahkan penderita ke daerah yang

lebih tinggi & kelembaban rendah


 Mengatur kelembaban

 Penggunaan zat kimia

(benzil benzoat, pirimifos metil, permetin,


fenil salisilat)
Lytta dan Paederus
 Lytta vesicatoria (kumbang) 
Ordo: Coleoptera, Kelas: Insecta
 Mengandung cantharidin yang
bersifat diuretik
 Kontak dengan kulit sekretnya
menimbulkan lepuh (blister)
kumbang lepuh (blister beetle)
 Banyak di Meksiko
 Di Indonesia: Paederus sabaeus
 lepuh
LEBAH
 Ordo: Hymenoptera, Kelas: Insecta
 Punya 2 pasang sayap tipis
(membranosa)
 Pinggang (pedisel)  antara
toraks dan abdomen
 Mulut untuk menggigit dan menjilat
 Pada ujung abdomen lebah betina
dan pekerja terdapat alat
penyengat toksin
Patologi & gejala klinis
sengatan Lebah
 Gejala klinis berat disebabkan
lebah famili: APIDAE, VESPIDAE,
BOMBIDAE
 Gejala disebabkan toksin
 Toksin mengandung: apamin,
melitin, histamin, asetilkolin, 5-
hidroksitriptamin, enzim dan
substansi serupa protein 
bersifat: anafilaktogenik, hemolitik,
neurotoksik, antigenik, sitolitik
Patologi & gejala klinis
sengatan Lebah
 Ringan: nyeri, gatal, kemerahan,
edema
 Berat (pada multipel stinging):
mual, muntah, demam, sesak
nafas, hipotensi, kolaps
 Kematian  syok anafilaktik
Pengobatan sengatan
Lebah
 Buang sengatan yang tertinggal
 Bersihkan daerah yang disengat 
jangan ditekan
 Bagian proksimal ekstremitas yang
disengat pasang turniket
 Kompres es, tinggikan ekstremitas,
antihistamin lokal
 Analgetik oral
 Anestetikum lokal  infiltrasi di sekitar
lesi
 Syok  adrenalin, kortikosteroid,
antihistamin
Pemberantasan lebah
 insektisida
KALAJENGKING
 Ordo: Scorpionida, Kelas:
Arachnida
 Genus: Centruroides dan Buthus
termasuk famili Buthidae
 Aktif pada malam hari
 Berdiam di bawah batu, potongan
kayu atau tempat persembunyian
lain
 Vivipar  anak dibawa di atas
punggung induk beberapa saat
Kalajengking
 Tubuh terdiri dari sefalotoraks
dan abdomen
 Pada ruas terakhir terdapat alat
penyengat  telson
mengandung kelenjar racun
 Pedipalp besar, ujung kuat,
merupakan sapit
 Punya 4 pasang kaki
 Tersebar luas di seluruh dunia
Patologi & Gejala klinis
sengatan kalajengking
 Sengatan Buthus dan Centruroides
berbahaya
 Racun berupa toksalbumin, mengandung:
neurotoksin dan hemotoksin
 Pada tempat sengatan sangat nyeri dan
pedih  menjalar ke sekitarnya
 Dapat timbul keracunan sistemik 
kematian  syok dan paralisis pernapasan
 Hemotoksin  perdarahan dan nekrosis
Pengobatan sengatan
kalajengking
 Proksimal tempat sengatan
dipasang turniket
 Obat: golongan kortikosteroid,
antihistamin
 antiracun
Pemberantasan
kalajengking
 Insektisida: karbamat, klorden,
piretrum, benzen heksaklorida
KELABANG
 Kelabang/centipede, Kelas:
Chilopoda
 Tubuh memanjang, pipih
dorsoventral
 T.d: kepala dan badan beruas-ruas
 Tiap ruas punya satu pasang kaki
 Di kepala terdapat satu pasang
antena
 Pada ruas I badan terdapat
sepasang kuku beracun (poison
claw)  kelenjar racun
Kelabang
 Hidup di bawah batu dan kayu
 Makanan: insekta dan binatang
kecil
 Metamorfosis tidak sempurna
Patologi dan Gejala klinis
gigitan kelabang
 Nyeri dan eritema di tempat gigitan
 Toksin mengandung: antikoagulan
dan 5 hidroksi triptamin
 Genus Scolopendra terdapat di
daerah tropik dan subtropik 
nyeri, perdarahan, nekrosis
 Belum pernah dilaporkan kematian
Pengobatan gigitan
kelabang
 = sengatan kalajengking
 Proksimal tempat sengatan
dipasang turniket
 Obat: golongan kortikosteroid,
antihistamin
 antiracun
LABA-LABA
 Ordo: Aranea
 3 macam genus yaitu: Latrodectus,
Loxosceles, Tarantula.
 Tubuh t.d sefalotoraks dan abdomen
 Di sefalotoraks terdapat kelenjar toksin
 Toksin dikeluarkan melalui mulut
 Bertelur dalam jumlah besar yang
dibungkus dalam kokon
 Metamorfosis tidak sempurna
 Laba-laba jantan mati setelah kopulasi
Laba-laba
 Makanan: insekta dan binatang kecil lain
 ditangkap dengan sarang & dibunuh
dengan toksin
 Hanya beberapa spesies berbahaya pada
manusia
 Kelainan disebut araknidisme
 Di Indonesia belum pernah dilaporkan
Latrodectus
 Ditemukan di Eropa, Australia, Selandia
baru, Afrika, Amerika serikat, Timur
tengah, Filipina, Vietnam
 Latrodectus mactans (laba-laba janda
hitam=black widow spider)
 Betina:
 ukuran: 13 mm
 Warna hitam
 Punya gambaran hour glass merah pada
ventral abdomen
Latrodectus
 Jantan:
 ukuran: 6 mm
 Punya garis median merah dan 3

garis transversal putih pada dorsal


abdomen
 Jantan biasanya dibunuh betina
setelah kopulasi
Latrodectus
 Racun bersifat neurotoksik terhadap
saraf perifer
 Pada tempat gigitan: benjolan merah
biru, dikelilingi lingkaran putih
 Gigitan menimbulkan nyeri hebat
menjalar ke dada & perut  seperti
akut abdomen
 Dapat menimbulkan syok dan paralisis
pernafasan  kematian dalam 18-36
jam
 Dapat terjadi gangguan jiwa
 Araknidisme sistemik
Loxosceles laeta
 Ditemukan di benua Amerika
 Bentuk kecil, 8-15 mm, warna kuning
sampai tengguli tua
 Menyebabkan araknidisme nekrotik
 Pada tempat gigitan: edema dan nyeri
 Edema hilang  nekrosis mulai
bagian tengah kulit mengelupas 
ulkus besar & dalam
 Keadaan berat: sistemik (terutama
pada anak)
 Kematian karena gagal jantung
Tarantula
 Genus Tarantula  laba-laba
besar
 Spesies : Lycosa tarantula
 Bentuk menyeramkan, tapi tidak
berbahaya
 Gigitan  nyeri setempat
Pengobatan gigitan laba-
laba
 = sengatan kalajengking
 Proksimal tempat sengatan
dipasang turniket
 Obat: golongan kortikosteroid,
antihistamin
 antiracun
Solenopsis geminata
(semut api)
 Ordo: Hymenoptera, Kelas: Insecta
 Banyak ditemukan di Amerika
Serikat bagian selatan
 Jika menyengat manusia
menimbulkan vesikula dan pustula
Cimex (kutu busuk)
 Ordo: Hemiptera, Kelas: Insecta

 Cimex hemipterius (Indonesia) dan


Cimex lectularius (Eropa)

 Gigitan Cimex menimbulkan dermatitis


pada orang yang rentan
MORFOLOGI CIMEX
 Badan:pipih dorsoventral
 Probosis dapat dilipat ke
bawah
 Warna tubuh coklat muda
 Bentuk kepala piramid
 Antena 1 pasang dekat
mata
 Sayap tidak ada
SENGKENIT
 Ordo: Acarina, Kelas: Arachnida
 Tubuh t.d: kapitulum dan abdomen
yang berupa kantong
 Metamorfosis tidak sempurna
 Dewasa dan nimfa : punya 4
pasang kaki; larva muda: 3 pasang
kaki
 Besar: ± 1 cm, kulit kuat dan
berbulu pendek
Sengkenit
 Mulut: hipostoma dan kelisera
yang bergigi
 Ektoparasit mamalia, burung, dan
reptilia
 Ada 2 famili: IXODIDAE (Sengkenit
Keras) dan ARGASIDAE
(Sengkenit lunak)
SENGKENIT KERAS
 Kapitulum tampak dari dorsal
 Di punggung terdapat lapisan kitin
yang tebal dan keras disebut
skutum
 Ektoparasit menghisap darah
berbagai binatang
SENGKENIT KERAS
 Sengkenit jantan mati setelah kopulasi
 Sengkenit betina bertelur di tanah
kemudian mati
 Telur menetas jadi larva  nimfa 
dewasa
 Setiap ganti stadium menghisap darah
hospes  setelah kenyang melepaskan
diri dari hospes
 Pertumbuhan dari stadium larva 
dewasa berlangsung pada ≥ 1 hospes
Patologi dan gejala klinis gigitan
sengkenit
 Toksin dapat menyebabkan paralisis
motorik  otot pernafasan  kematian
 Toksin dikeluarkan bersama ludah yang
mengandung antikoagulan
 Gejala lebih berat bila sengkenit menggigit
bahu / tulang punggung
 Paralisis bisa dikurangi dengan
melepaskan sengkenit
Patologi dan gejala klinis
gigitan sengkenit
 Sengkenit penyebab tick paralisis:
Dermacentor andersoni,
Dermacentor variabilis, dan
Amblyomma maculatum di
Amerika serikat. Ixodes holocyclus
di Australia
 Trauma mekanis
 Luka mudah meradang jika
kapitulum tertinggal pada waktu
sengkenit dilepaskan

Anda mungkin juga menyukai