Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN SKPG DAN

PENYEMPURNAANNYA
UNTUK MEWUJUDKAN SKPG SEBAGAI ALAT BANTU
PEGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENANGGULANGAN
KERAWANAN PANGAN DAN GIZI

BADAN KETAHANAN PANGAN


KEMERNTRIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
19 NOVEMBER 2015
PELAKSANAAN SKPG SAAT INI
KO ANALISIS SKPG BULANAN
MP
ON Untuk Kewaspadaan Dini terhadap
EN perubahan situasi pangan dan gizi
SK Investigasi
PG
ANALISIS SITUASI PG TAHUNAN
Untuk perencanaan program
pangan dan gizi jangka menengah
dan jangka panjang

DISEMINASI &
PENYEBARLUASAN INFORMASI
Penyebaran informasi PG bagi pihak
terkait dan yg memerlukan
SKPG SEBAGAI SUATU SISTEM KEWASPADAAN
(kondisi ideal)
Pertanian
Pertanian Kesehatan
Kesehatan BULOG
BPS GUBERNUR/ Naker
Lainnya BUPATI/ Sos/Kesra
WALIKOTA Lainnya

DATA/ PENGAMBILAN TINDAKAN/


INFORMASI KEPUTUSAN INTERVENSI

UMPAN BALIK

KATA KUNCI:
• Data/informasi “real time” dan relevan
• Pengambil keputusan dan pengambilan keputusan
• Tindakan relevan dan pemberdayaan
BEBERAPA CATATAN MENGENAI SKPG SAAT INI

1. Belum berfungsi maksimal sebagai instrument


kewaspadaan dini (early warning system) yang
dapat memberikan informasi kepada Pemerintah
Daerah (kabupaten-kota) tentang potensi terjadinya/
tidak terjadinya kerawanan pangan dan gizi
2. Belum dianggap sebagai instrument penting oleh
daerah Pemimpin daerah karena beberapa hal:
 Hasilnya dianggap “tidak sesuai kenyataan”
 Dampak psikologis bagi Tim SKPG dan Daerah
bila data SKPG yang “berwarna merah” ter-
ekspose ke media
 Tidak menjadi prioritas kegiatan – hanya sedikit
wilayah yang memiliki anggaran khusus untuk
SPG
3. Persoalan Indikator SKPG
• Ketersediaan data
• Ketidakesuaian data dengan kondisi
spesifik daerah: PERLU
• Tidak sesuai untuk wilayah
PENGEM-
perkotaan (urban food insecurity)
BANGAN
• Tidak sesuai untuk wilayah
INDIKATOR
perkebunan dan industri
• Tidak sesuai untuk wilayah YANG
kepulauan (Maluku) “TEPAT”
• Tidak sesuai untuk wilayah dengan (AKURAT,
agro-ekosistem dan upaya RELEVAN)
pemenuhan pangan yang spesifik
(Papua)
31/03/2015

5
SKPG-JOGJA-DRAJAT
EVLUASI TERHADAP INDIKATOR
MEKANISME REVIEW:
1. Melakukan analisis ulang menggunakan kerangka
pikir diagram alir masalah kerawananan pangan dan
gizi (MENGIKUTI POLA “ALIRAN SUNGAI SKPG”)
Asumsi2:
• Harga adalah fungsi kelangkaan
• Luas tanam menentukan apakah akan terjadi
surplus atau kelangkaan
• Status gizi anak dipengaruhi oleh akses terhadap
pangan
• Harga adalah pembatas terhadap akses pangan
MEKANISME REVIEW:
• Terdapat keterkaitan antara luas tanam,
harga pangan (beras) dan status gizi
(Semakin tinggi luas tanam, semakin
rendah harga, semakin tinggi N/D).
Variabel2 ini dikumpulkan pada SKPG
yang diimplementasikan saat ini.
• Ada jeda waktu antara kenaikan luas
tanam dengan harga dan N/D
KONSEP KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI
(Sumber: Basuni)
Perdesaan (D) ??

Sangat
KEGAGALAN dini
PRODUKSI

Ketersediaan Cukup
Pangan di dini
KRISIS Masy kurang
Ketersediaan Kurang
EKONOMI
Pangan RT dini
Perkotaan (K) ?? kurang
Pendapatan Asupan
menurun Zat gizi
kurang
Daya beli
menurun

PREVENTIF
31/03/2015 KURANG
KURATIF

8
GIZI
SKPG-JOGJA-DRAJAT
TAHAPAN “RAWAN GIZI” MELALUI
JALUR RAWAN PANGAN
TAHAN
PANGAN +
TDK INFEKSI
Rawan Pgn
Kelaparan Gizi Buruk
Kronik
Gizi Kurang dan Infeksi
GIZI
BURUK
• Marasmus
• Kwashiorkor
• Mar+Kwas

2 - 4 bulan (Gailey, 1956)


31/03/2015

9
SKPG-JOGJA-DRAJAT
MEKANISME REVIEW:
2. Membangun kerangka pikir “baru” untuk
merumuskan SKPG ke depan
• Indikator berlaku umum atau ada klaster
wilayah?
• Menggunakan analisis waktu serentak (seperti
digunakan saat ini) atau analisis berdasarkan
adanya jeda waktu)?
PENGUJIAN KETERKAITAN ANTARA PRODUKSI
(LUAS TANAM), HARGA PANGAN DAN STATUS
GIZI
1. Pengujian menggunakan uji korelasi & Regresi
2. Korelasi dilakukan antara luas tanam dengan
harga Beras dan pangan lain dan dengan
status gizi (N/D; BGM/D)
3. Uji korelasi dilakukan pada bulan yang sama
dan pada bulan yang berbeda (luas tanam
pada bulan ke-n dan harga serta status gizi
pada bulan n, S/D N+4)
KENDALA YANG DIHADAPI
Keterbatasan data yang tersedia
1. Tidak dapat dilakukan clustering karena data
yang tersedia baru mencakup wilayah
kabupaten yang tidak disertai informasi
memadai untuk dapat dilakukan klasterisasi
2. Tidak lengkap
3. Masih terdapat inkonsistensi (satuan)
Yang memerlukan cleaning,
Hasil olahan belum dapat di klaster
HASIL PENGOLAHAN DATA
PENGUJIAN KETERKAITAN ANTARA PRODUKSI
(LUAS TANAM), HARGA PANGAN DAN STATUS
GIZI
1. Pengujian menggunakan uji korelasi
2. Korelasi dilakukan antara luas tanam dengan
harga Beras dan pangan lain dan dengan
status gizi (N/D; BGM/D)
3. Uji korelasi dilakukan pada bulan yang sama
dan pada bulan yang berbeda (luas tanam
pada bulan ke-n dan harga serta status gizi
pada bulan n+4)
HASIL PENGOLAHAN DATA

1. Luas tanam padi berkorelasi negatif dengan harga


beras pada 3 bulan kemudian, meski koefisien
korelasi umumya kurang dari 0.5. Artinya meskipun
tidak sangat kuat hubungannya, luas tanam padi
berhubungan dengan tingkat harga beras.
2. Harga Beras dan N/D mempunyai hubungan dengan
nilai korelasi sebesar -0,714 pada bulan n+3.
Demikian pula %kenaikan Harga Beras dan %
kenaikan N/D mempunyai hubungan yang kuat.
Artinya perubahan harga beras bisa dijadikan indikasi
perubahan perubahan status gizi balita pada 3 bulan
kemudian
HASIL PENGOLAHAN DATA
UJI KORELASI PADA BULAN YANG BERBEDA

3. Hal ini menunjukkan bahwa Harga Beras dan nilai


N/D mempunyai hubungan yang kuat dan
berhubungan negatif. Apabila Harga Beras naik maka
nilai N/D akan turun, dan berlaku sebaliknya dengan
dampak yang dirasakan pada bulan ketiga.
4. Harga Beras dan BGM/D mempunyai hubungan
dengan nilai korelasi sebesar 0,495. Hal ini
menunjukkan bahwa Harga Beras dan nilai BGM/D
mempunyai hubungan yang cukup kuat dan
berhubungan positif . Hubungan %kenaikan Harga
Beras dan % kenaikan BGM/D tidak mempunyai
hubungan sigifikan, meski terdapat kecenderungan
hubungan positif (semakin tinggi % HB, semakin
tinggi % BGM/D)
KESIMPULAN
1. Logika hubungan antara luas tanam (proksi produksi)
dengan harga Beras (proksi akses/daya beli pangan)
dengan status gizi (%N/D) masih bisa ditemukan dengan
menggunakan data yang diimplementasikan pada SKPG
sekarang
2. Oleh karenanya di Wilayah Kabupaten, penurunan luas
tanam dan kenaikan harga beras 2-4 bulan setelahnya
adalah prediktor yang cukup baik terhadap kemungkinan
penurunan status gizi.
3. Adanya korelasi yang searah antara harga beras dengan
harga pangan lain menunjukkan bahwa harga beras saja
dapat dipertimbangkan sebagai indikator tunggal untuk
digunakan sebagai prediktor akses pangan.
LANGKAH KE DEPAN
1. Melakukan penyempurnaan panduan
pelaksanaan SKPG. Penekanan
penyempurnaan Panduan SKPG
diarahkan pada interpretasi data untuk
menghasilkan informasi yang dapat
memberikan isyarat dini dan alteratif
intervensi.
2. Melakukan sosialisasi dan pelatihan
panduan (Desember 2015).
IMPLIKASI TERHADAP
PERUBAHAN PANDUAN
1. Secara umum metode penghitungan untuk
penetapan SKPG bulanan dan tahunan tidak
berubah berarti; Data yang dikumpulkan juga relatif
tetap (kecuali untuk wiayah “beras” akan
berkurang)
2. Untuk wilayah yang produksi dan pola
konsumsinya “tunggal” beras, tidak disarankan
untuk mengolah komoditas lain karena harga beras
berkorelasi cukup kuat dengan harga komoditas.
Namun untuk yang berpola produksi dan konsumsi
beragam (Papua, Maluku, NTT khususnya)
IMPLIKASI TERHADAP
PERUBAHAN PANDUAN
pengumpulan dan pengolahan data luas tanam,
puso dll untuk produksi serta harga komoditas
yang dikumpulkan tetap harus dilakukan.
3. Untuk meningkatkan pendayagunaan pemanfaatan
data dan informasi SKPG, dalam panduan baru
akan dilengkapi dengan instrumen alternatif
tindaklanjut untuk menghadapi kondisi waspada,
termasuk panduan membuat kalender masalah
agar fungsi SKPG sebagai isyarat dini dan dan
intervensi dapat dioptimalkan.
Analisis Situasi Pangan dan Gizi Bulanan
Jenis Data Yang dikumpulkan relatif tetap*
Kelompok Data Sumber Data Keterangan
A. Ketersediaan Pangan a. Luas tanam Dinas Pertanian SP Padi
b. Luas puso Dinas Pertanian SP Palawija
c. Luas panen Dinas Pertanian (jagung, ubi
d. Cadangan Pangan BKP/BULOG kayu, ubi jalar)
Petugas
Pengamat Hama
dan Penyakit
(PHP)

B. Akses Terhadap Harga Komoditas Pangan (Beras, Jagung, Ubi Kayu, Dinas Perindag/BKP Survei Harga
Pangan Ubi Jalar, Gula, minyak goreng, daging ayam, telur)

a. Angka Balita Ditimbang (D)


b. Angka Balita Naik Berat Badan (N)
c. Balita yang tidak naik berat badannya dalam 2 kali Laporan
C. Pemanfaatan Pangan penimbangan berturut-turut (2T) Dinas Kesehatan Penimbangan
d. Angka Balita dengan Berat Badan Dibawah Garis dan KLB
Merah (BGM)
e. Kasus gizi buruk yang ditemukan

Jumlah tindak kejahatan, jumlah KK dengan angota Dinas Sosial, Kepolisian,


keluarga yang menjadi tenaga kerja ke luar daerah, Dinas Tenaga Kerja, Apabila
D. Spesifik Lokal penjualan aset, penjarahan hutan, perubahan pola Dinas Kehutanan, Dinas Diperlukan
konsumsi pangan, cuaca, dll Kesehatan, BMKG, dll

E. Data Pendukung a. Luas tanam bulanan 5 tahun terakhir Digunakan untuk


b. Luas puso bulanan 5 tahun terakhir Dinas Pertanian dan BPS analisis bulanan
20
31/03/2015
ANALISIS SKPG TAHUNAN
Jenis Data
Kelompok Data Sumber Data Keterangan
A. Ketersediaan a. Ketersediaan Dinas Pertanian ATAP yang keluar pada bulan
Pangan dibandingkan dengan BPS Juli tahun berjalan dan
konsumsi normatif BPS menggunakan data ARAM II
b. Jumlah penduduk BKP/BULOG tahun berjalan
tengah tahunan Data proyeksi penduduk
c. Cadangan pangan tengah tahun
B. Akses Terhadap a. Keluarga Prasejahtera SKPD KB Kab/Kota -
Pangan dan Keluarga Sejahtera I BPS/Dinas time series data
b. Harga Perindag
c. IPM BPS
d. NTP BPS

C. Pemanfaatan a. Jumlah balita Dinas Kesehatan Berat Badan/Umur


Pangan b. Persen Balita gizi buruk (- (hasil Pemantauan Berat Badan/Tinggi
3 SD) Status Gizi)
c. Persen Balita gizi kurang
(-2 SD)
CONTOH PEMBUATAN KALENDER DAN ALTERNATIF INTERVENSI

APRIL MEI - JUNI JULI AGST - SEPT OKT - MART

LUAS TANAM
+
(KECAMATAN)

O
- L. PANEN
- L. PUSO
+
- PROD/CAP
(KECAMATAN)
+
LUAS TANAM x 100 %
LUAS BAKU
O
> 80 % O
- L. PANEN
60 % - 80 % + LUAS TANAM x 100 % - L. PUSO
< 60 %  + LUAS BAKU +
- PROD/CAP
(DESA)
> 90 % O +
PERHATIKAN : 75 % - 90 % +
1. BATAS WAKTU TANAM < 75 %  +
2. JENIS TANAMAN NON O
- PENGE
PADI LOMPOKAN
3. DATA PERUBAHAN JML PROD (KEC) = LUAS TANAM x 100 % KEC. (O) +
LUAS BAKU JML PENDUDUK (KEC) LUAS BAKU - SURVEY
LUMBUNG
+
> 250 KG/KAPO > 90 % O
200 - 250 KG/KAP + 75 % - 90 % +
L
< 200 KG/KAP  + < 75 %  + H 35 %
- SURVEY 
P A D A T A H A P I N I KONSUMSI L Hati2
PERHATIKAN : D I S U R V E Y J U G A K

}
- RT/RK 70 %
1. TANAH ABSENTE BAHAN MAKANAN LAIN : L
2. IJON JAGUNG, UBIKAYU, UBI M Penin
3. TANAMAN NON PADI dakan
JALAR DLL.
4. PERUBAHAN LUAS
LAHAN BAKU T I A P R T /K A MP UN G
DIAMBIL 10 KK TERMISKIN
UNTUK DIAMATI.

LAPANGAN/KESEMPATAN KERJA : PEMBONGKARAN TANAH, PROYEK2 PADAT KA RYA


INTERVENSI

OPERASI PASAR, PINJAMAN PA NGAN


- BANTU AN SOSIAL
- PERAWATAN KESEHATAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai