Anda di halaman 1dari 64

ASKEP PX DG MASALAH

NYERI

Heribertus Handi
KONSEP KONSEP
DASAR ASKEP
NYERI NYERI

STUDI
KASUS
A. KONSEP DASAR NYERI
1. DEFINISI
2. Klasifikasi
3. ETIOLOGI
4. FISIOLOGI ( resepsi, PERSEPSI,
REAKSI)
5. FAKTOR YG MEMPENGARUHI
6. penatalaksanaan
1. DEFINISI
• Pengalaman Sensori & Emosional
yang Tidak Menyenangkan akibat dari :
Kerusakan jaringan aktual/potensial.
(Smeltzer, Suzanne C, 2002 : 212)

• Perasaan Tdk Nyaman yg betul-betul


Subyektif & hanya orang Yang
menderitanya dpt menjelaskan &
mengevaluasi
( Potter & Perry,2006:1502)
Mahon( 1994 )  atribut utk nyeri :
• Bersifat individu, tdk berkesudahan.
• Tidak menyenangkan
• Melelahkan, menuntut banyak energi
• Mengganggu hubungan personal
• Mempengaruhi makna kehidupan
( Potter & Perry,2006: 1502)
2. Klasifikasi
2.1 Jenis  Fisik & Psikologis.
2.2 Serangan  akut & khronis
2.3 Kualitas :
Intractable.
Insidentil.
Steady.
Proximal.
Pricking/ menusuk/ tajam/ tikaman
Burning/ terbakar
Aching.
Crushing / remuk
Throbbing/ berdenyut
2.1 Klasifikasi nyeri berdasarkan jenis

2.1.1 Nyeri Fisik / Somatogenik / Somatis


1) perifer /periferal:
- superficial / kutaneus
- deep pain.
- viseral pain.
- refered / refferent pain.
- Radiasi
- phantoom limb.
2) central

2.1.2 Nyeri psychologik / psychogenik


1) Superfisial pain.
Nyeri bersumber dr kulit& jaringan
di bawah kulit ( mukosa ) akibat
rangsangan thermal, kimiawi, fisik,
mekanik pd kulit ataupun mukosa
spt torehan, abrasi, panas, dingin.
Nyeri terasa tajam, menusuk,
membakar
cth : luka lecet,lokasi suntikan,
terbakar sinar matahari, tersiram air
panas, iritasi krn asam/ basa keras
2) Deep pain ( nyeri dalam ).
Nyeri terasa tajam / tumpul pd alat
dalam spt otot, tulang, yg terjadi
akibat torehan, panas, iskemia,
pergeseran tempat( pd tulang ).
3) Viseral pain.
Nyeri yg terasa tajam / tumpul terus
menerus ataupun kejang pd organ
viseral.
Stimulus pembangkit nyeri :
distensi, ischemia, spasmus, iritasi
kimiawi. Tapi tidak ada torehan.
4) Refered Pain/ Alih
Nyeri menjalar, terasa pd daerah lain
dr tempat yg dirangsang.
Penjalaran nyeri ini terjadi :
- Pd struktur yg terbentuk dr
embrionik dermatom yang sama.
- karena syaraf viseral & somatis
masuk ke sistem syaraf pd tingkat
spinal yg sama & bergabung pd
spina thalamik yang sama.
Contoh :
- Jantung ( T 1 – 4 kiri )
Angina Pectoris, IMA :
Nyeri dr dada kiri  bahu
lengan kiri.
- Empedu ( T 9 – 11 kanan )
Batu kandung empedu :
Nyeri dr hypochondria  ke
scapula bawah kanan
5) Nyeri Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera
kebagian tubuh yang lain
Cth : Nyeri punggung bagian bawah akibat discus
intravertebral yg ruptur disertai nyeri yg menyebar
sepanjang tungkai dari iritasi saraf Skiatik.

6) Phantoom limb Pain.


Rasa nyeri pd bagian tubuh setelah amputasi 
akibat faktor psikologis/rangsangan saraf

b) Central Pain.
Nyeri yg terjadi akibat rangsangan pd sumsum tl
belakang( spinal cord ) batang otak ( brain stem )
thalamus ataupun cortex cerebri.
2.1.2 Nyeri Psychologic
tidak ada kelainan fisik tapi
timbul dari pikiran pasien, atau
nyeri timbul dari landasan
psikologis & bukan fisiologis
Cth : neurosis traumatis,
duka yg berkepanjangan.
2.2 Berdasarkan serangan.
2.2.1 Nyeri Akut.

- Rasa ketidak nyamanan yg hebat / sensasi yg tidak


menyenangkan selama 6 bulan / kurang ( Lynda Jual
C, 2000 : 225 )

- Nyeri yg berlangsung tidak melebihi dari 6 bulan,


serangan mendadak dari sebab yg sdh diketahui dg
daerah nyeri yg sdh ditentukan ( Barbara C Long ,
1996 : 226)

- Nyeri yg terjadi secara mendadak & berlangsung dari


beberapa detik hingga 6 bulan ( Brunner & Suddarth,
2002 : 213)

Cth : nyeri bedah, trauma, kolik.


2.2.2 Nyeri khronis
- nyeri yg menetap atau intermitten dan
berlangsung lebih dari 6 bulan ( Brunner &
Suddarth, 2002 : 213)
- Adl nyeri yg berlangsung lebih dari 6 bulan
baik sumber nyeri itu diketahui atau tidak
atau nyeri tsb tidak bisa disembuhkan
( Barbara C Long , 1996 : 227 ).

Nyeri khronis terjadi :


- diduga bahwa ujung saraf yg normalnya
tidak mentransmisikan nyeri menjadi mampu
untuk mencetuskan sensasi nyeri
- ujung saraf yg normalnya hanya
mentransmisikan stimulus yg tidak nyeri
sebagai stimulus yg sangat nyeri.
Cth : nyeri kanker, artritis.
2.2.3 Berdasarkan kualitas
1) Intractable.
nyeri yg sulit diobati / dikurangi.
cth : nyeri kanker, artritis.
2) Insidentil.
Nyeri yg sewaktu –waktu timbul
& menghilang cth : trauma ringan.
3) Steady.
Nyeri yg timbul & menetap lama
tapi tidak menimbulkan kolik.
cth : nyeri krn batu pd ginjal,batu
pd kandung empedu.
4) Proximal.
nyeri yg kuat sekali, timbul & menetap selama 10 – 15
menit, menghilang lalu timbul lagi & biasanya
menimbulkan kolik.
Cth : batu ureter, batu saluran empedu.

5) Pricking.
nyeri seperti tertembus pisau  luka bedah

6) Burning.
Nyeri spt terbakar cth : luka bakar, cystitis.

7) Aching.
adl nyeri dalam ( deep pain ) dg intensitas nyeri yg
bervariasi. Cth : colitis

8) Crushing  nyeri spt remuk, cth IMA


9) Throbbing  nyeri berdenyut  cth abses
3. Etiologi
3.1 BIO PATHOFISIOLOGIS:
a. Kehamilan , Persalinan:
- kontraksi uterus,
- trauma perineum,
- involusi uterus,
- pembengkakan payudara.
b.Trauma jaringan & reflek spasme otot
- gangguan musculoskeletal :
fraktur, kontraktur, spasme, artritis,
gangguan medula spinalis
- Gangguan viseral :
jantung, ginjal, hepar , usus, pulmonal.
- Gangguan vascular :
vasospasme, oklusi, flebitis.
- Kanker / tumor.
- Inflamasi pada saraf, tendon, bursa, sendi,
otot.
- Inflamasi & spasme otot polos :
batu pd ginjal, kandung empedu, ureter,
uretra, saluran empedu, Infeksi
gastrointestinal.
- Keletihan, malaisa, pruritis, cacar air,
herpes.
3.2 Tindakan yg berhubungan:
trauma jaringan & refleks spasme otot
akibat : operasi, kecelakaan , luka bakar,
punksi vena, biopsi, skan invasif.

3.3 Situasional ( personal, lingkungan ).


- thermal : panas / dinging yg ekstreem.
- Listrik : terbakar
- chemical : iritan kimia , perforasi organ
viseral
- mekanikal/ titik tekanan : bidai,
gips, balutan elastik, cairan dalam
tubuh,distensi duktus, tumor
- respons alergi.
- immobilitas( posisi yg tdk tepat ).
- aktivitas yg berlebihan.
- ansietas
3.4 Maturasional :
- Bayi : kolik
- Bayi & masa kanak- kanak
awal : tumbuh gigi, infeksi.
- Masa kanak – kanak : cedera.
- Remaja : dismenorea dll
4. Fisiologi Nyeri
4.1 RESEPSI
1) Stimulus : mekanik, kimia,termal, listrik.
2) Nociceptor / Receptor nyeri
adl ujung saraf bebas tidak bermyelin atau sedikit
bermyelin dari neuron aferen
yg berespons hanya pd stimulus yang kuat yg secara
potensial merusak.

Nociceptor tersebar luas dlm kulit, mukosa & organ


visera, persendian, dinding arteri, otot, tulang/ skelet,
fasia, tendon & kornea

Receptor nyeri mrpkan jaras multi arah yg kompleks


mengirimkan cabangnya kepembuluh darah lokal, sel
mast, folikel rambut & kelenjar keringat
3) Sistem Nociceptif.
 Struktur saraf yg terlibat dlm transmisi dan persepsi
nyeri.
Terdiri dari :
- Ganglion akar belakang / Ganglion root posterior.
- Serabut saraf perifer aferen : serabut A delta
dan serabut saraf C
- Tanduk belakang / kornu dorsalis/dorsal horn
medula spinalis . Tdr dr bbrp lapisan ( laminae) Laminae
ke II & III membentuk Substansia Gelatinosa (S.G)
- Spino thalamikus tract ( STT tract )
- Spinoretikuler tract ( SRT tract ).
- Thalamus.
- Cortex cerebri  gyrus post centralis pd lobus parietalis
4) Neuroregulator :
 substansi yg mempengaruhi transmisi stimulus
saraf, diketemukan dilokasi nociceptor dan
diterminal saraf didalam kornu dorsalis pada
medula spinalis. Terdiri dari :
(1) Neurotransmiter mengirim impuls listrik
melewati celah sinaps diantara dua serabut
saraf.
Cth :Substansi P, Serotonin& Prostaglandin
(2) Neuromedulator memodifikasi aktifitas
neuron/ memvariasikan transmisi stimulus nyeri.
Cth: Endorfin & dinorfin/ enkefalin, bradikinin.
Penjelasan :
• Substansi P:
- tdp di neuron kornu dorsalis( peptid eksitator)
- dibutuhkan utk mentransmisi impuls nyeri dr
perifer kepusat otak yg lebih tinggi.
- menyebabkan vasodilatasi & oedema.
• Serotonin :
- dilepas dr batang otak & kornu dorsalis utk
menghambat transmisi nyeri.
• Prostaglandin:
- dihasilkan oleh pemecahan fosfolipid dlm
membran sel.
- diyakini meningkatkan sensitivitas nyeri
• Endorfin & dinorfin/ enkefalin
- merupakan suplai alamiah yg berupa substansi seperti
morfin.
- diaktifkan oleh stres & nyeri.
- dilokalisasi didlm otak, medula spinalis dan saluran
pencernaan.
- memberikan efek analgesia apabila agens ini menyatu
dgn reseptor opiat di otak.
- kadarnya lebih tinggi pd individu yg tidak terlalu
merasa nyeri dibanding yg lain dg cedera yg sama.
• Bradikinin.
- dilepas dr plasma yg keluar dr pembuluh darah dijaringan
sekitar pd lokasi cedera.
- terikat pd reseptor saraf perifer meningkatkan stimulus
nyeri.
- terikat pd sel yg menyebabkan reaksi rantai yg
menghasilkan prostaglandin
5) Teori pengontrolan nyeri ( Gate Control)
Melzack & Wall ( 1965) nyeri dpt diatur bahkan dihambat
oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat
(Substansia Gelatinosa, thalamus, & sistem limbic )
Asumsi : impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka & impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup.
• Neuron delta A dan C melepaskan substansi P utk
mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan.
• Mekanoreseptor neuron beta A yg lebih tebal & lbh cepat
melepaskan neurotransmitter penghambat.
• Apabila masukan dominan berasal dari serabut beta A, maka
akan menutup mekanisme pertahanan nyeri tersa
ringan. cth tindakan massage.
• Apabila masukan dominan dari serabut A delta dan C
membuka pertahanan  klien mempersepsikan sensasi
nyeri.
Proses Resepsi
• Kerusakan selluler yg disebabkan oleh stimulus
mekanik, kimiawi, termal dan listrik 
menyebabkan pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri : histamin, bradikinin dan
kalium yang akan bergabung dg lokasi
receptor di nociceptor & berespon thd stimulus
• Impuls saraf yg dihasilkan oleh stimulus nyeri
menyebar disepanjang saraf perifer aferen
( serabut A delta & C) & berakhir di kornu
dorsalis medula spinalis.
• Di kornu dorsalis neurotransmitter spt substansi
P dilepaskan menyebabkan transmisi sinapsis dr
saraf perifer ketraktus spinotalamikus.
• Impuls nyeri ditransmisikan dari medula
spinalis ke talamus dan otak tengah.
• Seiring dg transmisi stimulus nyeri, tubuh
mampu menyesuaikan diri atau memvariasikan
resepsi nyeri dgn menstimulasi sistem nyeri
desenden( yaitu serabut saraf pd traktus
spinotalamikus yg berakhir diotak tengah ) yg
bekerja dgn melepaskan neuroregulator yg
menghambat transmisi stimulus nyeri kepusat yg
lebih tinggi diotak.
• Respons refleks protektif juga terjadi dg resepsi
nyeri.
Serabut delta A mengirim impuls sensori
kemedula spinalis, tempat sinaps dgn neuron
motorik. Impuls menyebar melalui sebuah
lengkung refleks bersama serabut aferen
(motorik) kembali kesuatu otot perifer dekat
lokasi stimulasi.Kontraksi otot menyebabkan
individu menarik diri dari sumber nyeri sbg usaha
melindungi diri.
Gbr resepsi nyeri
SKEMA
• Stimulus nyeri  nociceptor root
posterior kornu dorsalis
Spinathalamikus latreralis
thalamus ( disadari adanya nyeri)
cortex cerebri ( gyrus post
centralis.) nyeri dipersepsikan,
diintepretasikan ditentukan lokasi
nyeri
Gerakan refleks
Skema gerakan reflek
Stimulus nociceptor root posterior
kornu dorsalis  kemedula spinalis,
tempat sinaps dgn neuron motorik
lengkung refleks  serabut aferen
(motorik) kembali kesuatu otot
perifer dekat lokasi stimulasi 
Kontraksi otot  individu menarik
diri
4.2 Persepsi
• Merupakan titik kesadaran seseorang thd
nyeri
• Impuls nyeri yg sdh tiba di talamus & otak
tengah akan ditransmisikan oleh serabut
saraf keberbagai area otak termasuk
korteks sensori dan korteks assosiasi
dikedua lobus parietalis gyrus post
centalis, lobus frontalis dan sistem limbik.
• Individu akan mempersepsikan sensasi
nyeri yg dirasakan  Reaksi.
4.3 Reaksi
4.3.1 Reaksi Fisiologis
1) Stimulasi st saraf simpatik
• Dilatasi saluran bronkhiolus & peningkatan
frekwensi nafas menyebabkan peningkatan
asupan Oksigen.
• Takhycardia peningkatan transpor oksigen.
• Vasokontrisi perifer ( pucat, peningkatan TD)
perpindahan suplai darah dr perifer & visera keotot
skeletal & otak
• Kadar glukosa darah naik  energi
• Diaphoresis  mengontrol suhu selama stres.
• Peningkatan ketegangan otot persiapan otot
melakukan aksi
• Dilatasi pupil  penglihatan menjadi lbh baik
• Penurunan motilitas saluran cerna membebaskan
energi utk melakukan aktivitas lebih cepat.
2) Stimulasi parasimpatik
• Pucat akibat suplai darah pindah dr
perifer.
• Ketegangan  berakibat keletihan
• Penurunan nadi & TD stimulasi vagal
• Pernafasan cepat & tdk teratur
kegagalan pertahanan tubuh krn nyeri
yg terlalu lama
• Mual , muntah  mengembalikan fungsi
saluran cerna.
• Kelemahan/ kelelahan akibat
pengeluaran energi
4.3.2 Respons Perilaku
• Vokalisasi :mengaduh, menangis, sesak nafas,
mendengkur.
• Expresi wajah : meringis, menggeletukan
gigi,menggigit bibir, mengernyitkan dahi,
menutup mata atau mulut dengan rapat atau
membuka mata & mulut dg lebar
• Gerakan tubuh : gelisah, immobilisasi,
ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan
tangan,gerakan ritmik/ menggosok, gerakan
melindungi bagian tubuh.
• Interaksi sosial :
menghindari percakapan / kontak sosial,
penurunan rentang perhatian,
fokus pada aktivitas utk menghilangkan nyeri
SKALA INTENSITAS NYERI
Brunner & Suddarth (2002 : 216).
Skala nyeri dpt dideteksi dg VAS
( skala analogi visual ) yaitu
menggunakan skala numerik 0 – 10
dimana :
0 : tidak nyeri.
1-2 : nyeri ringan.
3-5 : nyeri sedang.
6-7 : nyeri hebat.
8-9 : nyeri sangat hebat.
10 : nyeri paling hebat.
Barbara C. long ( 1996 : 230 )
0 : tidak nyeri.
1 : nyeri ringan.
2 : nyeri sedang / tidak nyaman.
3 : nyeri parah/ mengganggu.
4 : nyeri separah – parahnya /
sangat menganggu.
ATAU :
0 : tidak nyeri. 2 : nyeri sedang.
1 : sedikit nyeri 3 : nyeri parah
GAMBAR
5. Faktor yg mempengaruhi Respons thd Nyeri
5.1 Usia
Makin tua usia seseorang makin mudah dlm
beradaptasi dgn nyeri yg dialami. Persepsi nyeri
pd lansia mungkin berkurang sebagai akibat dari
perubahan patologis berkaitan dgn beberapa
penyakit misalnya Diabetes Mellitus.
5.2 Jenis kelamin
Laki- laki lebih tahan thd nyeri dari pada wanita
5.3 Budaya
Keyakinan akan nilai budaya, mempengaruhi cara
individu dlm mengatasi nyeri
Cth : Ada pasien yg mengalami nyeri bereaksi
merintih, menangis,atau berteriak – teriak,
sedangkan individu yg lain berdiam diri saja.
5.4 Makna Nyeri
Makna nyeri bagi seseorang akan mempengaruhi caranya
beradaptasi thd nyeri yg dialami.
Cth : Seorang wanita yg akan bersalin akan mempersepsikan nyeri
berbeda dgn seoarng wanita yg mengalami nyeri karena cedera
akibat pukulan pasangannya.

5.5 Perhatian.
Tingkat perhatian seseorang thd nyeri dpt mempengaruhi persepsi
nyeri.Pehatian yg terfokus pd nyeri meningkatkan intensitas nyeri
sedangkan pengalihan perhatian (distraksi)  toleransi individu
thd nyeri meningkat.

5.6 Ansietas.
Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri. Individu yg sehat
secara emosional lebih mampu mentoleransi nyeri dari pada
individu yg kurang stabil emosionalnya

5.7 Keletihan.
Rasa kelelahan menybabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping Kelelahan baik fisik maupun
mental menghambat produksi endorphin & enkefalin shg tidak ada
yg menghambat hantaran nyeri ke SSP
5.8 Pengalaman sebelumnya.
Individu yg mempunyai pengalaman multiple &
berkepanjangan dg nyeri akan sedikit lebih gelisah & lebih
toleran thd nyeri dibandingkan dg orang yg hanya
mengalami sedikit nyeri.
5.9 Gaya koping
Individu yg memiliki lokus kendali internal mempersepsikan
diri mereka sebagai individu yg dapat mengendalikan
lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa spt
nyeri. Sebaliknya Individu yg memiliki lokus kendali
eksternal mempersepsikan faktor lain dlm lingkungannya
sperti perawat sebagai individu yg bertanggung jawab
terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
5.10 Dukungan keluarga & sosial
Kehadiran orang terdekat klien, keluarga,dan sikap yg
ditunjukkan mempengaruhi respons klien thd nyeri yg
dirasakan.
6. PENATALAKSANAAN .
a. Pendekatan medis.
1) Obat analgesik
- non narkotik : aspirin
- antinflamsi non steroid/ NSAID: piroksikam,
ketorolak(toradol)
kedua obat ini bekerja pada receptor perifer untuk
 mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri
 menghambat sintesis prostaglandin dan
menghambat respons selluler selama inflamasi
- analgesik narkotik/opiat : morphin, demerol, kodein 
bekerja pd medula spinalis dan otak melalui ikatan dgn
reseptor opiat utk memodifikasi persepsi nyeri dan reaksi
thd nyeri

- koanalgesik/ adjuvan  sedatif, anti cemas & relaksan


otot  meningkatkan kontrol nyeri & menghilangkan
gejala lain yg terkait dgn nyeri spt depresi, mual
2) Akupuncture/ akupresur.
 merupakan tindakan utk
merangsang serabut beta A shg
menghambat hantaran nyeri ke SSP
( gate controle theory )

3) Blok sistem saraf : anastesi lokal,


regional. memblokir fungsi neuron
sensori,motorik & neuron otonom yg
menyuplai area yg dipengaruhinya.
 tindakan memutuskan transmisi
saraf didaerah ganglion saraf otak,
sumsum tlg belakang & ganglion saraf
simpatis.
4) Pembedahan : neurectomy,
rhizotomy dorsal, cordotomy,
simpatektomy.

- Neurectomy : tindakan
memotong serabut saraf dari
badan sel pd lokasi nyeri baik
saraf kranial ataupun saraf
perifer.
cth : pd trigeminal neuralgi
dilakukan reseksi N. V.
- Rhizotomy : tindakan reseksi akar belakang
sebelum masuk sumsum belakang.
Fungsi  mengatasi nyeri yg parah pd batang
tubuh bagian atas .
cth : pd kanker paru.

- Cordotomy : tindakan memotong jalur


konduksi nyeri dari sumsum anterolateral
ascendens utk mengatasi nyeri yg parah pd
bagian badan sebelah bawah .
cth : kanker pelvis.

- Simpatektomy: tindakan eksisi atau destruksi


satu atau beberapa ganglia saraf simpatis.
Kegunaan mengatasi nyeri sekunder dari
insuffisiensi vaskuler ekstremitas.
Cth : penyakit Renaund
b. Pendekatan Keperawatan
1) Distraksi / pengalihan perhatian
 menurunkan persepsi nyeri dgn
menstimulasi sistem kontrol desendens yg
mengakibatkan berkurangnya stimuli nyeri yg
ditransmisikan ke otak.
Cth : mendengarkan musik, nonton tv, baca,
berbincang – bincang dg orang lain,nafas
berirama, memfokuskan perhatian pd sesuatu
obyek, dll.

2) Relaksasi,
 me(-) ketegangan otot, rasa jemu, cemas
dgn meningkatkan sekresi endorphin &
enkefalin pd sel inhibitor kornu dorsalis medula
spinalis shg menghambat transmisi nyeri.
Rileksasi terutama bermanfaat bagi orang dg
nyeri khronis.
Ada 4 komponen utama dari teknik rileksasi :
- lingkungan yg tenang, hindari kebisingan
- posisi yg nyaman, duduk tanpa ketegangan
otot.
- Sikap yg dpt diubah : kosongkan semua
pikiran dari alam sadar.
- Keadaan mental yg baik. Pusatkan perhatian
pd suara , kata, imaginasi, obyek atau pola
nafas utk merubah pikiran secara internal
menjadi pikiran yg lebih dapat diterima.

Teknik rileksasi yg sederhana dg nafas dalam,


lambat, berirama, sambil memejamkan
mata.Irama yg konstan dpt dipertahankan
dg menghitung dlm hati satu – dua dg
lambat setiap inhalasi & ekhalasi
c. Skin stimulation.
Yg termasuk skin stimulation yaitu
massage, fixasi, terapi kompres es
dan panas.

- Massage : adl stimulasi kutaneus


tubuh secara umum dipusatkan pd
punggung & bahu. Massage
menyebabkan rileksasi otot serta
mempunyai dampak mengurangi
nyeri melalui sistem kontrol
desendens.
- Terapi es,
menghambat proses inflamasi pd
tempat cedera  berkurangnya
sekresi prostaglandin  me (-)
sensitivitas nyeri.
terapi es efektif  digunakan segera
setelah kejadian, cth : pd terkilir
- Terapi panas.
meningkatkan aliran darah ke suatu
area, mencegah iskemia atau
anoksia jaringan  menghambat
pelepasan mediator kimiawi dlm
tubuh yg berpengaruh pd transmisi
nyeri ke SSP
B. KONSEP ASKEP NYERI
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN.
4. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Pengkajian
a. Identitas : nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
b. Riwayat timbulnya nyeri
c. Provoking ( Pemicu = P ).
Faktor yg memperberat atau
memperingan nyeri.
d. Kualitas ( quality = Q ).
Bagaimana kualitas nyeri yg
dirasakan apakah tajam, tumpul,
menusuk, spt terbakar dll.
e. Lokasi ( daerah = region = R )
Lokasi nyeri , penjalaran nyeri

f. Keganasan ( severity = S )
Intensitas nyeri : ringan, sedang, berat ?.
Gunakan Visualisasi Analog Scale .

g.Waktu terjadinya nyeri ( Time = T)


kapan,lama dan kekerapan serangan nyeri

h. Respons fisiologis st saraf autonom : Tensi,


nadi, respirasi, pupil,diaphoresis dll.

i. Respons perilaku thd nyeri spt agitasi, sikap


tubuh,depresi dll
2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Nyeri sebagai problem :
Nyeri b.d trauma jaringan dan
reflek spasme otot ditandai dg
klien mengungkapkan nyeri pada
daerah operasi, expresi wajah
kesakitan, skala nyeri 3

2.2 Nyeri sebagai etiologi.


Pola nafas tidak efektif b.d nyeri
dada & abdomen ditandai dg
ungkapan pasien nafas tersengal –
sengal, px tampak menggunakan
otot bantu nafas, fr nafas 30 x /
menit
3. Tujuan & Intervensi
a. Bila nyeri sbg problem ( masalah )
tujuan keperawatan“ Kebutuhan rasa
nyaman terpenuhi stlh dilakukan tindk
perawatan selama …….. dg kriteria
ungkapan rasa nyeri berkurang, klien
tampak rileks ,skala nyeri 0-1, tensi, nadi
dlm batas normal.

b. Bila nyeri sebagai etiologi, maka tujuan


keperawatannya berkaitan pd masalah
keperawatannya.
cth : Pola nafas px menjadi efektif stl
mendpt tindakan kep selama …. Dg
kriteria ungkapan px tidak sesak nafas, px
tidak menggunakan otot bantu nafas, fr
nafas 16 – 20 x / menit
Intervensi:
a. Jelaskan penyebab, cara mengatasi,
diskusikan dg px cara terbaik dlm
mengatasi nyeri & hargai keputusan
Px dlm mengatasi nyeri

R : Penjelasan yg diberikan
meningkatkan pemahaman &
kemampuan px dlm mengambil
keputusan ttg tindakan mengurangi
nyeri. Penentuan tindakan yg sesuai
dg pilihan px meningkatkan sikap
kooperatif px.
b.Bantu & motivasi Px dlm mengatasi nyeri dg
distraksi, relaksasi, skin stimulation
(massage, terapi es, panas, fixasi ) dan
imaginasi terbimbing, ciptakan lingkungan
yg aman & nyaman
Rasional :
- Distraksi meningkatkan aktivitas dlm
sistem kontrol desendens untuk mencegah
transmisi terus menerus stimulus nyeri ke
otak.
- Relaksasi : meningkatkan sekresi endorphin
& enkefalin pd sel inhibitor kornu dorsalis
medula spinalis yg dpt menghambat
transmisi nyeri .
- massage, kompres panas 
meningkatkan sirkulasi kejaringan->
mengurangi iskemia& anoksia
jaringan shg menghambat pelepasan
mediator kimiawi ( bradikinin,
histamin, prostaglandin ) yg berfungsi
mentransmisikan nyeri ke SSP.
- Kompres es / dingin  menghambat
proses inflamasi jaringan yg cedera
shg mengurangi pelepasan
prostaglandin menghambat
transmisi nyeri ke SSP
- Fixasi  menstimulasi serabut saraf
yg mentransmisikan sensasi tidak
nyeri, memblok transmisi impuls
nyeri ke SSP ( gate control teori ).
cth : pakai gurita, bebat
- Imaginasi terbimbing 
memungkinkan relaksasi sehingga
meningkatkan pelepasan endorphin &
enkefalin.
- Lingkungan yang aman/ nyaman
memungkinkan px beradaptasi dg
kondisinya
c.Beri dukungan emosional dari petugas dan
keluarga.
R : dukungan meningkatkan kemampuan Px
beradaptasi thd masalah yg dirasakan.

d.Kolaborasi dg dokter / profesi lain yg terkait


dlm pemberian analgesik, sedative/ hipnotik,
akupuncture, bimbingan mental, blok sistem
saraf,ataupun tindakan pembedahan.
Rasional :
- analgesik : mengubah persepsi &
interpretasi nyeri dg menekan SSP.
- Sedative / hipnotika  mengurangi
kecemasan, meningkatkan sekresi
endorphin & enkefalin.
- Bimbingan mental nyeri psikologis
akan berkurang bila px dpt menerima
keadaannya.
- Akupuncture  merangsang serabut
A- beta shg menghambat hantaran
nyeri ke SSP.
- Blok st saraf  memutus transmisi
saraf didaerah ganglion saraf otak,
sumsum tl belakang & gangglion saraf
simpatik.
- Cordotomy  merusak jalur konduksi
nyeri dari sumsum anterolateral
ascendens
- Rhizotomy  reseksi akar belakang sebelum
masuk sumsum tulang belakang.
- Neurektomy  merusak serabut saraf dari
badan sel pd lokasi nyeri.

e.Observasi tiap … jam tanda vital, expresi


wajah serta tanyakan keluhan nyeri.
Rasional :
- peningkatan TD, ND, RR merupakan
respon nyeri pd st saraf autonom.
- Keluhan px, expresi wajah, sbg indikator
berhasil / tidaknya tindakan
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai