Anda di halaman 1dari 233

HAND-OUT MATA KULIAH (GIZ 347)

PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI (P2G)

PENGANTAR

Tim Pengajar :
 Yayuk Farida Baliwati (YFB)-Koordinator
 Yayat Heryanto (YHT)
 Resa Ana Dina (RAD)

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FEMA IPB


Semester Genap, 2021/2022
Oleh YFB
OUTLINE

Posisi MK P2K dalam pencapaian


Kompetensi Nutrisionis

Pembagian Tugas Pembelajaran


MK P2G sem GN 2021-2022

Pokok Bahasan UTS


dan UAS*

*Secara rinci terdapat pada Kontrak Kuliah


REVIEW (1) STANDAR KOMPETENSI NUTRISIONIS (AIPGI, 2018)

Profil Nutrisionis :
Pengelola pelayanan gizi yang profesional mengutamakan pelayanan
promotive_preventif berdasarkan prinsip ilmu pangan, gizi & kesehatan
Peran Nutrisionis
1. Mengelola asuhan gizi masyarakat berbasis ilmiah dan holistik.
2. Merencanakan, menyelenggarakan, mengembangkan, dan mengevaluasi
penyuluhan, pelatihan, dan edukasi gizi kepada individu, kelompok &
masyarakat.
3. Merencanakan, menyelenggarakan, mengembangkan, dan mengevaluasi
intervensi gizi dan diet pada individu, kelompok, dan masyarakat sebagai
upaya promotif dan preventif.
4. Mengelola sistem penyelenggaraan makanan (food service) dan
pengendalian mutu berdasarkan prinsip keamanan pangan, kepuasan, dan
kesehatan serta keselamatan klien.
5. Melakukan penelitian di bidang gizi, pangan, dan kesehatan..
6. Membangun jejaring dan merancang rekomendasi dalam bentuk policy
brief & menyelenggarakan advokasi bidang gizi masyarakat.
Kompetensi lulusan PS S1 Gizi Fema IPB
REVIEW
“Perencanaan pangan gizi berbagai tingkatan : mikro-makro”
(2)
< sem 6 sem 6, KKN- T
kab/kota/prov/nas
Perencanaan menu
Perencanaan menu
institusi (sosial & Perencanaan kebutuhan
keluarga
komersial) pangan & gizi penduduk
untuk hidup sehat, aktif,
P2G produktif secara
komunitas berkelanjutan
Rumah
tangga

Asuhan pangan gizi ut perbaikan


individu gizi masyarakat

Pelayanan dasar & Pelayanan


pengembangan Gizi di
ekonomi lokal serta Puskesmas
pemberdayaan
masyarakat
Desa/kelurahan
REVIEW Kompetensi lulusan PS S1 Gizi Fema IPB
(3) “Perencanaan pangan gizi wilayah”

Nutrisionis

CPL (3) : Mampu mengaplikasikan iptek gizi dalam pemecahan


masalah gizi perorangan, kelompok & masyarakat melalui PSG

CPMK –P2G : Mampu menjelaskan secara komprehensif perencanaan


program pangan dan gizi wilayah yang mencakup : analisis situasi; analisis
penyebab dan prioritas masalah; analisis kebutuhan dan target; perumusan
rencana strategis serta rancangan implementasi program pangan gizi, dalam
kerangka sistem pangan dan gizi berkelanjutan sebagai bagian integral
pembangunan nasional
Kompetensi lulusan PS S1 Gizi Fema IPB
REVIEW “Perencanaan pangan gizi berbagai tingkatan : mikro-makro”
(4)

Pemenuhan kebutuhan pangan mereka


untuk hidup sehat, aktif produktif..
 tanggung jawab siapa?
 bagaimana caranya?
Deskripsi MK P2G

Mata kuliah ini membahas secara komprehensif


perencanaan program pangan dan gizi wilayah yang
mencakup : analisis situasi; analisis penyebab dan
prioritas masalah; analisis kebutuhan dan target;
serta perumusan rencana strategis dan rancangan
implementasi program pangan gizi, dalam kerangka
sistem pangan dan gizi berkelanjutan sebagai
bagian integral pembangunan nasional
Pembagian Tugas Pembelajaran MK P2G
sem GN 2021-2022

No Hari/jam Pengajar Keterangan


Kuliah Praktikum
1 Rabu, Jam 7-8.40 YFB (UTS,UAS) K1_Kls A
Rabu, Jam 9-12 YFB (UTS,UAS) P1_Kls A
2 Kamis, Jam 7-8.40 YHT (UTS,UAS) K3_Kls B
Kamis, Jam 9-12 YHT (UTS,UAS) P3_Kls B
Kamis, Jam 9-12 YFB (UTS,UAS) P4_Kls B
3 Jumat, Jam 13-14.40 RAD (UTS,UAS) K2_Kls B Inggris
Jumat, Jam 15-18 RAD (UTS,UAS) P2_Kls B Inggris
Pokok Bahasan UTS_7 mgg
I. Dasar pemikiran P2G  4 mgg
a. Pengertian, tujuan dan pola pikir P2G
b. Ruang lingkup P2G
c. Prinsip P2G
d. Kebijakan dan program pangan gizi
e. Penyusunan NBM dan analisis ketersediaan pangan : Data dasar P2G
lanjutan)
II. Beragam Pendekatan P2G  2 mgg
a. Top down, Bottom up, Parsipatif, politik dan teknokratik
b. Sektoral-Multisektoral
c. Pola Pangan Harapan (PPH)

III. Pelaku dalam P2G  1 mgg


a. Stake holder Pangan Gizi
b. Kelembagaan Pangan dan Gizi
c. Advokasi
Pokok Bahasan UAS_7 mgg

IV.Analisis Situasi Pangan dan Gizi – 2 mgg


a. Analisis prioritas masalah
b. Analisis penyebab masalah

V.Analisis kebutuhan pangan – 2 mgg


a. Analisis kebutuhan konsumsi pangan dan gizi wilayah
b. Analisis target penyediaan pangan wilayah

VI.Perumusan rencana strategis program pangan dan gizi


wilayah – 3 mgg
a. Perumusan strategi program
b. Perumusan tujuan program
c. Perumusan alternatif kegiatan program
d. Perumusan rancangan pelaksanaan program
P2G adalah

Terima kasih.
HAND-OUT MATA KULIAH (GIZ 347)
PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI (P2G)

Dasar pemikiran P2G

Tim Pengajar :
 Yayuk Farida Baliwati (YFB)-Koordinator
 Yayat Heryanto (YHT)
 Resa Ana Dina (RAD)

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FEMA IPB


Semester Genap, 2021/2022
Oleh YFB
OUTLINE

Dasar pemikiran P2G  4 mgg


√ a. Pengertian, tujuan dan pola pikir P2G
√ b. Ruang lingkup P2G
c. Kebijakan dan program pangan gizi
d. Prinsip P2G
e. Penyusunan NBM dan analisis ketersediaan
pangan : Data dasar P2G lanjutan)
a. Pengertian, tujuan & pola pikir P2G

Penyelenggaraan Perencanaan Untuk mencapai


pangan (Gambar 1), Pangan, ketahanan, kemandirian
dilakukan a.l melalui adalah : dan kedaulatan pangan

suatu proses sistematis yang dilakukan oleh Pemerintah, Perencanaan Pangan harus
Pemprov, PemKab/kota untuk memenuhi kebutuhan terintegrasi didalam rencana
pangan dan gizi penduduk berdasarkan sumberdaya lokal pembangunan nasional dan
 menghindari/mengatasi masalah pangan & gizi daerah (Provinsi,
 tercapai kualitas hidup yang lebih baik (sehat, aktif & Kabupaten/Kota) dan
produktif) perencanaan pangandan
perencanaan pangan diwujudkan
dalam bentuk rencana pangan
1. kebutuhan konsumsi pangan 8. Keamanan Pangan;
dan status gizi masyarakat; 9. LITBANG Pangan;
2. Produksi Pangan; 10. kebutuhan dan
3. Cadangan ”Pangan Pokok”; diseminasi IPTEK di Rencana Pangan : RAN/D_PG
4. Ekspor Pangan; bidang Pangan; no 1-11 (Gambar 2 a) (Gambar 2 b)
5. Impor Pangan; 11. kelembagaan Pangan;
6. Penganekaragaman Pangan; 12. tingkat pendapatan
7. distribusi, perdagangan, dan Petani, Nelayan,
pemasaran “Pangan Pokok”; Pembudi Daya Ikan,
8. stabilisasi pasokan dan harga dan Pelaku Usaha
Pangan Pokok; Pangan.
Gambar 1. Kerangka pikir penyelenggaraan pangan

• Masyarakat berhak
menentukan SP (Gambar 3)
yang sesuai dengan potensi
sumberdaya lokal.
• SP merupakan acuan
yang ditujukan untuk
memberikan
perlindungan bagi
produsen maupun
konsumen.
• Pembangunan
pangan haruslah
memberi dampak
pada setiap individu
dalam bentuk
tercukupinya
kebutuhan pangan
yang memenuhi
prinsip gizi
seimbang.
Gambar 2a. Integrasi Perencanaan Pangan dan Gizi dalam Dokumen
Perencanaan Pembangunan (RPJP, RPJM, RKP, Renstra, Renja)
Gambar 2.b. Kedudukan RAD-PG terhadap Kebijakan Lain
yang Relevan di Daerah

RPJMN
dan RAN-PG
Perpres 83/2017 atau
Peraturan Perundang-
undangan lainnya yang
mengatur RAD-PG

RPJMD,
Renstra SKPD, RKPD

Peraturan daerah lainnya


di bidang Pangan dan Gizi
Tujuan Utama Menyelaraskan
RAD-PG dengan implementasi
Aksi Penurunan Stunting
Dokumen Kebijakan Terintegrasi dan Juga TPB
Lainnya yang Relevan Tujuan #2
TPB/SDGs, Penurunan Stunting,
AMPL, Germas, PUG/PPRG,
Kemampuan menghadapai
gangguan/goncangan

Sistem
pangan
Keberlanjutan
Resiliensi
tangguh
(Tendall, et all,
2015)

Kemampuan untuk melestarikan


sistem dalam jangka panjang

1) kapasitas untuk menahan gangguan


sehingga tidak sampai terjadi kerawanan
pangan dan gizi;
2) kemampuan melakukan substitusi untuk
menghindari kerawanan pangan dan gizi;
Gambar 3. Sistem pangan 3) fleksibilitas dan kecepatan dalam pemulihan
(FA0, 2018) dari gangguan atau goncangan sehingga
tetap tahan pangan dan gizi; dan
4) adaptasi dan perubahan sebagai respon
adanya gangguan/goncangan tetap tahan
pangan dan gizi.
Definisi Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber


UU no 7 hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
th 1996 : diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
Pangan
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan
makanan atau minuman.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber


hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
UU no 18
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan
th 2012 : atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
Pangan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman
 Gambar 3
Gambar 3. Penjabaran Pangan berdasarkan Definisi Pangan
(berdasarkan UU 18/2012)

Kelompok pangan OPD/Dinas berwenang


1. Serealia Pertanian tanaman
2. Umbi2an pangan

Sumber tenaga 3. Minyak & lemak Industri


(KH,lemak)
4. Buah/biji berminyak Perkebunan

Tri guna 5. Gula Industri


makanan
Peternakan, Perikanan
6. Pangan hewani
Sumber pembangun & Kelautan
(Protein)
7. Kacang2an Pertanian tanaman
pangan
Sumber pengatur
(Vitamin & mineral) 8. Sayur & buah Hortikultura

Lain-lain 9. Minuman & Bumbu Industri


Pengertian kebutuhan & kecukupan gizi
--> standar ideal kuantitas konsumsi
maupun ketersediaan pangan

Kebutuhan gizi = banyaknya zat


gizi yang dibutuhkan individu
agar dapat hidup sehat
Kecukupan energi dan zat gizi
(AKE/G) = jumlah energi & zat
gizi yang dibutuhkan agar
sebagian besar penduduk bisa
hidup sehat
Fungsi perencanaan (P2G) dalam kerangka
manajemen (lanjutan)

1. Planning
1. Mobilisasi (mobilizing)
2. Organizing 2. Memampukan (enabling)
3. Menetapkan (defining)
3. Staffing
4. Mengukur (measuring)
4. Directing 5. Mengkomunikasikan
(communicating)
5. Controlling
Fungsi perencanaan (P2G) dalam kerangka
manajemen (lanjutan)

• Allows efficient use of resources


- Preventing overlap
- Integrating, synchronizing, and coordinating efforts
• Serves as guide for
- Implementing actions for nutrition improvement
- Assessing and evaluating efforts
- Generating resources
- Advocating for meaningful participation
Pola Pikir P2G
PG : Integrasi pembangunan (Berg,
PG : Input pembangunan 1974)

Angka
kematian KB Produk-
bayi dan tivitas
balita
Kemiskinan Ekonomi
berkurang Meningkat
Angka Kuali-
Hari
kesakitan tas-
kerja
Hidup

Gizi yang
memadai Pening-
katan Perbaikan Gizi
Kemampuan IPM
Produksi Tumbang Fisik
belajar anak & mental anak Investasi
sekolah sektor
SOSEK, SDA
Pres
(Pangan,
tasi
Gizi,
kerja
Kesehatan,
Daya tahan Peningkatan Pendidikan)
fisik orang Kualitas SDM
dewasa

Pangan merupakan salah satu urusan wajib


IPM : output pembangunan PG pemerintah (UU 23/2014 : Pemda) BOX 1
Box 1
Pembagian urusan pangan antar Pemerintah, Pemprov dan
pemkab/kota (Lamp UU 23/ 2014 : Pemda)
Pembagian urusan pangan antar Pemerintah, Pemprov dan
pemkab/kota (Lamp UU 23/ 2014 : Pemda) (Lanjutan)
Pembagian urusan pangan antar Pemerintah, Pemprov dan
pemkab/kota (Lamp UU 23/ 2014 : Pemda) (Lanjutan)
Contoh Integrasi Pangan dan Dizi dalam Pembangunan :
 Perpres 18/2020 RPJMN 2020-2024

Memperkuat sistem pangan untuk perbaikan gizi masyarakat


 Program Prioritas 3 : Peningkatan ketersediaan, akses,
Proyek Prioritas Strategis
dan kualitas konsumsi pangan (Major project)

Kegiatan Peningkatan kualitas konsumsi, keamanan,


prioriras 1 fortifikasi & biofortifikasi pangan Percepatan Penurunan Kematian
GIZI Ibu & Stunting
Kegiatan Peningkatan ketersediaan pangan hasil
prioriras 2
pertanian
Waduk multiguna : tersedianya
Peningkatan produktivitas dan pasokan air di daerah irigasi
Kegiatan
prioriras 3
Pangan premium guna mendukung
kesejahteraan SDM Pertanian
ketahanan pangan
Kegiatan Peningkatan produktivitas dan
prioriras 4 Akses air minum perpipaan (10
keberlanjutan sumberdaya pertanian Air Juta sambungan rumah) : akses
bersih air minum layak th 2024 =
Kegiatan
prioriras 5
Peningkatan tata Kelola sistem pangan 100%
nasional
Pola Pikir P2G (lanjutan)

Perencanaan pangan  Preventif /mencegah mengatasi masalah


pangan - gizi
Kegagalan SANGAT
produksi DINI

Persediaan
pangan wil/ masy
berkurang DINI
Krisis Persediaa pangan RT
Ekonomi berkurang
TELAT
Kons P & G
Pendapatan berkurang
berkurang
Daya beli
berkurang
PREVENTIF
KURATIF
KURANG GIZI
Pola Pikir P2G (lanjutan)

Preposisi penanggulangan masalah gizi :


1) Penanggulangan masalah gizi tidak akan efektif hanya
dengan pendekatan medis atau pendekatan sistem
pelayanan kesehatan saja
2) Masalah gizi tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga
masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah
kesempatan kerja
3) Pemecahan masalah gizi dimungkinkan tanpa harus
menunggu perbaikan ekonomi dahulu
4) Pemecahan masalah gizi memerlukan analisa ekonomi
dan manajemen
b. Ruang lingkup P2G

Pembangunan pangan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara


lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga
konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup,
seimbang, serta terjamin keamanannya (UU 17/2007 : Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 :
Pangan)

Arah perbaikan gizi: meningkatnya mutu gizi perorangan dan


masyarakat. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat bersama-sama menjamin tersedianya pangan yang
mempunyai nilai gizi secara merata dan terjangkau (UU
36/2009 : Kesehatan)
Ruang lingkup P2G lanjutan

Planing

Animal/Crop Food, Agricultural


Food Supply Postharvest
Exsport/ Import Rural Development

Market System
Food Distribution Prices Policies Food and Nutrition Economic
Purchasing Power
Information

Communication and Extension


Food Habits
Food Consumption Socio-Cultural Sociology of Food and Nutrition
Population
Research Methodology
Environtmental Applied Statistic
Sanitation
Biological Utilization Immunization Human Nutrition
Safe Water
Nutritional Status Health Status
Integrative 1. Food, Nutrition and Health Program s
2. Planning Managem ent of Food
& N utrition Program s

Directing/ Coordinating
Ruang lingkup P2G lanjutan berkaitan dengan Gambar 2.a & 2.b
SUMBERDAYA MANUSIA BERKUALITAS DAN BERDAYASAING

Status Gizi & Kesehatan Remaja Dewasa

INTERVENSI SPESIFIK
Status Gizi & Perkembangan Optimal Janin, Bayi & Anak - Kesehatan remaja & gizi ibu prahamil
- PMT ibu hamil
*) SISTEM PANGAN - Suplementasi gizi
Produksi pangan - ASI eksklusif
 Produksi pangan domestik Pencegahan & - Makanan Pendamping ASI
Asupan makanan Pola asuh penanganan
 Penyediaan pangan - PMT anak
sesuai kebutuhan yang baik penyakit infeksi - Gizi seimbang
berbasis sumberdaya lokal
Distribusi & pemasaran - Stimulasi perkembangan anak
- Penanganan gizi buruk akut
 Pemasaran & logistik
- Menejemen & pencegahan penyakit
pangan - Intervensi gizi dalam kedaruratan, dll
 Stabilisasi pasakon & Sumberdaya & kualitas
Ketahanan pangan Akses & penggunaan
harga pangan pengetahuan pada
masyarakat & pelayanan Kesehatan INTERVENSI SENSITIF
 Bantuan Pangan keluarga dan
rumhatangga & lingkungan - Jaminan sosial nasional
 Penanganan masyarakat masyarakat - Perkembangan anak usia dini
miskin & rawan pangan - Pemberdayaan perempuan
gizi - Perlindungan anak
Konsumsi - Pendidikan formal
 Pola konsumsi pangan 1. Kebijakan berbasis bukti - Sanitasi & air bersih
 Fortifikasi zat gizi mikro 2. Governansi & sistem politik - Pelayanan Kesehatan & KB
 Jejaring keamanan pangan 3. Kepemimpinan, kapasitas dan pembiayaan - Penguatan sistem pangan*)
 Pengawasan keamanan 4. Lingkungan sosial, ekonomi & kearifan lokal
pangan

MEMBANGUN LINGKUNGAN YANG KONDUSIF (ENABLING)


- Evaluasi yang tepat & terukur - Akuntabilitas
- Strategi advokasi - Dukungan peraturan perundangan
- Koordinasi vertical & horizonatl - Mobilitas sumberdaya lokal

Sumber : Modifikasi dari The Lancet, 2013 : Executive Summary of The Lancet Maternal and Child Nutrition Series
Ruang lingkup P2G lanjutan
Pola Pangan Sehat dari Sistem Pangan yang Berkelanjutan
 merupakan bagian dari pelaksanaan pencapaian berbagai tujuan SDGs
Ruang lingkup P2G lanjutan
Cholidah, EN. 2019. Pemodelan Status Gizi dan Ketahanan Pangan Jawa Barat [Tesis]. Bogor: IPB

Jumlah
Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran
pengeluaran
0.994 beras pangan hewani Sayur & Buah
Rata Lama makanan
Sekolah (RLS)
0.994 -0.723 0.914 0.045

Persentase
pengeluaran bukan
makanan
Sosial
AksesEkonomi
Pangan
0.618
Pengeluaran Makanan
99.8% Permasalahan
0.919
-0.261
Kurang Gizi dapat
-0.583
diselesaikan dengan
Skor PPH 0.970
-0.950 Stunting
Ketahanan Pangan
0.094
TKE 0.840

Kurang Gizi Underweight


TKP
Q2 = 99.8%
Ketersediaan 0.846
Ketersediaan
beras
Pangan 0.575 R2
-0.431
Ketersediaan
0.521 Akses Pangan 0.904
hewani
-0.324 Pengeluaran Makanan 0.757
Konsumsi Pangan
Ketersediaan Konsumsi Pangan 0.912
sayur buah 0.642
0.027
0.355 -0.780 0.765 0.016 Kurang Gizi 0.509
Skor PPH TKP Konsumsi Konsumsi p. Konsumsi
beras hewani sayur buah
Ruang lingkup P2G lanjutan
Cholidah, EN. 2019. Pemodelan Status Gizi dan Ketahanan Pangan Jawa Barat [Tesis]. Bogor: IPB

Ketersediaan Konsumsi
Akses Pangan Kurang Gizi
(Produksi) Pangan

↑ Skor PPH
Skor Pola Pangan Harapan
↑ % pengeluaran bukan
↑ TKP Stunting
makanan
Tingkat Kecukupan Energi Rata Lama Sekolah (RLS) ↓ Tingkat kecukupan
konsumsi beras
Underweight
Tingkat Kecukupan Protein
Ketersediaan beras ↑ Tingkat kecukupan
Ketersediaan pangan hewani konsumsi pangan hewani
Ketersediaan sayur&buah ↑ Tingkat kecukupan
konsumsi sayur&buah

Pengeluaran Makanan
99.8%
Permasalahan
Kurang Gizi dapat
↑ Pengeluaran makanan
↓ % pengeluaran padi2an
diselesaikan
↑ % pengeluaran pangan R2 dengan Ketahanan
hewani
↑ % pengeluaran Akses Pangan 0.904 Pangan
sayur&buah
Pengeluaran Makanan 0.757

Konsumsi Pangan 0.912


Q2 = 99.8%
Kurang Gizi 0.509
Hasil penelitian terkait

Peranan Pilar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Terhadap


Penanganan Gizi Kurang di Provinsi Jawa Barat (The Role Of
Pillar Sustainable Development Goals Relate to Tackling
Undernutrition in West Java Province), 2021

paper_7337cad1-f41b-41d4-82a1-
00ebe0061496.pdf
P2G adalah

Terima kasih.
HAND-OUT MATA KULIAH (GIZ 347)
PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI (P2G)
Oleh YFB

Kebijakan PG & Prinsip P2G

Tim Pengajar :
 Yayuk Farida Baliwati (YFB)-Koordinator
 Yayat Heryanto (YHT)
 Resa Ana Dina (RAD)

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FEMA IPB


Semester Genap, 2021/2022
OUTLINE

Dasar pemikiran P2G  3 mgg


a. Pengertian, tujuan dan pola pikir P2G
b. Ruang lingkup P2G
√ c. Kebijakan dan program pangan gizi
√ d. Prinsip P2G
e. Penyusunan NBM dan analisis ketersediaan
pangan : Data dasar P2G lanjutan)
c. Kebijakan dan program pangan gizi

 Kebijakan makro atau umum atau mendasar : Peraturan Perundangan-


Pemerintah Pusat
undangan (PerUU) = UUD RI th 1945, UU/PERPPU, Peraturan Pemerintah (PP),
Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah (Perda) sesuai UU 10 th 2004 :
Pembentukan PerUU
 Kebijakan meso atau menengah atau penjelas pelaksanaan : Peraturan Menteri,
Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, dan Peraturan
Walikota atau Surat Keputusan Bersama (SKB) antar Menteri, Gubernur, Bupati,
PERDA bisa dibatalkan oleh Perpres,
Walikota
 Kebijakan mikro : kebijakan yang mengatur pelaksanaan dari kebijakan
diatasnya = peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik di bawah Menteri,
Gubernur, Bupati, Walikota
1. Pangan, Gizi & Kesehatan
1.UU 18/2012 : Pangan
2.UU 36/2009 : Kesehatan
3.PP 69/1999 : Label & Iklan Pangan (yang baru??)
4.PP 17/2015 : Ketahanan pangan dan gizi
KEBIJAKAN PANGAN
5.PP 28/2004 : Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan  PP
GIZI: 86/2019 : Keamanan Pangan
1. Pangan, gizi & kesehatan
2. Terkait pangan 6.PerPres 83/2006 : Dewan Ketahanan Pangan  Keputusan
Menteri Pertanian 13/KPTSOT.050/M/01/2021, 25-1-21 :
3. Tata kelola sistem pangan => Kelompok Kerja Ahli Ketahanan Pangan
pemerintahan & perencanaan
7.PMK (Permenkes) 75/2013 : AKG  PMK 28/2019 : AKG
yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia
8.Perpres 83/2017 : Kebijakan Strategis Pangan & Gizi
9.Perpres 66/2021 : Badan Pangan Nasional
10.Perpres 72/2021 : Percepatan Penurunan Stunting
UU 18/2012 : Pangan

 Struktur BAB UU Pangan

Bab Judul Pasal Ket Bab Judul Pasal Ket


 Konsideran - - VIII. Label dan Iklan Pangan 96 – 107 12 pasal
I. Ketentuan Umum 41 buah - IX. Pengawasan 108 – 112 5 pasal
Asas, Tujuan, dan Sistem Informasi
II. 2–5 4 pasal X. 113 – 116 4 pasal
Lingkup Pengaturan Pangan
III. Perencanaan 6 – 11 6 pasal Penelitian dan
XI. 117 – 125 9 pasal
Pengembangan Pangan
KETERSEDIAAN
IV. 12 – 45 34 pasal XII. Kelembagaan Pangan 126 – 129 4 pasal
PANGAN
KETERJANGKAUAN XIII. Peran Serta Masyarakat 130 – 131 2 pasal
V. 46 – 58 13 pasal
PANGAN XIV. Penyidikan 132 1 pasal
KONSUMSI PANGAN XV. Ketentuan Pidana 133 – 148 16 pasal
VI. 59 – 66 8 pasal
DAN GIZI
XVI. Ketentuan Peralihan 149 1 pasal
KEAMANAN
VII. 67 – 95 29 pasal XVII. Ketentuan Penutup 150 - 154 5 pasal
PANGAN
UU 18/2012 : Pangan
 Berbagai pengaturan penting dalam UU Pangan

Asas penyelenggaraan pangan Tujuan penyelenggaraan pangan


kedaulatan; manfaat; a. meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri;
kemandirian; pemerataan; b. menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat;
ketahanan; berkelanjutan; c. mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama pangan pokok
keamanan; keadilan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
d. mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat,
Sasaran penyelenggaraan pangan terutama masyarakat rawan pangan dan gizi;
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan e. meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pangan di
dasar manusia yang memberikan pasar dalam negeri dan luar negeri;
manfaat secara adil, merata, dan f. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
berkelanjutan berdasarkan kedaulatan Pangan yang aman, bermutu, & bergizi bagi konsumsi masyarakat;
pangan, kemandirian pangan, dan g. meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya
ikan, dan pelaku usaha pangan;
ketahanan pangan
h. melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya pangan
nasional
UU 18/2012 : Pangan
 Berbagai pengaturan penting dalam UU Pangan
Sub sistem ketahanan pangan Produksi Dalam Negeri  label & iklan pangan
Cadangan Nasional
Ketersediaan Ekspor dan Impor
Penganekaragaman
Penanganan Krisis Pangan

Distribusi
Keterjangkauan Perdagangan dan Pemasaran

Stabilisasi Pasokan dan bantuan pangan

Harga Pangan Pokok


Konsumsi
Konsumsi Pangan dan
Penganekaragaman Konsumsi  diukur melalui nilai komposisi
Gizi
pola pangan dan gizi seimbang skor Pola Pangan Harapan/PPH

Perbaikan Gizi Pemerintah & Pemda menyusun RA-PG setiap 5 th


Keamanan pangan
UU 18/2012 : Pangan

 Berbagai isu penting dalam UU Pangan

 Hierarki dan proses perencanaan pangan


 Kehalalan
 Perlindungan dan
pemberdayaan kepada
petani, pelaku usaha pangan
mikro dan kecil & konsumen
 Potensi Otda dalam
penyelenggaraan pangan
 Kelembagaan
 Penelitian dan
pengembangan pangan
 Sistem informasi pangan
UU 36/2009 : Kesehatan

Kerangka pikir penyelenggaraan kesehatan


Kesehatan : keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
Upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan Pengelolaan kesehatan dibuat dalam satu
kesehatan  pembangunan nasional harus sistem kesehatan nasional (SKN) dilakukan
memperhatikan KESMAS dan merupakan tanggung secara berjenjang dari pusat dan daerah
jawab Pemerintah maupun masyarakat  UU 23/2024_PEMDA : Kesehatan urusan wajib

Upaya kesehatan Upaya kesehatan SKN : pengelolaan kesehatan diselenggarakan


diselenggarakan sebagaimana didasarkan oleh semua komponen bangsa Indonesia
untuk mewujudkan pada standar pelayanan secara terpadu dan saling mendukung guna
derajat kesehatan minimal (SPM) kesehatan menjamin tercapainya derajat KESMAS
yang setinggi2nya setinggi2nya
 PMK 4/2019 : standar teknis
bagi individu, pemenuhan mutu pelayanan dasar  Perpres 72 tahun 2012 tentang SKN
masyarakat pada SPM bidang kesehatan
UU 36/2009 : Kesehatan
 Struktur BAB UU Kesehatan
Bab Judul Pasal Ket
Bab Judul Pasal Ket Penyakit menular ^ tidak
X. 152 – 161 9 pasal
menular
 Konsideran - -
XI. Kesehatan lingkungan 162 – 163 2 pasal
I. Ketentuan Umum 19 buah 1 pasal
XII. Kesehatan kerja 164 – 166 4 pasal
II. Asas, Tujuan 2–3 2 pasal
XIII. Pengelolaan kesehatan 167 1 pasal
III. Hak & Kewajiban 4 – 13 10 pasal
XIV. Informasi kesehatan 168 - 169 2 pasal
IV. Tanggungjawab pemerintah 14 – 20 7 pasal
XV. Pembiayaan kesehatan 170 – 173 4 pasal
V. Sumberdaya di Bidang Kesehatan 21 – 45 25 pasal
XVI. Peran serta masyarakat 174 1 pasal
VI. Upaya Kesehatan 46 – 125 79 pasal
XVII. Badan pertimbangan kesehatan 175 - 177 3 pasal
VII. Kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, 126 – 140 14 pasal XVIII Pembinaan & pengawasan 178 - 188 10 pasal
lansia & penyandang cacat
VIII. GIZI 141 – 143 3 pasal XIX Penyidikan 189 1 pasal
IX. Kesehatan jiwa 144 – 151 7 pasal XX Ketentuan pinada 190 - 201 11 pasal
XXI Ketentuan peralihan 202 - 203 2 pasal
XXII Ketentuan penutup 204 - 205 2 pasal
Peraturan terkait pangan gizi kesehatan seperti Percepatan Perbaikan Gizi, Germas,
KSPG, Percepatan Penurunan Stunting, PMBA, fortifikasi, PGS, PHBS, ASI Eksklusif
2009: Percepatan penganekaragaman pangan
Peraturan Presiden 42 /2013 : Percepatan Perbaikan Gizi
1) Penurunan stunting fokus pada 1000 HPK
2) Pendekatan multisektor

Instruksi Presiden 1/2017 : GERMAS


1) Aktivitas fisik 4) Lingkungan sehat
2) Konsumsi makanan sehat 5) Pendidikan kesehatan
3) Deteksi dini 6) Pola hidup sehat

Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi (KSPG) 2020-2024


1) Ketersediaan pangan
2) Keterjangkauan pangan
3) Pemanfaatan pangan
4) Penguatan kelembagaan pangan dan gizi
2. Terkait Pangan
1. UU 5/1990 : Konservasi Sumber Daya Alam Hayati &
Ekosistemnya
2. UU 16/1992 : Karantina Hewan, Ikan & Tumbuhan
3. UU No 32 Th 2009 : Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan
Hidup
KEBIJAKAN PANGAN 4. UU 26/2007 : Penataan Ruang
GIZI: 5. UU 41/2009 : Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
1. Pangan, gizi & kesehatan Berkelanjutan (PLP2B)
2. Terkait pangan 6. UU 7/2004 : Sumberdaya Air
3. Tata kelola sistem pangan 7. UU 12/1992 : Sistem Budidaya Tanaman
=> pemerintahan & 8. UU 41/2014 : Peternakan & Kesehatan Hewan
perencanaan 9. UU 13/2010 : Hortikultura
10.UU 31/2004: Perikanan
11.UU 16 Th 2006 : Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan
12.UU 4/2014: Perindustrian
13.UU 7/2014 : Perdagangan
3. Pemerintahan & Perencanaan
1. UU No 23 Tahun 2014 : Pemerintahan Daerah
2. PP No 18 Tahun 2016 : Organisasi Perangkat Daerah
3. UU No. 25 Tahun 2004 : Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
KEBIJAKAN PANGAN
GIZI: 4. UU No 17 Tahun 2007 : Rencana Pembangunan Jangka
1. Pangan, gizi & kesehatan Panjang Nasional Tahun 2005-2025
2. Terkait pangan 5. UU 14 tahun 2016 : Desa
3. Tata kelola sistem pangan => 6. Perpres 18 tahun 2020 : RPJMN 2020-2024 (ditetapkan 20
pemerintahan & perencanaan Jan 2020)
7. Permendagri 86/2017 : Tatacara Perencanaan,
Pengendalian & Evaluasi Pembangunan Daerah; Tatacara
Evaluasi Rancangan Perda tentang RPJPD, RPJMD, serta
Tatacara Perubahan RPJPD, RPJMD dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah
Perpres 18 tahun 2020 : RPJMN 2020-2024 (ditetapkan 20 Jan 2020)
 Indikator Pangan & Pertanian (RPJMN 2020-2024)
Target
Program/Kegiatan Sasaran Indikator
2020 2024
PP Peningkatan ketersediaan, akses Meningkatnya ketersediaan, akses, 1. Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 90,4 95,2
dan kualitas konsumsi pangan dan kualitas konsumsi pangan
2. Angka Kecukupan Energi (AKE) (2.1.2(a)) 2.100 kkal/hari 2.100 kkal/hari

3. Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gram/ kapita/hari 57 gram/ kapita/hari


4. Prevalence of Undernourishment (PoU) 6,4 5,38
5. Food Insecurity Experience Scale (FIES) 5,21 4,05

KP 1 Peningkatan kualitas Meningkatnya kualitas konsumsi, Konsumsi ikan (2.2.2(c)) 56,4 kg/kapita/tahun 62,0 kg/kapita/ tahun
konsumsi, keamanan, keamanan, fortifikasi, dan Konsumsi daging 12,93 kg/kapita/tahun 14,62 kg/kapita/tahun
fortifikasi dan biofortifikasi biofortifikasi pangan Konsumsi sayur dan buah 260,2 gram/kapita/hari 316,3 gram/kap/hari
pangan Konsumsi protein asal ternak 10,65 gram/kap/hari 11,04 gram/kap/hari
Luas lahan produksi beras biofortifikasi 10.000 ha 200.000 ha
Persentase pangan segar yang memenuhi 70% 90%
syarat keamanan pangan
Akses terhadap beras biofortifikasi bagi 10-20% penerima BPNT 100% penerima BPNT
keluarga yang kurang mampu dan kurang
gizi
KP 2 Peningkatan ketersediaan Meningkatnya ketersediaan pangan Ketersediaan beras 33,90 juta ton 37,12 juta ton
pangan hasil pertanian hasil pertanian Ketersediaan protein hewani 2,51 juta ton 2,88 juta ton
Produksi Jagung 30,90 juta ton 39,6 juta ton
Produksi Daging 4,1 Juta ton 4,61 Juta ton
Produksi Umbi-umbian 23,3 juta ton 26,2 juta ton
KP 3 Peningkatan produktivitas dan Meningkatnya produktivitas dan Nilai tambah per tenaga kerja pertanian Rp 36,19 juta/tenaga kerja Rp 45,44 juta/tenaga kerja
kesejahteraan sumber daya kesejahteraan sumber daya (2.3.1*)
manusia (SDM) pertanian manusia (SDM) pertanian Nilai Tukar Petani 103 105
Tingkat adopsi teknologi pertanian oleh 65-80 % 80-95%
KP 4 Peningkatan produktivitas dan Meningkatnya produktivitas dan petani (%) lahan baku sawah yang
Persentase 50% 100%
keberlanjutan sumber daya keberlanjutan sumber daya ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
pertanian pertanian Berkelanjutan (LP2B)
Jumlah varietas unggul tanaman dan hewan 30 Varietas Unggul Baru 30 Varietas Unggul Baru
untuk pangan yang dilepas (2.5.1*) (tanaman) dan 8 Galur (ternak) (tanaman) dan 8 Galur
(ternak)
Sumber daya genetika tanaman dan hewan 4.250 Aksesi 4.250 Aksesi
sumber pangan yang terlindungi/tersedia
(2.5.2*)
KP 5 Peningkatan tata kelola Meningkatnya tata kelola sistem Global food security index 56,9 64,1
sistem pangan nasional pangan nasional
Perpres 18 tahun 2020 : RPJMN 2020-2024 (ditetapkan 20 Jan 2020)
 Indikator Pembangunan Kesehatan (RPJMN 2020-2024)

Baseline 2024
Meningkatnya
Status 1. Angka kematian ibu (per 100.000KH) 305
Kesehatan Ibu (SUPAS, 2015) 183
dan Anak 2. Angka kematian bayi (per 1.000 KH) 24
(SDKI, 2017)
16

1. Insidensi TB (per 100.000 penduduk) 319 190


(Global TB Report, 2017)

Meningkatnya 0,24
2. Insidensi HIV (per 1000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV) 0,18
pengendalian (Pemodelan Kemkes, 2018)
penyakit menular 285
3. Eliminasi malaria (Kab/Kota) 405
dan faktor risiko (Kemkes, 2018)
penyakit tidak 9,1
4. Merokok usia 10-18 tahun (%) 8,7
menular (Riskesdas, 2018)

5. Obesitas usia 18+ tahun (%) 21,8 21,8


(Riskesdas, 2018)

Meningkatnya 30,8
1. Prevalensi stunting balita (%) 19
Status Gizi (Riskesdas, 2018)

Masyarakat
2. Prevalensi wasting balita (%) 10,2 7
(Riskesdas, 2018)
Perpres 18 tahun 2020 : RPJMN 2020-2024 (ditetapkan 20 Jan 2020)
 Indikator Pembangunan Kesehatan (RPJMN 2020-2024) lanjutan
Baseline 2024

1. Imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12- 23 57,9 80


(Riskesdas, 2018)
bulan (%)
2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama 40
terakreditasi (%) (Kemkes, 2018)
85

3. RS terakreditasi (%) 63 95
Meningkatnya (Kemkes, 2018)

kinerja sistem 4. Puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan sesuai 23 83


standar (%)
kesehatan & (Kemkes, 2018)

Meningkatnya 5. Puskesmas tanpa dokter (%) 15 0


(Kemkes, 2018)
pemerataan akses
6. Puskesmas dengan ketersediaan obat 86
pelayanan kesehatan esensial (%) (Kemkes, 2018)
96
berkualitas
7. Obat memenuhi syarat (%) 80,9 92,3
(BPOM, 2018)

8. Makanan memenuhi syarat (%) 71 90


(BPOM, 2018)

Meningkatnya
Perlindungan 1. Cakupan kepesertaan JKN (persen) 81,4 98
(1 Jan 2019)
Sosial bagi
2. Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) JKN 96,6
Seluruh Penduduk (juta jiwa) (1 Feb 2019)
112,9
Lamp Permendagri 86/2017  selaras dengan pasal 62 UU Pangan Indikator keberhasilan
Perencanaan Pangan

No Bidang Urusan/Indikator Pasal 62


Tabel A1. Aspek dan Indikator Kinerja Menurut Bidang Urusan Tercapainya penganekaragaman
Penyelenggaraan Tingkat Sasaran (dampak/impact) Pemda
konsumsi Pangan diukur melalui
Aspek Kesejahteraan Rakyat
pencapaian nilai komposisi pola
1. Pencapaian skor PPH
Pangan dan Gizi seimbang
2. Penguatan cadangan Pangan
3. Penanganan Daerah Rawan Pangan
Tabel A2. Aspek dan Indikator Kinerja Menurut Bidang Urusan
Penyelenggaraan Tingkat Outcome Pemerintah Daerah
INDIKATOR KUANTITATIF YANG ADA
Aspek Pelayanan Umum : Layanan Urusan Wajib Non Dasar
SAAT INI ADALAH POLA PANGAN
3. PANGAN
HARAPAN (PPH) yaitu skor PPH
1. Ketersediaan pangan utama
2. Ketersediaan energi dan protein perkapita
3. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan
c. Kebijakan dan program pangan gizi
Fokus Pembangunan Ekonomi RPJMN 2020-2024
c. Kebijakan dan program pangan gizi
PP1:
Pemenuhan Kebutuhan
Program & kegiatan prioritas PP9:
Energi melalui Peningkatan
Energi Baru Terbarukan
PP2:
RPJMN 2020-2024 Penguatan Pilar
Pertumbuhan dan
(EBT)
Peningkatan Kuantitas,
Daya Saing Ekonomi Kualitas dan
Aksesibilitas Air

PP8: PP3:
Peningkatan Ekspor Bernilai Peningkatan
Tambah Tinggi dan PN 1 Ketersediaan, Akses
Penguatan Tingkat dan Kualitas Konsumsi
Kandungan Dalam Negeri MEMPERKUAT Pangan
(TKDN) KETAHANAN
EKONOMI
UNTUK
PERTUMBUHAN
YANG BERKUALITAS
PP4:
PP7: Peningkatan
Peningkatan Pengelolaan Kemaritiman
Produktivitas Tenaga dan Kelautan
Kerja dan Penciptaan
Lapangan Kerja

PP6: PP5:
Peningkatan Nilai Penguatan
Tambah dan Investasi Kewirausahaan
di Sektor Riil dan UMKM
c. Kebijakan dan program pangan gizi
Program & kegiatan prioritas RPJMN 2020-2024
 Fokus Kegiatan Badan Ketahanan Pangan, 2020

Penanganan
distribusi dan
cadangan pangan
masyarakat Diversifikasi
pangan
Analisis, Kajian
Pemerataan Penanganan dan Kebijakan
kesejahteraan keamanan dan (HPP, HAP, HET,
Pengentasan mutu pangan NBM, PPH, FSVA)
kemiskinan dan
rawan pangan

Badan Ketahanan
Pangan
 Kegiatan Prioritas Badan Ketahanan Pangan, 2020

Pengembangan
Pengembangan Keamanan dan
Usaha Pangan Kawasan Rumah
Industri Pangan Mutu Pangan
Masyarakat Pangan Lestari
Target: 34 Lokasi
melalui Toko Tani (KRPL) Lokal
Indonesia Target: 2000 Kelp Target: 10 Lokasi
Target: 400 Gap • Food Security and VulnerabilityAtlas
(FSVA)
• Neraca Bahan Makanan (NBM)
• Angka Kecukupan Gizi (AKG)
• Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
• Harga Acuan Pemerintah (HAP)
Analisis, Kajian
Pemberdayaan Pengembangan • Harga Eceran Tertinggi (HET)
dan Kebijakan
Lumbung Pangan Korporasi Usahatani • Harga Pembelian Pemberintah (HPP)
Masyarakat Target: 10 Lokasi
Target: 300 Unit
Badan Ketahanan
Pangan
 Program Promosi Kesehatan

CEGAH STUNTING DESA SIAGA

Langkah-langkah: Ciri-ciri:
• Minimal Memiliki pos kesehatan desa
• Memenuhi kebutuhan gizi sejak yang berfungsi memberi pelayanan dasar
hamil  makanan sehat dan ( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga
suplementasi zat gizi kesehatan dan sarana fisik bangunan,
perlengkapan & peralatan alat komunikasi
• ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bln ke masyarakat & ke puskesmas )
• Dampingi ASI Eksklusif dengan • Memiliki sistem gawat darurat berbasis
masyarakat
MPASI sehat • Memiliki sistem pembiayaan kesehatan
• memantau tumbuh kembang anak secara mandiri
• Masyarakat berperilaku hidup bersih dan
• jaga kebersihan lingkungan sehat
 Program Promosi Kesehatan lanjutan

GERMAS PHBS

7 langkah:
• Melakukan Aktivitas Fisik • PHBS di Rumah tangga
• Makan Buah dan Sayur • PHBS di Sekolah
• Tidak Merokok
• Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
• PHBS di Tempat kerja
• Melakukan Cek Kesehatan Berkala • PHBS di Sarana kesehatan
• Menjaga Kebersihan Lingkungan • PHBS di Tempat umum
• Menggunakan Jamban
10 Indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga

63%
PROGRAM PEMBINAAN PROGRAM PEMBINAAN
PERBAIKAN GIZI KESEHATAN BAYI, ANAK,
MASYARAKAT REMAJA

• PMT : Bumil KEK, balita kurus • Imunisasi


• ASI eksklusif • Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)
• Penjaringan kesehatan untuk peserta
• IMD didik kelas I
• Suplementasi gizi : TTD bumil dan • Penjaringan kesehatan untuk peserta
rematri didik kelas VII dan X
• PSG
PROGRAM PEMBINAAN PROGRAM PEMBINAAN
KESEHATAN IBU DAN UPAYA KESEHATAN KERJA
REPRODUKSI DAN OLAHRAGA

• Kelas Bumil • Kesehatan kerja dasar


• Program Perencanaan Persalinan • Kegiatan kesehatan olahraga
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pada kelompok masyarakat
• Pelayanan antenatal minimal 4 • UKK di daerah PPI/TPI
kali (K4) • Fasilitas pemeriksaan kesehatan
TKI
 Pangan dan Gizi dalam Major Project di PRPJMN 2020-2024
d. Prinsip P2G

3.a 3.b 3.c

1 3
Perencanaan pangan
Memenuhi kebutuhan Mengikuti kaidah Memperhatikan
dilakukan berdasarkan
konsumsi pangan & gizi gizi seimbang kemampuan dan
kerangka sistem pangan penduduk untuk hidup kelestarian SDAL
dan Logical Framework sehat, aktif dan produktif serta faktor
Approach (LFA) secara berkelanjutan sosekbud
& sistem pangan
Gambar 2
Perencanaan pangan Berorientasi pada peningkatan
didasarkan pada data & kualitas hidup manusia-
informasi yang akurat & SDAL (bukan semata2 implementasi bioecoculture
dapat dipertanggungjawabkan perencanaan komoditas pangan) dalam Perencanaan pangan
(Muller, 1993) – Berg, 1974 & Todaro, 1994 (ingat MK EKOPANG)
Gambar 1 Gambar 2, slide 41
d.1. Data dalam Perencanaan Pangan (Mueller, 1993)

Masalah Kebijakan Pangan

Konsep/Teori

Pengumpulan Data

Analisis data/generalisasi
Gambar 1. Posisi Data dalam Proses
Perencanaan
Proses
Data/ Rencana &
Perencanaan
informasi Implementasi

Umpan balik/
pengendali

Pengumpulan & Analisis & Perumusan Perumusan Implementasi


Pengolahan data proyeksi tujuan & sasaran program kegiatan, program kegiatan
indikator monev

Monitoring-evaluasi &
pengendalian
Jenis data dalam Perencanaan Pangan Wilayah

Jumlah, Daya dukung SDAL, Kebutuhan sarana Rencana tata ruang


pertumbuhan & teknologi & kelestarian & prasarana wilayah (RTRW)
sebaran penduduk lingkungan

Konsumsi
Pangan Potensi pangan
Pengembangan dan budaya lokal
SDM
Data jumlah, pertumbuhan & sebaran penduduk
(Daerah Dalam Angka/DDA, BPS, tahun….)
Tabel 1. Jenis & Manfaat Data/Instrumen Perencanaan Pangan
No Instrumen/Data Manfaat
Perencanaan Pangan Pusat Provinsi Kabupaten
1. NBM (Neraca Bahan Menyediakan data Menyediakan data ketersediaan Menyediakan data ketersediaan
Makanan)/FBS (Food ketersediaan pangan pangan penduduk tingkat provinsi pangan penduduk tingkat
Balance Sheet)  secara faktual penduduk di kabupaten
detail dibahas di Mgg 3 tingkat negara
2. Konsumsi Pangan Menyediakan data Menyediakan data konsumsi pangan Menyediakan data konsumsi
dan Gizi  lihat slide konsumsi pangan actual actual penduduk suatu provinsi pangan actual penduduk suatu
35 penduduk suatu negara kabupaten

3. PPH  secara detail a. Menyediakan data a. Menyediakan data komposisi a. Menyediakan data komposisi
dibahas di Mgg 3 komposisi kelompok kelompok pangan secara kelompok pangan secara
pangan dan kuantitas dan keragamannya kuantitas dan keragamannya
keragaman yang berdasarkan pola konsumsi berdasarkan pola konsumsi
diharapkan penduduk dan sumberdaya suatu penduduk dan sumberdaya
berdasarkan gizi provinsi suatu kabupaten
seimbang b. Menyediakan panduan tingkat b. Menyediakan panduan tingkat
b. Alat untuk penilaian provinsi dalam perencanaan dan kabupaten dalam
situasi pangan dan evaluasi penyediaan pangan yang perencanaan dan evaluasi
perencanaan pangan mengacu pada proyeksi PPH penyediaan pangan yang
mengacupada proyeksi PPH
Tabel 2. Mekanisme Pengumpulan & Pelaporan Data
Instrumen/Data Mekanismen Pengumpulan dan Pelaporan
Perencanaan Pengumpulan Data Pengolahan Data Pelaporan Data
Pangan

1. NBM Mengumpulkan data 1. Penilaian mutu 1. Informasi ketersediaan dan


produksi, stok, tercecer, ketersediaan pangan proyeksi ketersediaan
ekspor/impor, daerah (skor PPH) pangan daerah
penggunaan pangan 2. Informasi tentang produksi
untuk industri, pakan, 2. Menetapkan target dan proyeksi produksi
dan bibit setiap penyediaan pangan pangan daerah
komoditas pada taraf konsumsi dan
produksi (skor PPH)

2. Konsumsi Mengumpulkan data 1. Penilaian skor mutu 1. Informasi konsumsi dan


Pangan dan konsumsi pangan per konsumsi pangan proyeksi konsumsi/PPH
komoditas (kal/kap/hari) daerah (skor PPH)
Gizi
2. Menetapkan target taraf
konsumsi pangan
mengacu pada skor PPH
Ketersediaan pangan
merupakan prasyarat
terpenuhinya konsumsi
pangan sehingga NBM
merupakan salah satu
metode pengukuran
konsumsi pangan pada
tingkat nasional & secara
tidak langsung
• FAO. 1990. Conducting small-scale
nutrition survey: a field manual. Rome Susenas_modul
• Jika akan melakukan SKP sendiri, terdapat 5 konsumsi _ Proksi dari
pertanyaan yang harus dipertimbangkan data food expenditure_
Data Sekunder BPS_tiap
Q1. Apakah sdr tidak dapat memperoleh data tahun
konsumsi pangan dengan lebih mudah, murah,
waktu yang singkat?  JikaYA (tdkdp), lanjut Q2
Q2. Sudahkah sdr cek tidak terdapat institusi lain
yg sdh melakukan survey konsumsi pangan? 
JikaYA (tdk ada), lanjut Q3 Survei Sumber Studi Diet Total
konsumsi (SDT)_Survei
Q3.Apakah sdr yakin hasil survey yg akan dilakukan
lebih baik & sebanding dg wkt dan sumberdaya pangan (SKP) data Konsumsi Makanan
Individu (SKMI)_Riset
yg dialokasikan?  JikaYA, lanjut Q4 secara mandiri
Q4. Apakah sdr mempunyai cukup dana, orang dan
(online_partisipati konsumsi Khusus, 2014_Data
Sekunder_ Kemenkes
f offline)
sumberdaya utk melakukan survey tsb? 
JikaYA, lanjutQ5
pangan
Q5. Apakah sdr yakin dp menyelesaikan survey dari
awal sampai akhir dgn waktu yg tersedia? 
Jika jawaban beberapa YA, perlu tindaklanjut
SKP Konsumsi makanan beresiko,
konsumsi buah sayur_
• Konsumsi pangan (food intake)
Riskesdas_Data
• Unit analisis rumahtangga
Sekunder_Kemekes/3th_
• Wilayah analisis : desa-kab/kota-prov th 2018 terintegrasi Susenas
• Dapat mengisi kekosongan wilayah analisis
Susenas
Perencanaan &
evaluasi program
sektoral_Pangan
SUSENAS
Penyediaan
indikator
SDGs,

Setiap tahun
(publikasi n-1)
d.2. Logical framework approach (LFA) & sistem pangan untuk
perencanaan pangan
The basic logic model

Input aktivitas output outcome impact

Pasca
Produksi Pengolahan Distribusi Konsumsi
panen &
pangan dan pengemasan & pasar pangan↑
penyimpanan

Good planning needs “Backcasting”

LFA dalam Sistem pangan gizi


Gambar 2. Perencanaan pangan berkelanjutan di Jabar
(Baliwati dkk, 2019 Kerjasama dengan Bappeda Jabar)

 Kebijakan pertanian-pangan, ekonomi


 Kebijakan otda
SUMBERDAYA
KLHS :
Daya dukung
pangan dan
Air lahan air

Efisiensi KETAHANAN SDM BERKUALITAS


ekologi (food PANGAN (Status gizi
waste & food baik,Sehat, Aktif,
loss) SDM teknologi
Produktif)

Keterangan : IKU
pembangunan berkelanjutan SKOR
GUB_BUPATI_ IK
Kerjasama budaya
menjadi prinsip dasar & PPH WALIKOTA Dinas terkait
stakeholder
terintegrasi di dalam RPJP- (KDH)
N/D; RPJM-N/D; RTRW
Lingkungan strategis:
melalui Kebijakan
Jumlah penduduk, Perubahan Iklim, Kinerja Ekonomi,
Lingkungan Hidup Strategis Perdagangan pangan Dinamika Pasar Pangan, Bencana Alam/Darurat,
(KLHS), al Daya Dukung domustik/internasional Konflik sosial
Daya Tampung (D3T)
Pangan
P2G adalah

Terima kasih.
HAND-OUT MATA KULIAH (GIZ 347)
PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI (P2G)

Oleh YFB
NBM_DATA DASAR P2G : PENILAIAN
KETERSEDIAAN PANGAN WILAYAH
Tim Pengajar :
 Yayuk Farida Baliwati (YFB)-Koordinator
 Yayat Heryanto (YHT)
 Resa Ana Dina (RAD)

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FEMA IPB


Semester Genap, 2021/2022
OUTLINE

Dasar pemikiran P2G  3 mgg


a. Pengertian, tujuan dan pola pikir P2G
b. Ruang lingkup P2G
c. Kebijakan dan program pangan gizi
d. Prinsip P2G
√ e. Penyusunan NBM dan analisis ketersediaan
pangan : Data dasar P2G
• Apa kaitan antara situasi
ketersediaan pangan wilayah
dengan Neraca Bahan Makanan
(NBM)?
• Apa kaitan antara situasi
ketersediaan pangan (wilayah)
REVIEW dengan ketahanan pangan
(wilayah)?
• Apa kaitan antara situasi
ketersediaan pangan wilayah
dengan skor pola pangan harapan
(PPH)?
Konsep terkait ketersediaan
pangan wilayah

Mekanisme penyusunan NBM


 baca Panduan NBM dari
OUTLINE BKP 2019

Analisis ketersediaan pangan


wilayah dalam konteks P2G
1. Konsep terkait ketersediaan pangan
• Ketersediaan pangan : kondisi tersedianya pangan dari hasil
produksi dan cadangan pangan serta impor untuk memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas,
keragaman dan keamanannya.
• Ketersediaan pangan wilayah dapat diketahui dengan
menyusun NBM/FBS
• The FBS is the key statistical framework and key
analytical tool for countries to put together their food
and agricultural data.
• FBS aim to present a comprehensive picture of
the pattern of a country's food supply during a
specified reference period.
• FBS shows national availability for each food
item i.e. each primary commodity and a
number of processed commodities potentially
available for human consumption.
• FBS also shows the sources of supply for these
commodities and there utilization.
• Neraca bahan makanan :
 penyajian data pangan dalam bentuk tabel
(LIHAT TABEL 1) yang dapat menggambarkan
situasi ketersediaan pangan untuk konsumsi
penduduk di suatu wilayah (negara/
propinsi/kabupaten-kota) pada waktu
tertentu (satu tahun).
 NBM menyajikan angka rata-rata jumlah
pangan yang tersedia untuk konsumsi
penduduk per kapita (kg/kap/thn atau
gr/kap/hr atau zat gizi tertentu kkal/kap/hr, gr
protein/kap/hr, gr lemak/kap/hr)
Tabel 1. NBM, wilayah.... tahun.... satuan...
Jumlah penduduk
Penyediaan
Jenis Produksi Peru-
Dalam Negeri
Bahan Bahan Impor Eksport
Sebelum
Makanan Masukan Keluaran Stock
Ekspor
1 2 3 4 5 6 7

Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri


Dalam Diolah Untuk Yang Bahan
Negeri Bibit Pakan
Makanan Non Makanan Tercecer Makanan
8 9 10 11 12 13 14

Ketersediaan Per Kapita


Kg/ Gram/ Energi Protein Lemak
Tahun Hari (Kalori/Hari) (gr/Hari) (gr/Hari)
15 16 17 18 19
 NBM  gambaran neraca sumberdaya daya pangan :
komponen pengadaan/penyediaan (supply) dan
penggunaan (utilization) pangan
 Pengadaan pangan sebagai komponen
sumberdaya pangan berasal dari  produksi
dalam negeri, stok dan impor
 Penyediaan pangan wilayah  komponen
pengadaan pangan yang telah dikoreksi dengan
komponen ekspor
 Penyediaan pangan untuk dikonsumsi 
penyediaan pangan wilayah yang telah dikoreksi
dengan berbagai penggunaan (pakan, bibit,
industri makanan & non makanan, tercecer)
2. Mekanisme penyusunan NBM

a. Mengetahui jumlah
penyediaan, penggunaan
& ketersediaan a. Bahan acuan dalam
pangan/kapita untuk Manfaat perencanaan
konsumsi penduduk. NBM produksi/ pengadaan
pangan
b. Mengevaluasi pengadaan &
penggunaan pangan b. Bahan perumusan
kebijakan pangan
c. Mengevaluasi tingkat Tujuan dan gizi, termasuk
ketersediaan pangan penyusunan
NBM
perbaikan konsumsi
berdasarkan pangan penduduk
rekomendasi AKG dan
komposisinya
berdasarkan PPH
Metode penyusunan NBM
 Metode perhitungan  Prosedur pengisian NBM
 Syarat penyusunan NBM
 Komponen NBM  Sumber data/informasi pokok
 Jenis pangan dalam NBM  Pendekatan
No Jenis data pokok Sumber data
1 Jumlah penduduk Daerah Dalam Angka; Statistik
Daerah
2 Produksi pangan Daerah Dalam Angka; Statistik
Daerah (BPS), Statistik Sektoral
(kerjasama BPS dan sektoral :
Dinas THP, Dinas Peternakan &
Jenis Perikanan, Dinas Perkebunan),
Laporan tahunan Sektoral
dan
3 Impor/ekspor pangan Dinas Indag
sumber
4 Perubahan stok Bulog divre…..(“hanya beras”)
data 5 Pakan, Bibit, Tercecer Tim NBM Pusat, angka teknis
sektoral : Dinas THP, Dinas
Peternakan & Perikanan, Dinas
Perkebunan
6 Penggunaan untuk Tim NBM Pusat, angka teknis
industri (makanan & non sektoral : Dinas THP, Dinas
makanan) Peternakan & Perikanan, Dinas
Perkebunan
7 Konsumsi pangan Dinas Kesehatan/BPS
(sebagai estimasi impor
 Jenis pangan dalam NBM → komoditas utama (asal) dan
komoditas/produk turunan ( diperlukan faktor
konversi perubahan bentuk pangan), yang lazim atau
umum dikonsumsi oleh masyarakat suatu negara/daerah
yang datanya tersedia secara kontinyu dan resmi.

 Data pengadaan/penyediaan pangan : produksi, impor


dan ekspor, perubahan stok (yang diperoleh dari stok
awal dan akhir tahun).
• Data produksi (kolom 2), impor (kolom 5), ekspor
pangan (kolom 7), penggunaan terutama untuk
industri bukan makanan (kolom 12)
• Data perubahan stok (kolom 4)
 Faktor konversi untuk menghitung
produksi : tahap memproduksi, proses
pengolahan hingga siap untuk dibeli
konsumen
Faktor konversi Misal: gabah kering panen --- gabah
perubahan bentuk kering giling--- beras, yaitu untuk
pangan untuk mengisi kolom (2) dan (3).
penyusunan NBM
mencakup  Faktor konversi untuk penggunaan
pangan : bahan baku industri,
produksi dan kebutuhan pakan, bibit/benih serta
penggunaan tercecer/rusak/waste. yaitu untuk
pangan mengisi kolom (9) sampai dengan
kolom (13)
 Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM)
 Memanfaatkan Data Konsumsi Pangan
Bila Data Pokok tidak tersedia/kecil (data produksi,
stok, impor, ekspor, bibit, pakan, industri) dengan
asumsi komoditas tersebut diproduksi oleh suatu
wilayah
Berbagai 1. Gunakan data hasil survei konsumsi pangan)
pendekatan jika yaitu konsumsi per kapita/hr
tidak tersedia 2. Dengan mengasumsikan beda antara konsumsi
data produksi dengan ketersediaan sekitar 10 %, maka data
pangan konsumsi tsb (butir 1) harus di mark up 10 %
untuk mendapatkan data ketersediaan
3. Kalikan data ketersediaan tsb (butir 2) dengan
365 hr kemudian letakkan di kolom 15
(ketersediaan per kapita per tahun dalam
satuan kg/tahun)
4. Kalikan kolom 15 dengan penduduk dibagi
1000, kemudian isikan ke kolom 14 (bahan
makanan dalam satuan 000 ton)
5. Isian kolom 14 akan sama dengan isian pada
kolom 8, kolom 6, dan kolom 3
 Memanfaatkan Data Konsumsi Pangan
Bila Data Pokok tidak tersedia (data produksi, stok,
impor, ekspor, bibit, pakan, industri) dengan
asumsi komoditas tersebut tidak diproduksi oleh
suatu wilayah
Berbagai 1. Langkah 1 s.d. 4 sama dengan slide
pendekatan jika sebelumnya
tidak tersedia
data produksi 2. Isian kolom 14 akan sama dengan isian pada
pangan kolom 8 dan kolom 6
3. Oleh karena komoditas tersebut tidak
diproduksi maka untuk pengadaan dalam
negeri komoditas tsb diasumsikan hanya
berasal dari impor (kolom 5), berarti isian
kolom 5 sama dengan isian kolom 6
Penelusuran Arus Pangan (Ekspor Impor)
Impor : Sejumlah bahan makanan yg masuk ke dalam
negeri/ wilayah dari negara/wilayah administratif lain
(perdagangan antar pulau/antar propinsi)

Ekspor : Jumlah pangan (menurut jenis) yg keluar ke


Berbagai
negeri/ wilayah administratif lain (perdagangan
pendekatan jika antar pulau/antar propinsi)
tidak tersedia
Pelaku :
data produksi
pangan - Perdagangan oleh Masyarakat
- Pengaturan, Pelayanan oleh pemerintah:

 dipantau secara berkala


 dievaluasi dampak terhadap ketersediaan
dan usaha pangan domestik
 diatur untuk melindungi kepentingan
domestik, produsen dan konsumen
Berdasarkan Sumber informasi arus pangan
A. Pendekatan Transportasi
1. Darat (pencatatan lewat jembatan timbang,
terminal bis, stasiun k.a, pangkalan kendaraan
barang, dan pos transit kendaraan)
Berbagai 2. Laut/perairan (pelabuhan
pendekatan jika laut/sungai/penyeberangan dan terminal peti
kemas)
tidak tersedia
data produksi 3. Udara (pelabuhan udara)
pangan Kelemahan :
1. Fungsi jembatan timbang tidak diperuntukkan
untuk mencatat volume dari masing-masing barang
yang diangkut, namun hanya total volume barang
yang diangkut
2. Informasi yang dicatat di pelabuhan laut tidak rinci,
seperti sayuran, buah tidak jenis sayuran/buahnya

Saran : bekerja sama dengan Dinas Perhubungan


Berdasarkan Sumber informasi arus pangan
B. Pendekatan Pelaku Pasar
1. Perusahaan pengiriman paket, perusahaan jasa angkut barang
2. Pedagang besar, pedagang pengumpul, dan pedagang eceran
yang melakukan penjualan antar wilayah (ekspor/impor)

Berbagai Kelemahan :
pendekatan jika - Belum ada direktori pedagang besar yang melakukan
ekspor/impor pangan (bahan makanan)
tidak tersedia - Jenis bahan makanan yang dicatat terlalu banyak
data produksi - Membutuhkan dana yang relatif besar dibanding dua
pangan pendekatan lainnya
Saran :
• diadakan listing pedagang besar untuk mendapatkan
pedagang besar yang melakukan ekspor/impor pangan yang
dibatasi di kota besar dan kota-kota yang berbatasan dengan
propinsi lain
• dilakukan pencacahan terhadap seluruh pedagang besar di
kota besar dan kota-kota yang berbatasan dengan propinsi
lain untuk mendapatkan volume ekspor/impor bahan
makanan yang dimaksud.
• mungkin perlu dibatasi bahan makanan yang pokok saja
• diidentifikasi komoditas potensi (cenderung ekspor) atau
tidak diproduksi_cenderung impor di suatu daerah
Berdasarkan Sumber informasi arus pangan
C. Pendekatan Lainnya

 Instansi seperti Dinas Perindustrian dan


Perdagangan, Dinas Karantina Hewan, Dinas
Karantina Tumbuhan, dan Bulong Divisi Regional
Berbagai
pendekatan jika
Hasil dari pendekatan dengan cara ini biasanya
tidak tersedia under estimate, karena hanya berdasarkan
data produksi informasi yang dicatat di instansi masing-masing.
pangan Seperti : ternak yang dicatat di Dinas Karantina
Hewan hanya yang datang lewat angkutan laut,
karena lokasi karantina hewan biasanya dekat
dengan karantina hewan, sementara yang lewat
angkutan darat tidak tercakup.
Rumus Ketersediaan Pangan :

TD = O –  St + M – X – (F + S + I + W)

Cara Keterangan :
Penyusunan TD = ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk;
NBM O = Produksi masukan/ keluaran;  St = Perubahan stok;
M = Impor;
X = Ekspor;
F = Pakan;
S = Bibit;
I = Industri (makanan dan bukan makanan);
W = Tercecer
Komponen NBM :
• Jenis Bahan Makanan (kolom 1) : Semua bahan makanan yg lazim/dapat
dikonsumsi oleh penduduk di wilayah bersangkutan, baik yg
diperdagangkan maupun tidak.
• Produksi, terdiri atas: input dan output (kolom 2 & 3)
• Perubahan Stok (kolom 4)
• Impor (kolom 5)
• Persediaan dalam negeri sebelum ekspor (kolom 6)
• Ekspor (kolom 7)
• Penyediaan dalam negeri (kolom 8)
• Pemakaian/penggunaan dalam negeri (kolom 9 s/d 14)
• Ketersediaan untuk konsumsi per kapita (kolom 15 s/d 19)
Bahan makanan dikelompokan kedalam 11
kelompok yang terdiri dari:
Kelompok Bahan Jumlah Jenis
No. Keterangan
Makanan Bahan Makanan
1. Padi – padian 6 Sumber Data: Ditjen Tanaman Pangan, BPS

2. Makanan 5 Tapioka dan gaplek sementara di hilangkan


berpati Sumber Data: Ditjen Tanaman Pangan, BPS
3. Gula 2 Sumber Data: Ditjen Perkebunan

4. Buah/biji 6 SumberData: Ditjen Tanaman Pangan,


berminyak Ditjen
Perkebunan
5. Buah - buahan 38 Tambahan 13 jenis bahan makanan baru
Sumber Data: Ditjen Hortikultura, BPS

Kementerian
Bahan makanan dikelompokan kedalam 11
kelompok lanjutan
Kelompok Jumlah Jenis
No. Keterangan
Bahan Makanan Bahan Makanan
6. Sayur – sayuran 30 Tambahan 7 jenis bahan makanan
Sumber Data: Ditjen Hortikultura, BPS
7. Daging 11 Tambahan 1 jenis bahan makanan
Sumber Data: Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), BPS
8. Telur 4 Tambahan 1 jenis bahan makanan
Sumber Data: Ditjen PKH, BPS
9. Susu 1 Sumber Data: Ditjen
Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Ditjen PKH), BPS
10 Ikan 29 Tambahan 6 jenis bahan makanan
Data: Kementerian Kelautan Perikanan
11 Minyak & lemak 8 Tambahan 4 jenis bahan makanan
Sumber Data: Ditjen Perkebunan
total 140
Tabel 3. SEBELAS Kelompok Bahan Makanan dalam NBM (BKP, 2005)

KELOMPOK BAHAN
NO
MAKANAN
JENIS BAHAN MAKANAN
1. Padi-padian Gandum beserta produksi turunannya : tepung gandum/tepung
terigu; gabah (gabah kering giling) beserta produk turunannya :
beras; jagung (pipilan); jagung basah

2. Makanan berpati Ubi jalar, Ubi kayu dengan produksi turunannya : gaplek dan
tapioka; tepung sagu yang merupakan produksi turunan dari
sagu

3. Gula Gla pasir dan gula merah (gula mangkok, gula aren, gula semut,
gula siwalan dll) baik hasil olahan pabrik maupun rumahtangga

4. Buah/biji Kacang tanah berkulit beserta produksi turunannya : kacang


berminyak tanah lepas kulit; kedelai; kacang hijau; kelapa daging (produksi
turunan dari kelapa berkulit), kopra (turunan dari kelapa
daging)
5. Buah-buahan Alpokat, jeruk, duku, durian, jambu, mangga, nanas, pepaya,
pisang, rambutan, salak, sawo, lainnya
Tabel 3. SEBELAS Kelompok Bahan Makanan dalam NBM lanjutan

KELOMPOK
NO BAHAN JENIS BAHAN MAKANAN
MAKANAN
6. Sayur- bawang merah, ketimun, kacang merah, kacang panjang, kentang,
sayuran kubis, tomat, wortel, cabe, terong, petsai/sawi, bawang daun,
kangkung, lobak, labu siam, buncis, bayam, bawang putih, lainnya
7. Daging daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging domba, daging
kuda/lainnya, daging babi, daging ayam buras, daging ayam ras,
daging itik, jeroan semua jenis
8. Telur telur ayam buras, ayam ras, itik, telur unggas lainnya
9. Susu susu sapi, susu olahan impor yang disetarakan susu segar
10. Ikan tuna/cakalang/tongkol, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru, kembung,
tenggiri, bandeng, belanak, mujair, mas, udang, rajungan dan kepiting,
kerang darah, cumi-cumi dan sotong, lainnya
11. Minyak & Nabati : minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang tanah, minyak
lemak kedelai, minyak jagung
Hewani : lemak sapi, kerbau, kambing/domba, babi
• Produksi (Kolom 2 dan 3)
Jumlah hasil dari proses produksi pertanian baik
belum/sudah mengalami proses pengolahan, terdiri atas
input dan output

- Input (2) : unsur produksi dalam bentuk asli maupun


olahan yg akan mengalami proses
selanjutnya
- Output (3) : unsur produksi hasil turunan
(perlu angka konversi dari input ke output)
Produksi komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh
panen (tua/muda), baik yang berasal dari lahan sawah maupun
lahan kering serta lahan lama atau baru.

Produksi komoditas hortikultura berada dalam bentuk segar


yang mencakup hasil seluruh panen, baik yang dipanen
sekaligus maupun yang dipanen berkali2, sehingga
pengisiannya langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran),
kecuali bawang merah dan bawang putih pengisiannya dimulai
dari kolom (2). Komoditas ini tidak dapat langsung dikonsumsi
dalam bentuk segar (kering panen) sehingga harus melewati
proses pengeringan menjadi kering konsumsi.
Produksi komoditas peternakan  daging dihitung dari jumlah
pemotongan resmi (RPH) ditambah perkiraan pemotongan tak resmi.
Produksi daging (masukan) dinyatakan dalam bentuk karkas dari semua
jenis ternak, (keluaran) dalam bentuk daging murni. Jeroan dihitung 
total persentasi berat karkas masing-masing jenis dan langsung dimasukkan
ke kolom (3)
Produksi perikanan : semua hasil penangkapan ikan/binatang air lainnya
yang ditangkap dari sumber perikanan alami atau dari tempat
pemeliharaan baik yang diusahakan oleh perusahaan perikanan maupun
rumahtangga perikanan
Produksi minyak nabati didasarkan pada jumlah yang diolah untuk
makanan, kecuali minyak sawit merupakan produksi asli. Produksi untuk
lemak hewani didasarkan pada persentase berat karkas masing-masing
jenis daging, langsung dimasukkan ke kolom (3).
•Perubahan Stok (Kolom 4)
Selisih antara persediaan akhir periode dengan awal periode:
(+) bila stok meningkat  ketersediaan turun
(-) bila stok turun  ketersediaan meningkat

•Impor (Kolom 5)
Sejumlah bahan makanan yg masuk ke dalam negeri/wilayah
dari negara/ wilayah administratif lain (perdagangan antar
pulau/antar propinsi)
• Penyediaan dalam Negeri sebelum Ekspor (Kolom 6)
Sejumlah bahan makanan yang berasal dari produksi
(keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor
(kolom 3 – kolom 4 + kolom 5)

• Ekspor (Kolom 7)
Jumlah pangan (menurut jenis) yg keluar negeri/
wilayah administratif lain

• Penyediaan dalam negeri (Kolom 8)


Produksi (keluaran) - perubh stok + impor – ekspor
(kolom 6 – kolom 7)
• Pemakaian/penggunaan dalam negeri (Kolom 9-14)
Jumlah pangan yang digunakan di dalam negeri/wilayah
administratif tertentu, mencakup :
• Pakan (% x kolom 8)
• Bibit/benih
• Penggunaan untuk industri (makanan & non makanan)
• Penyusutan (tercecer) (% x kolom 8)
• Bahan makanan (kol 8 – kol 9 - kol 10 – kol 11
kol 12 – kol 13)

(Perlu faktor estimasi utk berbagai pemanfaatan tsb)


• Ketersediaan per kapita (Kolom 15-19)
Sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi
setiap penduduk suatu negara/ daerah dalam suatu kurun
waktu tertentu, dinyatakan dalam :
1) kg/kap/thn atau gr/kap/hr
2) zat gizi (energi, protein dan lemak perkapita/
hari) perlu DKBM
Cara perhitungan kolom 15 - 19

Kolom 15 = Kolom (14) x 1000


Jumlah penduduk

Kolom 16 = Kolom (15) x 1000


365

Kolom 17 = {Kolom (16) x Energi x BDD}


100 INGAT!
SATUAN
Kolom 18 = {Kolom (16) x Protein x BDD}
100
Kolom 19 = {Kolom (16) x Lemak x BDD}
100
Penulisan Angka
 Data pada NBM menggunakan satuan kw/ton/ribu ton dalam
bentuk dua digit dibelakang koma
 Kolom 2-14 dan 17: bilangan bulat
 Kolom 15, 16, 18, 19: bilangan pecahan dua desimal
 Bilangan di belakang koma yang nilainya kurang dari
setengahnya dibulatkan ke bawah
 Bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengahnya
dibulatkan ke atas
 Bilangan di belakang koma yang nilainya sama dengan setengah
dan di depannya bilangan ganjil, maka pembulatannya ke atas
 Bilangan di belakang koma yang nilainya sama dengan setengah
dan di depannya bilangan genap, maka pembulatannya ke
bawah
Penulisan Angka (lanjutan)

 Semua bilangan desimal ketiga dan keempat lebih dari limapuluh,


desimal kedua dibulatkan ke atas
 Semua bilangan desimal ketiga dan keempat kurang dari limapuluh,
dan desimal kedua ganjil, desimal kedua dibulatkan ke atas
 Semua bilangan desimal ketiga dan keempat kurang dari limapuluh,
dan desimal kedua genap, desimal kedua dibulatkan ke bawah
 Jika tidak tersedia data hendaknya diisi dengan notasi strip (-)
 Jika data tersedia, tapi besarnya kurang dari 500 ton hendaknya
ditulis dengan notasi nol (0) untuk NBM Nasional
 Jika data tersedia, tapi besarnya kurang dari 500 kg hendaknya ditulis
dengan notasi nol (0) untuk NBM Regional
Pengisian NBM berurutan kolom demi kolom
(kolom 1 ke 19):

Kolom 1 : Jenis Bahan Makanan, ditulis nama seluruh bahan makanan


sesuai dengan kelompok komoditasnya.
Kolom 2 : Produksi (masukan), ditulis angka produksi yang masih akan
mengalami perubahan bentuk (bila ada) sesuai dengan kelompok
komoditasnya.
Kolom 3 : Produksi (keluaran), ditulis angka unsur produksi yang
merupakan produksi asli yang diperoleh dari kegiatan berproduksi dan
belum mengalami perubahan atau produksi turunan yang sudah
mengalami perubahan.
Kolom 4 : Perubahan Stok, ditulis angka perubahan stok (bila ada)
berikut tanda negatif (-) atau positif (+).
Kolom 5 : Impor, ditulis angka jumlah bahan makanan yang masuk dari
negara lain atau wilayah lain baik melalui darat, perairan maupun udara
Pengisian NBM berurutan kolom demi kolom
(lanjutan):
Kolom 6 : Penyediaan Dalam Negeri sebelum Ekspor, ditulis angka hasil dari
Kolom (3) dikurangi Kolom (4) ditambah Kolom (5).
Kolom 7 : Ekspor, ditulis angka jumlah bahan makanan yang dikeluarkan dari
wilayah administratif/daerah ke luar negeri maupun ke wilayah lain baik
melalui darat, perairan maupun udara.
Kolom 8 : Penyediaan Dalam Negeri, ditulis angka hasil Kolom (6) dikurangi
Kolom (7).
Kolom 9 : Pakan, tuliskan angka pakan pada kolom 9
Kolom 10 : Bibit/Benih, tuliskan angka kebutuhan bibit pada kolom 10
Kolom 11 : Diolah untuk Makanan, ditulis angka banyaknya komoditas bahan
makanan yang berasal dari penyediaan dalam negeri yang diolah untuk
makanan.
Kolom 12 : Diolah untuk Bukan Makanan, ditulis angka banyaknya komoditas
bahan makanan yang berasal dari penyediaan dalam negeri yang diolah untuk
keperluan bukan makanan
Pengisian NBM berurutan kolom demi kolom
(lanjutan):

 Kolom 13 : Tercecer, ditulis angka hasil perkalian persentase tercecer dengan penyediaan
dalam negeri untuk masing-masing komoditas.
 Kolom 14 : Bahan Makanan, ditulis angka jumlah bahan makanan yang tersedia untuk
dikonsumsi penduduk. Merupakan hasil dari : Kolom (8) – (9) – (10) – (11) – (12) – (13).
 Kolom 15 : ditulis hasil pembagian Kolom (14) dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun, kemudian dikalikan 1000 (konversi ton ke kg), dengan satuan kg/tahun.
 Kolom 16 : ditulis angka hasil pembagian Kolom (15) dengan 365 hari dikali 1000
(konversi kg ke g), dengan satuan g/hari.
 Kolom 17 : Energi (Kkal/hari), ditulis angka hasil perkalian Kolom (16) dengan persen
bagian yang dapat dimakan (bdd) dan kandungan energi dari 100 g bahan makanan.
 Kolom 18 : Protein (g/hari), ditulis angka hasil perkalian Kolom (16) dengan persen
bagian yang dapat dimakan (bdd) dan kandungan protein dari 100 g bahan makanan.
 Kolom 19 : Lemak (g/hari), ditulis angka hasil perkalian Kolom (16) dengan persen
bagian yang dapat dimakan (bdd) dan kandungan lemak dari 100 g bahan makanan.
Pengisian kolom NBM : Perilaku/komoditas pangan

Komoditas Perkebunan
Kelapa
 Dalam penghitungan NBM selama ini, penggunaan kelapa untuk diolah
menjadi kopra diperkirakan 45 % dari total penyediaan dalam negeri
(kolom 8)
 Penghitungan untuk tingkat regional, penggunaan kelapa untuk diolah
menjadi minyak seharusnya berasal dari data riil pemakaian kelapa untuk
pabrik minyak baik perusahaan maupun perorangan. Demikian juga
dengan industri non makanan.
 Data produksi kelapa dalam bentuk equivalent kopra, sehingga
dikonversikan menjadi kelapa daging (dikalikan 100/45 = 222%) dan
diisikan pada kolom (3).
 Kolom (2) kelapa daging diubah menjadi kelapa berkulit (dikalikan 100/24
= 416%)
Kelapa daging/kopra
Kolom (2) berasal dari kolom (11) kelapa daging
Kolom (3) kelapa daging dirubah menjadi kopra dengan konversi 45%
Pengisian hanya sampai kolom (13), kolom (14 – 19) kosong, karena
kopra tidak langsung dikonsumsi manusia, melainkan diolah lebih
lanjut menjadi minyak goreng

Kopra/minyak goreng
 Kolom (2) berasal dari kolom (11) kelapa daging/kopra pada
kelompok buah/biji berminyak
 Kolom (3) 60 % X kolom (2)
Minyak sawit
 Produksi tanaman kelapa sawit = minyak sawit (CPO) dan inti sawit,
namun yang dicakup dalam NBM hanya CPO saja (kolom 3)
 Kolom (2) dapat diisikan dalam bentuk Tandan Buah Segar (TDS) =
100/22,01 x kolom (3)
 Pengisian hanya sampai kolom (13) karena minyak sawit tidak dapat
langsung dikonsumsi manusia

Minyak sawit/minyak goreng


Kolom (2) dri kolom (11) minyak sawit
Kolom (3) dari minyak sawit yang dirubah menjadi minyak goreng
dengan konversi 68,28%
Gula pasir
Kolom (3) sumber data Ditjen Perkebunan, berupa produksi
gula pasir yang dihasilkan pabrik gula

Komoditas Perikanan & Kelautan


Tercecer
• Sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak,
sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi
secara tidak disengaja, sejak bahan makanan tersebut
diproduksi hingga tersedia untuk konsumen. Besaran
konversi tercecer untuk kelompok ikan adalah 3 persen.
Komoditas Peternakan (contoh sumber data : Statistik
Peternakan, Dinas Peternakan tahun...)

Daging
• Produksi daging dalam bentuk karkas (kolom 2)
• Dari karkas dikonversi ke daging murni sebesar 74,95% (kolom 3)
• Kolom 9, 10, 11, 12 tidak ada

Lemak sapi
• Kolom (2) dari kolom (2) komoditas daging sapi dalam bentu karkas
• Kolom (3) dari karkas dirubah menjadi lemak dengan konversi 3 %
• dst
Data Parameter Produksi Daging
(Statistik Peternakan, Dinas Peternakan Jabar 2006)

Berat % dari Karkas Konversi Unregister


No Jenis ternak karkas ke pemotongan
Karkas OFFAL Karkas daging ternak
OFFAL Lemak
(kg) (kg) +OFFAL (kg)
1 Sapi lokal 184.84 42.70 227.54 23.10 3.00 80.00 27.88
2 Sapi impor 216.65 50.97 267.62 23.53 3.00 80.00

3 Kerbau 166.31 41.56 207.87 24.99 3.00 75.00 65.00


4 Kuda 104.40 35.20 139.60 33.72 3.00 75.00 40.00

5 Kambing 13.29 2.47 15.76 18.59 3.00 75.00 551.68


6 Domba 11.52 2.65 14.17 23.00 3.00 73.00 599.20

7 Babi 61.95 6.95 68.90 11.22 3.00 80.00


8 Ayam buras 0.64 0.064 0.704 10.00 10.00 58.00

9 Ayam ras pet 0.73 0.073 0.803 10.00 58.00


10 Ayam ras ped 0.73 0.073 0.803 10.00 58.00

11 Itik 0.73 0.073 0.803 10.00 60.00


Data parameter produksi Telur (Statistik Peternakan, Dinas Peternakan Jabar 2006)

No Jenis Ternak Betina Dewasa Produksi Telur per Berat Telur


Produktif (%) Tahun (Butir) (gram)
1 Ayam Buras 31.29 49.00 40

2 Ayam Ras 69.24 225.00 59

3 Itik 64.48 156.00 65

Data parameter produksi Susu (Statistik Peternakan, Dinas Peternakan Jabar 2006)

No Jenis Ternak Berat Dewasa Produksi Susu Lama Produksi


Laktasi (%) Liter/Hari (Hari)
1 FH/Keturunan 52.00 13.57 300
Komoditas Tanaman Pangan/Hortikultura
I.1 Gandum
• Data produksi gandum tidak tersedia, maka pengisian kolom (2) dan (3) =
tidak ada dan ditulis “(-)“.
• Gandum berasal dari impor, isi kolom 5 (sumber data BPS).
• Gandum juga diekspor, isi kolom 7 (sumber dari BPS)
• Tidak ada pengunaan untuk pakan (kolom 9), bibit (kolom 10), diolah
untuk bukan makanan (kolom 12) dan tercecer (kolom 13)
• Penyediaan Gandum dalam negeri digunakan untuk diolah untuk makanan
(kolom 11) : biji gandum belum dapat dikonsumsi manusia/penduduk,
sehingga Kolom (14) s.d Kolom (19) tidak diisi dan ditulis strip = ”(-)”

I.2 Tepung Gandum


• Masukan (kolom 2) berasal dari kolom (11) komoditas gandum yang akan
diolah lebih lanjut menjadi tepung gandum (kolom 3) dg angka konversi 72%.
• Tepung gandum juga berasal dari impor, isi kolom 5 (sumber data BPS)
• Tepung gandum juga diekspor-termasuk dalam bentuk produk olahan, isi
kolom 7 (sumber data BPS)
I.3 Pagi gagang/gabah
• Masukan (kolom 2) tidak ada (-), karena bentuk produksi yang tersedia
gabah kering giling sehingga langsung isi keluaran (kolom 3), sumber
data Ditjen Tanaman Pangan dan BPS
• Gabah juga berasal dari impor, isi kolom 5 (sumber data BPS)
• Gabah juga diekspor, isi kolom 7 (sumber data BPS)
• Gabah digunakan untuk pakan (kolom 9), bibit (kolom 10), diolah
untuk bukan makanan (kolom 12) dan tercecer (kolom 13) serta diolah
untuk makanan (kolom 11) = kolom 8 – 9 – 10 – 12 – 13
• Gabah belum dapat dikonsumsi manusia/penduduk, sehingga Kolom
(14) s.d Kolom (19) tidak diisi dan ditulis strip = ”(-)”
I.4 Gabah/beras
• Masukan (kolom 2) berasal dari kolom 11 komoditas padi
gagang/gabah
• Gabah juga berasal dari impor, isi kolom 5 (sumber data BPS)
• Gabah juga diekspor, isi kolom 7 (sumber data BPS)
• Gabah digunakan untuk pakan (kolom 9), bibit (kolom 10), diolah
untuk bukan makanan (kolom 12) dan tercecer (kolom 13) serta diolah
untuk makanan (kolom 11) = kolom 8 – 9 – 10 – 12 – 13
• Gabah belum dapat dikonsumsi manusia/penduduk, sehingga Kolom
(14) s.d Kolom (19) tidak diisi dan ditulis strip = ”(-)”
I.5 Jagung Basah
• Untuk jagung basah, data produksinya tidak tersedia, maka
penghitungan ketersediaan dilakukan dari data konsumsi yang berasal
dari Survey Sosial Ekonomi (Susenas) – lihat slide no 123 dan 124

I.6 Ubi kayu/Gaplek


• Karena data produksi gaplek tidak tersedia, maka pengisian dimulai
dari kolom diolah untuk industri bukan makanan (kolom 12), ekspor
(kolom 5) dan impor (kolom 7) berupa gaplek, tepung gaplek dan chip.

I.7 Ubi kayu/tapioka


• Pengisian dimulai dari kolom diolah untuk industri bukan makanan
(kolom 12), ekspor (kolom 5) dan impor (kolom 7)
I.8 Ubi kayu
• Kolom (3) sumber data Ditjen Tanaman pangan dan BPS
• Kolom (11) = merupakan penjumlahan kolom (2) komoditi ubi
kayu/gaplek dan ubikayu/tapioka

I.9 Kacang Tanah lepas kulit


• Pengisian dimulai dari kolom (3), karena data yang tersedia dalam
bentuk biji kering, sumber data Ditjen Tanaman pangan dan BPS.
• Kolom (2), dilakukan dengan cara mengkonversikan kolom (2) dengan
besaran konversi kacang tanah lepas kulit ke kacang tanah berkulit
sebesar 167 %.
I.10 Kacang Tanah Berkulit
• Pengisian dimulai dari kolom (11), data berasal dari (kolom 2) kacang
tanah lepas kulit
• Kacang tanah berkulit yang tercecer 5%, tidak ada penggunaan untuk
pakan, bibit dan industri bukan makanan maka untuk industri makanan
sebesar 95%
• Kolom (8) = 100/95 X kolom (11)
• Kolom (13) = 5% X kolom (8)
Permasalahan

Data tidak tersedia/


Tidak lengkap Faktor konversi
(lost, ekspor-impor, stok, Out of date
Industri, pakan, dll)

Dana tidak tersedia


Koordinasi
lintas sektor
MASALAH DALAM
?
Tidak berjalan
PENYUSUNAN DAN
PEMANFAATAN NBM

Political Will
Rendah Faktor lain
Data “tidak” dimanfaatkan
Dalam perencanaan dan evaluasi
Aspek Kuantitas Pangan Aspek Kuantitas Pangan
Tingkat kecukupan Jumlah ketersediaan pangan
Energi & Zat Gizi pokok atau pangan strategis
(Protein, Lemak) (kg/kap/th, g/kap/hr

POLA PANGAN HARAPAN


(DEPTAN 2001)
3. Analisis
Ketersediaan Kelompok Pangan Kontribusi Skor
Pangan wilayah, Padi-padian 50 % 25
tahun…… Umbi-umbian 6% 2,5
Pangan Hewani 12% 24
Aspek Kualitas
Pangan Minyak dan Lemak 10% 5
Buah/Biji Berminyak 5% 1
Komposisi & skor
Kacang-kacangan 5% 10
PPH_anekaragam
pangan bergizi Gula 5% 2,5
seimbang Sayur dan Buah 6% 30
Lain-lain 3% 0
Skor PPH 100 = kualitas SDM Total 100% 100
dan SDAL (stabilitas ekosistem)
Pola Pangan Harapan (PPH)_Dietary Diversity Pattern/Score

FAO-RAPA (1989) PPH :


Pada tahun 1950 Lembaga
komposisi kelompok pangan
Makanan Rakyat (LMR) 1 4
utama, yang bila dikonsumsi
merintis program gizi nasional
dapat memenuhi kebutuhan
dengan slogan "Empat Sehat
energi dan zat gizi lainnya
Lima Sempurna
untuk menghasilkan suatu
komposisi norma (standar)
pangan untuk memenuhi
kebutuhan gizi penduduk, yang International
mempertimbangkan Confrence on
Ada kekawatiran
keseimbangan gizi (nutrition Nutrition Roma 1992
munculnya “double 2 5
balance) berdasarkan cita rasa merekomendasikan
bourden” masalah gizi
(palatability), daya cerna Balanced Diet 
(digestibility), daya terima Repelita VI mulai
masyarakat (acceptability), digunakan PPH
kuantitas dan kemampuan daya (Balanced Diet)
beli (affordability)
ukuran tercapainya Skor PPH : Indikator nasional
penganekaragaman yang sesuai dengan indikator
3 6
konsumsi pangan (ps 62 UU global (2.2.2.(c))  meta
18/12 : Pangan) data Indikator TPB
Tabel. Perbandingan PPH FAO-RAPA, Meneg Pangan 1994,
dan DEPTAN 2001*)

FAO-RAPA Meneg Pangan (1994) Deptan (2001)


No. Kelompok Pangan gr/kap/hr
% Min-maks % Bobot Skor % Bobot Skor
1 Serealia 40.0 40.0 - 60.0 50.0 0.5 25.0 50.0 0.5 25.0 300.0
2 Umbi-Umbian 5.0 0.0 - 8.0 5.0 0.5 2.5 6.0 0.5 2.5 100.0
3 Pangan hewani 20.0 5.0 - 20.0 15.3 2.0 30.6 12.0 2.0 24.0 150.0
4 Minyak dan Lemak 10.0 5.0 - 15.0 10.0 1.0 10.0 10.0 0.5 5.0 25.0
5 Biji Berminyak 3.0 0.0 - 3.0 3.0 0.5 1.5 3.0 0.5 1.0 10.0
6 Kacang-kacangan 6.0 2.0 - 10.0 5.0 2.0 10.0 5.0 2.0 10.0 35.0
7 Gula 8.0 2.0 - 15.0 6.7 0.5 3.4 5.0 0.5 2.5 30.0
8 Sayur dan Buah 5.0 3.0 - 8.0 5.0 2.0 10.0 6.0 5.0 30.0 250.0
9 Bumbu-bumbu 3.0 0.0 - 5.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 (25).
100 100.0 93.0 100.0 100.0
*) Sumber : Renstra BBKP-Deptan, 2001
Tabel. Komposisi (%AKE) dan skor PPH KETERSEDIAAN PANGAN
penduduk Indonesia untuk hidup sehat
Kelompok Pangan FAO-RAPA (1989) Deptan (2001)*)
% AKE Min-Maks % AKE Bobot Skor
1 PADI-PADIAN 40.0 40.0 - 60.0 50.0 0.5 25.0
2 UMBI-UMBIAN 5.0 0.0 - 8.0 6.0 0.5 2.5
3 PANGAN HEWANI 20.0 5.0 - 20.0 12.0 2.0 24.0
4 MINYAK & LEMAK 10.0 5.0 - 15.0 10.0 0.5 5.0
5 BUAH/BIJI BERMINYAK
3.0 0.0 - 3.0 3.0 0.5 1.0
6 KACANG-KACANGAN
6.0 2.0 - 10.0 5.0 2.0 10.0
7 GULA 8.0 2.0 - 15.0 5.0 0.5 2.5
8 SAYUR DAN BUAH
5.0 3.0 - 8.0 6.0 5.0 30.0
9 LAIN-LAIN (BUMBU)
3.0 0.0 - 5.0 3.0 0.0 0.0

100.0 100.0 100.0


Sumber: Sinulingga, Hardinsyah dan Martianto, 2002
*) skor PPH juga dilakukan saat analisis konsumsi pangan penduduk

Diterjemahkan menjadi kebutuhan PANGAN (gr/kap/hr; kg/kap/th, ton/th)


Dasar pemikiran PPH = Konsep Gizi Seimbang
Seimbang :
1. antara asupan (konsumsi) zat gizi dan kebutuhannya,
2. jumlahnya antar kelompok pangan
3. jumlahnya antar waktu makan, untuk mencapai hidup sehat.
 diperoleh dengan cara mengkonsumsi anekaragam makanan dalam jumlah
yang cukup, seimbang dan waktu yang tepat
Prinsip gizi seimbang dalam PPH

Zat Zat
pembang Pengatu Lauk Sayur &
un (100/3 r (100/3 Pauk Buah
%) %) (100/3 (100/3 %)
%)
Zat Pangan
Tenaga Pokok
(100/3 (100/3 %)
%)
GIZI SEIMBANG GIZI SEIMBANG
Sesuai triguna Aneka ragam
makanan pangan
Prinsip dasar pembobotan dalam PPH
(berdasarkan Gizi Seimbang)

1. Serealia…………….. 50 %
2. Umbi-umbian ……… 6 %
Sumber Tenaga
3. Minyak & lemak……. 10 %
(KH, lemak)
4. Biji dan buah
Berminyak.…………. 3 %
TIGA GUNA 5. Gula ………………… 5 %
MAKANAN 33.3 : 74 = 0.5

Sumber Zat 1. Pangan hewani…... 12 %


Pembangun (Protein) 2. Kacang-kacangan.. 5 %
33.3 : 17 = 2
Sumber Zat Pengatur
(Vitamin & Mineral) 1. Sayur dan Buah….. 6%
33.3 : 6 = 5
Lain-lain 1. Minuman & Bumbu...3%
Tahapan Perhitungan Skor PPH

Menghitung konsumsi aktual (mengelompokkan jenis pangan


1
& konversi satuan energi dalam kkal)
Menghitung % ketersediaan atau konsumsi aktual
2 (kontribusi tiap kelompok pangan terhadap total
ketersediaan atau konsumsi pangan)
Menghitung tingkat konsumsi energi setiap
3
kelompok pangan (% AKE)

Hitung Skor AKE: mengalikan % AKE dengan


4
bobot setiap kelompok pangan

Hitung skor PPH setiap kelompok pangan


5 (membandingkan Skor AKE dengan Skor
Maksimum, jika Skor AKE > Skor Maks
maka skor PPH = skor Maksimum, Skor
AKE < Skor Maks maka skor PPH = skor
AKE) serta hitung total skor PPH
Pengelompokan pangan

No Kelompok Pangan Jenis Komoditas (kelompok PPH)


1 Padi-padian beras dan olahannya, jagung dan
olahannya, gandum dan olahannya
2 Umbi-umbian ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, dan
sagu (termasuk makanan berpati)
3 Pangan Hewani daging, ikan, telur, susu
4 Minyak dan lemak minyak kelapa, minyak sawit,
margarin, dan lemak hewani
5 Buah/biji kelapa, kemiri, kenari, dan coklat
berminyak
Pengelompokan pangan (Lanjutan..)

No Kelompok Pangan Jenis Komoditas (kelompok PPH)


6 Kacang-kacangan kacang tanah, kacang kedelai, kacang
hijau, kacang merah, kacang polong,
kacang mete, kacang tunggak, kacang
lain,
7 Gula gula pasir, gula merah, sirup, minuman
jadi dalam botol/kaleng.
8 Sayur dan Buah sayur segar, buah segar, termasuk
emping
9 Lain-lain aneka bumbu dan bahan minuman
seperti terasi, cengkeh, ketumbar,
merica, pala, asam, bumbu masak,
terasi, teh dan kopi
Tabel Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah, tahun.......

3) % Terhadap AKE = 2000 Kkal/Kap/Hari (WNPG, 2014)


5) Hitung skor PPH  Ambil
SkorAKE jika Skor AKE< Skor
2) % Terhadap Total Energi Aktual 4) % AKE x Bobot Maks atau Gunakan Skor
Maks jika Skor AKE>Skor
1) Konsumsi Aktual (Kal/Kap/Hari) Cantumkan Maks
bobot

Energi % Skor Skor Skor


No Kelompok Pangan % AKE Bobot
Aktual Aktual AKE Maks PPH

1 Padi-padian 1150 52.6 57.5 0.5 28.8 25.0 25.0


2 Umbi-umbian 75 3.4 3.8 0.5 1.9 2.5 1.9
3 Pangan Hewani 100 4.6 5.0 2.0 10.0 24.0 10.0
4 Minyak danLemak 600 27.5 30.0 0.5 15.0 5.0 5.0
5 Buah/Biji Berminyak 50 2.3 2.5 0.5 1.3 1.0 1.0
6 Kacang-kacangan 65 3.0 3.3 2.0 6.5 10.0 6.5
7 Gula 50 2.3 2.5 0.5 1.3 2.5 1.3
8 Sayur dan Buah 85 3.9 4.3 5.0 21.3 30.0 21.3
9 Lain-lain 10 0.5 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
Total 2,185 100.0 109.3 132.7 100.0 71.9
 Intrepretasi Tabel Ketersediaan Pangan Wilayah,
tahun..
• Kestabilan sumberdaya pangan : kestabilan
ekosistem wilayah dalam menyediakan pangan bagi
penduduknya
 Jumlah & keanekaragaman ketersediaan
pangan untuk dikonsumsi (TKE = 100 % AKE;
TKP = 100 % AKP; skor PPH 100)
 Daya dukung pangan  90 % - 110 % AKE 
kemandirian pangan dg pendekatan
“produksi bersih”
 Daya tampung pangan  > 110 % AKE 
surplus pangan
 Intrepretasi Tabel Ketersediaan Pangan Wilayah,
tahun....lanjutan
• Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan
bangsa (wilayah/daerah) dalam:
 memproduksi pangan yang beranekaragam dari
dalam negeri
 yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan
pangan yang cukup sampai di tingkat
perseorangan
 dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam,
manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat.
HAND-OUT MATA KULIAH (GIZ 347)
PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI (P2G)
Oleh YFB

Beragam Pendekatan P2G


Tim Pengajar :
 Yayuk Farida Baliwati (YFB)-Koordinator
 Yayat Heryanto (YHT)
 Resa Ana Dina (RAD)

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FEMA IPB


Semester Genap, 2021/2022
Pokok Bahasan UTS

II. Beragam Pendekatan P2G  2 mgg


a. Top down, Bottom up, Parsipatif,
politik dan teknokratik
b. Sektoral-Multisektoral
c. Pola Pangan Harapan (PPH)
Pendekatan Perencanaan Pembangunan :
perencanaan hierarki spasial (nasional, daerah)  Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN_UU 25/2004)
SPPN : satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana2
pembangunan dalam jangka panjang, jangkamenengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat ditingkat pusat dan daerah sistem perencanaan
multitahunan yang memastikan keterkaitan antara jenis dan tingkat (Gambar 1)

Ruang lingkup perencanaan : Perencanaan strategis :


 Perencanaan Jangka panjang Daerah
(RPJPD)
 Perencanaan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD)
 Rencana Strategis SKPD (Renstra SKPD)
yang disusunsetiap lima tahun.

Perencanaan operasional :
 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
 Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD)
yang disusun setiap tahun.
Rencana
pangan
Nasional,
terintegrasi
dlm RPJMN

Rencana
pangan daerah
(Prov/ Kab-
Kota)
terintegrasi
dlm RPJMD
 contoh di
Tabel 1
Gambar 1. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
Program/kegiatan dan Indikator RPJMN
2020-2024
Program/Kegiatan Sasaran Indikator
2020
Target
2024
PP Peningkatan ketersediaan, akses Meningkatnya ketersediaan, akses, 1. Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 90,4 95,2
dan kualitas konsumsi pangan dan kualitas konsumsi pangan
2. Angka Kecukupan Energi (AKE) (2.1.2(a)) 2.100 kkal/hari 2.100 kkal/hari

3. Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gram/ kapita/hari 57 gram/ kapita/hari


4. Prevalence of Undernourishment (PoU) 6,4 5,38
5. Food Insecurity Experience Scale (FIES) 5,21 4,05

Tabel 1. KP 1 Peningkatan kualitas


konsumsi, keamanan,
fortifikasi dan biofortifikasi
Meningkatnya kualitas konsumsi,
keamanan, fortifikasi, dan
biofortifikasi pangan
Konsumsi ikan (2.2.2(c))
Konsumsi daging
Konsumsi sayur dan buah
56,4 kg/kapita/tahun
12,93 kg/kapita/tahun
260,2 gram/kapita/hari
62,0 kg/kapita/ tahun
14,62 kg/kapita/tahun
316,3 gram/kap/hari

Keterkaitan
pangan Konsumsi protein asal ternak 10,65 gram/kap/hari 11,04 gram/kap/hari
Luas lahan produksi beras biofortifikasi 10.000 ha 200.000 ha
Persentase pangan segar yang memenuhi 70% 90%
syarat keamanan pangan

IKU Gubernur
Akses terhadap beras biofortifikasi bagi 10-20% penerima BPNT 100% penerima BPNT
keluarga yang kurang mampu dan kurang
gizi
KP 2 Peningkatan ketersediaan Meningkatnya ketersediaan pangan Ketersediaan beras 33,90 juta ton 37,12 juta ton

(RPJMD Jabar
pangan hasil pertanian hasil pertanian Ketersediaan protein hewani 2,51 juta ton 2,88 juta ton
Produksi Jagung 30,90 juta ton 39,6 juta ton
Produksi Daging 4,1 Juta ton 4,61 Juta ton
Produksi Umbi-umbian 23,3 juta ton 26,2 juta ton

2018-2023)
KP 3 Peningkatan produktivitas dan Meningkatnya produktivitas dan Nilai tambah per tenaga kerja pertanian Rp 36,19 juta/tenaga kerja Rp 45,44 juta/tenaga kerja
kesejahteraan sumber daya kesejahteraan sumber daya (2.3.1*)
manusia (SDM) pertanian manusia (SDM) pertanian Nilai Tukar Petani 103 105
Tingkat adopsi teknologi pertanian oleh 65-80 % 80-95%

dengan RPJMN
KP 4 Peningkatan produktivitas dan Meningkatnya produktivitas dan petani (%) lahan baku sawah yang
Persentase 50% 100%
keberlanjutan sumber daya keberlanjutan sumber daya ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
pertanian pertanian Berkelanjutan (LP2B)
Jumlah varietas unggul tanaman dan hewan 30 Varietas Unggul Baru 30 Varietas Unggul Baru
untuk pangan yang dilepas (2.5.1*) (tanaman) dan 8 Galur (ternak) (tanaman) dan 8 Galur

2020-2024
(ternak)
Sumber daya genetika tanaman dan hewan 4.250 Aksesi 4.250 Aksesi
sumber pangan yang terlindungi/tersedia
(2.5.2*)
KP 5 Peningkatan tata kelola Meningkatnya tata kelola sistem Global food security index 56,9 64,1
sistem pangan nasional pangan nasional
Pendekatan Perencanaan Pembangunan :
Mekanisme/proses perencanaan
Catatan
Pendekatan bottom-up  Pendekatan Top-down
partisipatif
Penjaringan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat untuk melihat konsistensi
dengan visi, misi, dan program Kepala 1. Sinergi dan konsisten sesuai SPPN
Daerah Terpilih
2. Sinergi dan konsisten dengan RTRW
Memperhatikan hasil proses musrenbang
dan kesepakatan dengan masyarakat
3. Penanganan masalah dengan
tentang prioritas pembangunan daerah pendekatan holistik dan sistem.

4. Sinergi dan komitmen pemerintah


terhadap tujuan pembangunan
Mempertimbangkan hasil Forum OPD global seperti SDGs
Catatan : Pendekatan partisipatif
 Pemangku kepentingan (stakeholders) dilibatkan dalam pengambilan keputusan
 Kesetaraan antara para pemangku kepentingan dari unsur pemerintah dan non
pemerintah dalam pengambilan keputusan
 Transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan
 Keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama kaum
perempuan dan kelompok marjinal, termasuk pelibatan media
 Musrenbang yang berkualitas
 Forum pemangku kepentingan penyusunan rencana pembangunan daerah.

 Dilaksanakan oleh Bappeda dalam kerangka perencanaan jangka panjang,

menengah maupun tahunan


 Dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan dan

penyepakatan rancangan awal dokumen perencanaan  kesepakatan pada


semua tahapan penting pengambilan keputusan, seperti: perumusan
prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan, strategi, dan kebijakan
dan prioritas program
 Di daerah, Musrenbang terdiri dari tahap desa hingga provinsi.
Catatan : Pendekatan teknokratis
 konsistensi logika berpikir : identifikasi masalah, tantangan,
potensi, sasaran, arah kebijakan & strategi pembangunan 
arah kebijakan & strategi pembangunan : prioritas, fokus &
kegiatan harus sistematis dan terstruktur
 keterkaitan yang logis sehingga memudahkan untuk
dipahami dan MONEV kinerja capaian
 Logical Framework Approach (LFA) :
Logframe is a cause & effect model of project intervensions
to be creace desired impacts for the beneficiaries
Contoh : Gambar 2, 3
Gambar 2. Adaptasi Proses Perencanaan Strategik
dalam Penyusunan RPJMD

Analisis
lingkungan
Menelaah Mandat
eksternal
Persiapan • Peraturan
• Pembentukan Perundang- Perumusan Penyelarasan
tim Undangan Tujuan, Visi & Misi KDH
Perumusan Sasaran, terpilih dengan Pengendalian
• Penyepakatan Implementasi
Isu Strategis Strategi, Arah Rancangan dan Evaluasi
jadwal kegiatan
• Pengumpulan Menelaah Tugas & Kebijakan dan Teknokratik
data Program RPJMD
Fungsi Organisasi
• Perda ttg Analisis
Perangkat lingkungan
Daerah Visi, Misi dan
internal
• Perkada ttg Program
Kedudukan Dan Prioritas KDH
Susunan Terpilih
Organisasi
Perangkat
Daerah
Gambar 3. Alur Penyusunan RPJMD Jabar 2018 – 2023

ARAHAN
VISI & MISI
RPJPD
KDH TERPILIH
2005 – 2025
EVALUASI RPJMD
2013 – 2018
RANCANGAN RANCANGAN
RANCANGAN
TEKNOKRATIS AKHIR
RPJMD
RPJMD RPJMD
BACKGROUND STUDIES : 2018 – 2023
• Permasalahan 2018 – 2023 2018 – 2023
Pembangunan
• Isu Strategis 2018 - 2023
• Tujuan, sasaran, strategi &
arah kebijakan 2018 - 2023
• Rancangan indikasi
ASPIRASI
program prioritas MUSRENBANG
pembangunan MASYARAKAT
Pendekatan Perencanaan Pembangunan :
Mekanisme/proses perencanaan yang ideal  Tematik, holistik,
terntegrasi, spasial (THIS)

Kegiatan prioritas direncanakan


berdasarkan data dan informasi yang
SPASIAL baik serta lokasi yang jelas sehingga
memudahkan proses integrasi dan
pemantauan kegiatan di lapangan.

Penanganan secara menyeluruh dan


HOLISTIK terfokus pada kegiatan yang relevan
TEMATIK dengan pencapaian tujuan program
prioritas

Keterpaduan seluruh kegiatan yang


saling memperkuat dan selaras
TERINTEGRASI dalam mencapai sasaran prioritas
nasional  MULTISEKTOR
Contoh di Gambar 4
Gambar 4 : Penajaman Substansi Perencanaan dan
K
REPUBLI
INDONESI
A
Penganggaran_tema Ketahanan Pangan

Temati Tujuan: Ketahanan


k Pangan
Indikator:
Produktivitas Berbagai
Komoditas Pangan
dibanding Kebutuhan
selama 1 Tahun secara
mandiri.
Intensifikasi Pencetakan Reforma Pengendalian Jalan NJO
Pertanian Sawah Agraria Harga Kabupaten P
Lahan
Organik Baru Stop PKHSawah
Produktivita Untuk
Da Konversi Irigasi
s Lahan Gakinta
m Lahan Tersier
Existing n
Produktif
Integratif

Spasi
al
Perencanaan Responsif Gender  PPRG
 Perencanaan yang responsif gender dilakukan dengan memasukkan perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan
dan laki-laki dalam proses penyusunan kebijakan dan program pembangunan daerah.
 Bisa mempertajam analisa tentang kondisi daerah karena terpetakan kesejangan dalam pembangunan manusia, laki-laki dan perempuan.
 Membantu mempertajam target group/ kelompok sasaran karena data terpilah.
 Tidak selalu berupa penambahan program baru dan biaya tambahan bilamana analisis gender diterapkan.
 Pemberdayaan perempuan sebagai urusan wajib di daerah tidak mampu menjawab semua isu kesenjangan gender di berbagai bidang.

Peluang Integrasi Gender dalam Dokumen Perencanaan Jangka Menengah


o proses perencanaan partisipatif di mana laki-laki dan perempuan terlibat dan menyampaikan aspirasi serta kebutuhan mereka,
o dokumen perencanaan, baik secara tersurat maupun tersirat dalam rumusan kondisi daerah, visi dan misi, isu strategis, sasaran,
program atau kegiatan suatu SKPD yang berkomitmen untuk mengurangi kesenjangan gender,
o program dan kegiatan khusus pemberdayaan perempuan,
o indikator dan target yang terpilah,
o target dan indikator yang berfokus pada isu-isu terkait gender tertentu.
Pendekatan Perencanaan Pembangunan :
Sektoral

a. Kesehatan umum (Public Health)


b. Kesejahteraan Sosial
c. Pendidikan
d. Produksi Makanan
1. Kecenderungan produksi & penyediaan pangan
2. Kecenderungan permintaan konsumsi pangan
3. Pertimbangan Gizi
Tantangan & masalah Kesehatan masyarakat
IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS
LANSIA 1) Angka kematian ibu 305/100.000 KH
1) Lansia mendapatkan yankes 57,66% 2) WUS hamil KEK 17,3%, tidak hamil KEK 14,5%
2) Lansia belum memiliki JKN 32% 3) Masih tingginya anemia ibu hamil 48,9%
3) Lansia dengan tingkat ketergantungan 4) Kunjungan Antenatal 4x 74.1%
sedang/berat/total 3,7% 5) Persalinan di Faskes 79.3%
6) Konsumsi TTD pada ibu hamil 38.1%

USIA REPRODUKSI
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang BAYI
(MKJP) 23.4%
1) Angka kematian bayi 24/1000 KH
2) Unmet need 19,78%
2) Angka kematian neonatal 15/1000 KH
3) Cakupan IMD 69%
REMAJA 4) Cakupan ASI Eksklusif 66.02%
5) Cakupan KN1 sesuai standar 37,9%
1) Kehamilan remaja usia 15-19 th
36 per 1000 remaja putri 6) Anak 6-23 bl makan tidak beragam 53,4%
2) Konsumsi TTD pada remaja 1.4%
3) Perempuan usia 20-24 yang BALITA
menikah dibawah 18 tahun 1) Balita stunting 27.7%
25,71% 2) Balita wasting 10,2%
ANAK-ANAK
3) Balita underweight 17.7%
1) Perilaku cuci tangan dengan benar pada anak ≥ 10 th 49,8%
4) Balita gemuk 8%
2) Aktifitas fisik kurang pada anak ≥ 10 th 33,5% 5) Balita yang ditimbang 45,4%
3) Kurang konsumsi sayur dan buah pada anak ≥ 5 th 95.5%
4) Merokok pada anak ≥ 10 th28.8%

Akses sanitasi 78.83% PKM melaksanakan kesja dasar 81%


Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS80.54%
Kab/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat 366 PKM melaksanakan kes.olahraga 82.2%

Sb. Paparan Dirjen Kesmas, Kemenkes, 2020


Strategi Percepatan Penurunan Stunting

  penguatan intervensi spesifik gizi

Sb. Paparan Dirjen Kesmas, Kemenkes, 2020


Perbaikan gizi : pendekatan sektoral_KESEHATAN,
 dengan pola pikir multisektor
Pendekatan Perencanaan Pembangunan :
Multisektor

a. Pendekatan Gizi Masyarakat


b. Pendekatan Sistem
(termasuk pendekatan Triple A/unicef)
c. Pendekatan Kebutuhan Dasar Manusia
(Basic Human Need)  PPH
-
Pendekatan Gizi Masyarakat : Kerangka
Pikir Penurunan Stunting Terintegrasi

Pelaksana
Kemenkes, BKKBN,
Kemendikbud, Kemensos,
KemenPU&PR, Kemendagri,
Kementan, Kemenperin, Kemenag,
KKP, KemenPP&PA,
Kemenkominfo, BPOM,
KemendesPDTT, Kemen
PPN/Bappenas, KemenkoPMK,
Sb. Paparan Dirjen Kesmas, Kemenkes, 2020
BPS, Kemendag, Kemensetneg,
Pendekatan Gizi Masyarakat : Peran BKKBN dalam Percepatan
Penurunan Stunting Terintegrasi
Pendekatan Gizi Masyarakat : Peran Kominfo & Kemensos dalam
Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi
Pendekatan Gizi Masyarakat : Penurunan
Stunting Terintegrasi di Desa
Pendekatan Gizi Masyarakat : Konsep pembudayaan GERMAS

Aktivitas
Fisik

Kualitas Edukasi
Lingkungan dan
Individu Perilaku
& Hidup
Keluarga Sehat
SPM PIS-PK

Kebijakan Germas sesuai


dengan tugas dan fungsi

Sb. Paparan Dirjen Kesmas, Kemenkes, 2020


Siklus Perencanaan Program Pangan & Gizi
Dengan Tripel A (Unicef)

1.Assessment

3. Actions 2. Analysis
1. Assessment 2. Analysis
• Identifikasi Masalah Gizi  Apa dampak masalah bagi
• Menjawab Pertanyaan : kehidupan masyarakat
• Apa masalahnya ?  Apa penyebab masalah :
• Berapa luas ? faktor/determinan
• Siapa yang terkena ?  Apa alternatif pemecahan
• Dimana ? masalah
• Kapan ?

3. Action
 Upaya apa yang sudah, sedang, dan dilakukan
 Program gizi apa yang dikenal universal di Indonesia
 Apa kegiatan program gizi
 Siapa/lembaga mana yang melakukan dan dimana
KULIAH 6
Perencanaan Pangan berdasarkan
POLA PANGAN HARAPAN

Jenis dan jumlah kelompok pangan utama


yang dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan gizi (FAO-RAPA, 1989)

Review Tujuan : Suatu rasionalisasi pola


Pengertian Tujuan &
konsumsi pangan yang dianjurkan kegunaan PPH
PPH
sebagai dasar perencanan dan evaluasi
pembangunan pangan (bagi penduduk)

Kegunaan :
Menilai konsumsi/ketersediaan pangan
(jumlah, mutu dan komposisi %AKE)
Perencanaan konsumsi/ketersediaan pangan
Keunggulan dan Kelemahan
Pendekatan Perencanaan Pangan
ASPEK PPH TREN TREN
PERMINTAAN PRODUKSI
1. Dasar Direkayasa sesuai perilaku Sesuai perilaku Sesuai perilaku
Pendekatan konsumen dan produsen , konsumen produsen
memerlukan intervensi
pendidikan
2. Relevansi dengan Sangat relevan Kurang relevan Kurang relevan
tujuan ketahanan
pangan
3. Mutu Gizi Sesuai anjuran gizi Belum tentu/tidak Belum tentu/tidak
ada ada

4. Diversif Pangan Terpenuhi Belum tentu Belum tentu


dan Gizi Terpenuhi terpenuhi
5. Kemudahan Relatif, tapi ada indikator Relatif Relatif
tunggal
6. Waktu Keseimbangan antar Ketimpangan antar Ketimpangan antar
kelompok pangan kelompok pangan kelompok pangan
PPH Basis Perencanaan Pangan : bukti empiris
 Skor PPH Konsumsi Pangan VS IPM

Skor PPH berpengaruh secara signifikan terhadap IPM


Y (IPM) = 77.7 + 1.70 (LPP) + 0.239 (skor PPH) – 0.0100 (konsumsi energi)
Sumber : Sari 2014

Skor PPH berhubungan secara signifikan dengan :


• penurunan prevalensi gizi buruk,
• peningkatan prevalensi status gizi normal (TB/U) usia dewasa,
• penurunan prevalensi status gizi kurang pada dewasa akhir
(Rosselini S, Wiziani G dan Baliwati YF 2013).
meningkat

meningkat

meningkat
Skor PPH Tingkat Kesehatan IPM

 Pengaruh skor PPH thd TKE Zat Gizi Mikro (vit, min) sebesar
0,747.(Kusumawati, 2015)
Proses perencanaan pangan dengan pendekatan PPH

KONDISI KINI KONDISI


DIHARAPKAN (AKG)
Tren produksi, Ketahanan Pangan &
ketersediaan, & konsumsi Gizi Berkelanjutan
pangan& & gizi

- Pendapatan KEBUTUHAN
-Potensi agroekologi Kebijakan &
KONSUMSI PANGAN Regulasi Global,
--Potensi agroindustri
& ekspor JANGKA PANJANG Nasional & Lokal
(PPH 2020)
--Laju Pertumbuhan
penduduk

Perencanaan
kebutuhan konsumsi
pangan jangka pendek
menuju harapan
Langkah Perencanaan Pangan Wilayah dengan Pendekatan PPH
(Data Konsumsi Pangan)  penerapan LFA (Ingat materi
Mgg2, slide 39 & 40)
Langkah 3
Data Konsumsi Perencanaan
(Susenas) program perbaikan
konsumsi pangan

Evaluasi skor
& komposisi Proyeksi skor Proyeksi
PPH & komposisi PPH Konsumsi Pangan

Langkah 1 Proyeksi
Strategi
Identifikasi Penyediaan
implementasi
masalah Pangan
Langkah 2
Analisis
masalah
Langkah 1 jenis dan besar masalah konsumsi
pangan
Identifikasi
penderita masalah konsumsi
masalah
pangan
(klasifikasi fungsi)

No Kelompok Pangan % AKG % aktual Selisih Aktual Interpretasi


Aktual Harapan thd harapan dan harapan
1 Padi-padian 61,95 50 123,9 23,9 Surplus
2 Umbi-umbian 3,45 6 57,5 -42,5 Kurang
3 Pangan hewani 4,45 12 37,1 -62,9 Kurang
4 Minyak dan lemak 8,55 10 85,5 -14,5 Kurang
5 Buah/biji berminyak 2,05 3 68,3 -31,7 Kurang
6 Kacang-kacangan 2,65 5 53,0 -47,0 Kurang
7 Gula 4,6 5 92,0 -0,8 Kurang
8 Sayur dan buah 3,55 6 59,2 -40,8 Kurang
9 Lain-lain 1,3 3 43,3 -56,7 Kurang
Prioritas masalah memperhatikan :
1. Pentingnya masalah
2. Kelayakan teknologi
3. Sumberdaya yang tersedia

Teknik Kriteria Matrik :


SKOR PRIORITAS MASALAH :
RUMUS
P=IXTXR
Keterangan :
P = prioritas masalah
I = pentingnya masalah
T = kelayakan teknologi
R = sumberdaya yang tersedia
Penentuan Prioritas Masalah Konsumsi Pangan

Keterangan
Masalah konsumsi pangan I T R P*)
Prioritas
Kualitas konsumsi pangan 5 3 1 15 1
Dominansi padi-padian 3 1 2 6 3
Kurangnya umbi-umbian 3 1 1 3 4
Kurangnya pangan hewani 5 1 1 5 2
Kurangnya minyak & lemak 3 1 1 3 4
Kurangnya buah/biji berminyak 3 1 1 3 4

Kurangnya kacang-kacangan 5 3 1 15 1

Kurangnya sayur & buah 5 3 1 15 1


Kurangnya gula 3 1 1 3 3
Klasifikasi Fungsi

Klasifikasi fungsional = metode


untuk menentukan kelompok
yang beresiko mengalami
kekurangan pangan (at risk
groups),

berguna dalam penyusunan


target (sasaran) suatu
proyek/kegiatan
Langkah 2
Analisis
masalah
Faktor penyebab
(causal model)

Causal model
menggambarkan
rangkaian faktor yang
menyebabkan masalah
konsumsi pangan
Langkah 3
Proyeksi skor & komposisi PPH
Perencanaan
program • sasaran skor 100 tahun 2020
perbaikan
• Interpolasi linier
pangan

St = S0 + n(S2020-S0)/dt

Keterangan : St = skor mutu pangan tahun t


S0 = skor mutu pangan tahun awal
S2020 = skor mutu pangan tahun 2020
dt = selisih waktu antara tahun 2020
dengan tahun awal
n = selisih tahun yang dicari dengan
tahun dasar
Contoh Penghitungan Proyeksi skor & komposisi
PPH Tahun 2008

St = S0 + n (S2020-S0)/dt

S2008 = S2005 + 3 (S2020 – S2005)/(2020-2005)


= 74,8 + 3 (100 – 74,8) / 15
= 79,8

Dengan rumus yang sama dapat dihitung proyeksi proporsi masing-


masing kelompok pangan
Proyeksi Pola Pangan Harapan Konsumsi Pangan

No. Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020


1. Padi-padian 25.0 25.0 25.0 25.0 25.0
2. Umbi-umbian 1.3 1.5 1.5 1.7 2.5
3. Pangan Hewani 15.5 16.7 17.2 18.4 24.0
4. Minyak dan Lemak 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0
5. Buah/biji berminyak 0.6 0.6 0.7 0.7 1.0
6. Kacang-kacangan 7.5 7.8 8.0 8.3 10.0
7. Gula 1.8 1.9 1.9 2.0 2.5
8. Sayur dan Buah 18.0 19.6 20.4 22.0 30.0
9. Minuman dan Bumbu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Skor PPH 74.8 78.1 79.8 83.2 100.0
Proyeksi Konsumsi Pangan
(kontribusi Energi  %)
1. PROYEKSI KONTRIBUSI ENERGI SETIAP KELOMPOK PANGAN (%)

%AKE thn dasar + n (%AKE thn 2020-%AKE thn dasar)/dt

dimana : n = selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar


dt = selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awal
Contoh : %Kontribusi Energi Padi-padian Tahun 2008 =

%AKE thn 2005 + n (%AKE thn 2020-%AKE 2005)/dt

= 68,5 + (2008-2005) x (50 – 68,5) / (2020-2005)


= 64,8
Proyeksi Kontribusi Energi (%)

Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020


No.
1. Padi-padian 68.5 66.0 64.8 62.3 50.0
2. Umbi-umbian 2.6 3.1 3.3 3.7 6.0
3. Pangan Hewani 7.8 8.3 8.6 9.2 12.0
4. Minyak dan Lemak 10.5 10.5 10.4 10.4 10.0
5. Buah/biji berminyak 1.2 1.4 1.5 1.8 3.0
6. Kacang-kacangan 3.8 3.9 4.0 4.2 5.0
7. Gula 3.6 3.8 3.9 4.1 5.0
8. Sayur dan Buah 3.6 3.9 4.1 4.4 6.0
9. Minuman dan Bumbu 1.6 1.7 1.8 2.0 3.0
Proyeksi Konsumsi Pangan
(kkal/kap/hari)
2. PROYEKSI RATA-RATA KONSUMSI ENERGI (KAL/KAP/HARI)

Rata2 Energi thn dasar + n (Rata2 Energi thn 2020 - Rata2 Energi thn dasar)/dt

dimana : n = selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar


dt = selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awal
Contoh : Energi Padi-padian Tahun 2008 =

Rata2 Energi thn 2005 + n (Rata2 Energi thn 2020 - Rata2 Energi 2005)/dt

= 1370 + (2008-2005) (1000-1370)/(2020-2005)


= 1296 kkal/kap/hari
Proyeksi Konsumsi Pangan (kkal/kap/hari)
Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020
No.
1. Padi-padian 1370 1321 1296 1271 1000
2. Umbi-umbian 52 61 66 70 120
3. Pangan Hewani 155 167 172 178 240
4. Minyak dan Lemak 211 269 209 208 200
5. Buah/biji berminyak 23 28 31 33 60
6. Kacang-kacangan 75 78 80 82 100
7. Gula 72 76 78 79 100
8. Sayur dan Buah 72 79 82 85 120
9. Minuman dan Bumbu 31 35 37 39 60
Total 2062 2054 2049 2041 2000
Proyeksi Konsumsi Pangan
(gr/kap/hari)

3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

Jml thn dasar + n (Jml thn 2020 - Jml thn dasar)/dt

dimana : n = selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar


dt = selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awal
Contoh : Jumlah Padi-padian Tahun 2008 (gram)=

Jml thn 2005 + n (Jml thn 2020 - Jml 2005)/dt

= 342,2 + (2008-2005) (275-342,2)/(2020-2008)


= 328,8 gr/kap/hari
Proyeksi Konsumsi Pangan (g/kap/hari)
Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020
No.
1. Padi-padian 342.2 333.3 328.8 319.8 275
2. Umbi-umbian 45.7 51.6 54.6 60.5 100
3. Pangan Hewani 83.1 90.6 94.4 102.0 150
4. Minyak dan Lemak 23.8 23.9 24.0 24.2 20
5. Buah/biji berminyak 4.1 4.9 5.3 6.1 10
6. Kacang-kacangan 31.6 32.1 32.3 32.8 35
7. Gula 20.8 22.1 22.7 23.9 30
8. Sayur dan Buah 185.3 191.3 194.3 200.2 250
9. Minuman dan Bumbu 39.4 36.1 34.5 31.3 0
Proyeksi Konsumsi Pangan
berdasarkan komoditas
(gr/kap/hari)
3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

Tahap Penghitungan
a. Menghitung kontribusi energi tiap komoditas
terhadap kelompok pangan
Contoh:
•Beras : 1057 kkal (data SUSENAS)
•Padi-padian : 1074 kkal
Kontribusi energi beras: 1057 x 100% = 98.4 %
1074
Kontribusi Energi menurut Kelompok Pangan

Kelompok Kontribusi
Pangan Energi (kkal) (%)
Padi-padian 1074 100,0
Beras 1057 98.4
Jagung 1 0.09
Tepung terigu 15 1.51
Proyeksi Konsumsi Pangan
(gr/kap/hari)..lanjutan…
3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

b. Menghitung energi tiap komoditas terhadap


kelompok pangan
Contoh :
• Beras = 98.4 % dari padi-padian
• Proyeksi konsumsi energi padi-padian
tahun 2008 = 1296 kkal
maka
Konsumsi beras tahun 2008 = 98.4 x 1296 kkal
100
= 1275 kkal
Proyeksi Ketersediaan Energi menurut Kelompok Pangan

Proyeksi Ketersediaan Energi (kkal/kap/hr) menurut


No Kelompok Pangan kelompok pangan
2008 2010 2020
Padi-padian 1296
Beras 1275
Jagung 1
Tepung terigu 20
Proyeksi Konsumsi Pangan
(gr/kap/hari)
3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

c. Mengkonversi proyeksi konsumsi energi menjadi


konsumsi pangan (dengan DKBM)

gr komoditas = energi komoditas) x 10000


energi per 100 gr komoditas BDD

Contoh : Proyeksi energi beras : 1275 kkal


DKBM beras : 363 kkal, BDD:100%

proyeksi beras (gr) = 1275 kkal x 100


363kkal/100gr 100
= 351.2 gr/kap/hari
4. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (kg/kap/thn)

= gr konsumsi x 365
1000

5. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/hari)


= konsumsi (gr/kap/hari) x jmlh pddk thn tersebut
1000000
6. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/minggu)
= konsumsi (gr/kap/hari) x 7 x jmlh pddk thn tsb
1000000

7. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/bln)


= konsumsi (gr/kap/hari) x 30 x jmlh pddk thn tsb
1000000

8. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/thn)


= konsumsi (gr/kap/hari) x 365 x jmlh pddk thn tsb
1000000
HAND-OUT MATA KULIAH (GIZ 347)
PERENCANAAN PANGAN & GIZI (P2G)

Pelaku P2G
Oleh YFB

Tim Pengajar :
 Yayuk Farida Baliwati (YFB)-Koordinator
 Yayat Heryanto (YHT)
 Resa Ana Dina (RAD)

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FEMA IPB


Semester Genap, 2021/2022
OUTLINE

Pertimbangan Pengertian & Kelembagaan Advokasi


pendekatan Lintas komponen bidang Pangan&Gizi
Pelaku(Stakeholders) Lintas Pelaku ketahanan
dalam menejemen (Stakeholders) pangan & gizi
program pangan gizi
Pencapaian Target Skor PPH Jawa Barat, 2019 – 2023
(sb : RPJMD 2018-2023)

Sasaran RPJMD 2018 - 2023 Indikator Target


(IKU Gubernur) Sasaran 2019 2020 2021 2022 2023
Jawa Barat sebagai daerah
Skor PPH
pertanian, perikanan dan
konsumsi 82.4 83.2 84 84.8 85.6
kelautan yang mandiri untuk
pangan
mencapai kedaulatan pangan
Tanggung jawab siapa?

INGAT!
\Materi Mgg 2_Slide 39 & 40 & Materi Mgg 6_slide 30 & 32
Review_Kerangka pikir: Perencanaan Pangan
dalam kerangka sistem pangan
Review : Langkah Perencanaan Pangan Wilayah
dengan Pendekatan PPH
Tahapan Perencanaan berdasarkan PPH Peran/Keterlibatan Pemangku Kepentingan (RAM-
IP_Rencana Aksi Multipihak Implementasi Pekerjaan)

.....................................................
Sasaran PPH Nasional & Wilayah

.....................................................
Sasaran Kebutuhan Pangan untuk Konsumsi

Sasaran Kebutuhan Pangan Untuk Produksi ....................................................

& Penyediaan

....................................................
Sistem Produksi, Penyediaan, Distribusi dan
Pemasaran Pangan untuk Konsumsi

.....................................................
Anggaran, SDA, SDM, Teknologi
Mengapa lintas pelaku penting dalam pembangunan
ketahanan pangan & gizi?

 holistic orientation dalam perencanaan P&G


 basis : ecological principles yaitu everything is related to
everything else, unity of differences produces strength and
stability, everything is nature has a purpose.
 semua sektor (public/private) punya perhatian terhadap
sesuatu hal (termasuk masalah pangan dan gizi) sehingga
pengetahuan dan sumberdaya yang terdapat di setiap
institusi dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembangunan pangan & gizi.
 Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama
Pengertian & komponen lintas pelaku

Stakeholders : kelompok atau individu yang dapat


memengaruhi dan atau dipengaruhi
oleh suatu pencapaian tujuan tertentu

• Stakeholder utama (primer)


• Stakeholder pendukung (sekunder)
• Stakeholder kunci
Pengertian & komponen lintas pelaku (lanjutan)

Stakeholder Utama (primer) : stakeholder yang memiliki kaitan


kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan
proyek  harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses
pengambilan keputusan.

Contoh :
• Masyarakat yang terkait dengan proyek : masyarakat yang akan
memperoleh manfaat atau terkena dampak dari proyek (mis
kehilangan tanah & kemungkinan kehilangan mata pencaharian)
• Tokoh masyarakat : anggota masyarakat yang ditokohkan di
wilayah sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat
• Pihak manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan dan implementasinya
Pengertian & komponen lintas pelaku (lanjutan)

Stakeholder Pendukung (sekunder) : yang tidak memiliki


kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu
kebijakan, program dan proyek, tetapi memiliki
kepedulian/keprihatinan sehingga turut bersuara &
berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan
legal pemerintah.

Contoh :
• Lembaga(aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi
tidak memiliki tanggung jawab langsung.
• Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak
memiliki kewenangan secara langsung dalam
pengambilan keputusan.
• Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang
Pengertian & komponen lintas pelaku (lanjutan)

Stakeholder Kunci : yang memiliki kewenangan secara legal


dalam hal pengambilan keputusan

 misal untuk suatu keputusan program/kegiatan di


kabupaten:
• Pemerintah Kabupaten
• DPR Kabupaten
• Dinas yang membawahi langsung proyek yang
bersangkutan.
Dasar kerja lintas pelaku pembangunan Pangan & Gizi

PKK/GOW

Pangan
Gizi
Mekanisme kerja organisasi pemerintah untuk mencapai
kedaulatan pangan
Kemen Pertanian; Kemen Kehutanan & LH;
Pembukaan
Kemen Agraria & TTR; Kemen PU; Pemda 1 juta lahan
sawah baru
Reforma Perbaikan dan
agraria
Kemendag; 9 juta Ha
pemb. Jaringan Kemen PU;
Pengendalian irigasi,
Kemen Pertanian impor pangan bendungan, Kementan
pasar, dan
sarpras Kemendag
transportasi ; Pemda

BAPPENAS : KOORDINASI
Peningkatan PERENCANAAN
kemampuan MENKO : KOORDINASI
Kemen Pertanian; petani PELAKSANAAN
Stop konversi
Kemen Pemb. lahan Pemda;
Agribisnis produktif
Perindustrian; KEDAULATAN Kemen Agraria &
kerakyatan
Pemda TTR
PANGAN

Pemulihan
kualitas
Pendirian bank
Bank pertanian &
kesuburan Kemen Pertanian;
lahan; 1000
Indonesia; UMKM Gudang dgn Desa Mandiri KLH/BPLH
Kemen fasilitas Benih Pemda (BUMDes-
pengolahan
Koperasi pasca panen Dana Desa)
di sentra
produksi;
Kemen Pertanian;
Kemen BUMN;
Pemda
Gambar 1. Lintas Pelaku pembangunan pangan & gizi

Government

Tahan
Pangan
& gizi

Household Community
Gambar 2. Lintas Pelaku pembangunan pangan & gizi

Lintas Pelaku Lintas Wilayah

Pemerintah
Masyarakat
Nasional
Petani
Daerah
Pengolah/
Pedagang
Desa/
Konsumen Kelurahan
Kelembagaan bidang ketahanan pangan & Gizi
Kelembagaan Pangan, UU 18/2012 Pangan, BAB XII
Pasal 126 : Dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian
pangan, dan ketahanan pangan nasional, dibentuk
lembaga pemerintah yang menangani bidang pangan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 127 : Lembaga Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pangan.
Pasal 128 : Lembaga Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127
dapat mengusulkan kepada Presiden untuk memberikan
penugasan khusus kepada badan usaha milik negara di
bidang pangan untuk melaksanakan produksi, pengadaan,
penyimpanan, dan/atau distribusi pangan pokok dan
pangan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kelembagaan bidang ketahanan pangan & Gizi
(lanjutan)
Peran serta masyarakat : BAB XIII, Pasal 130, UU 18/2012
1. Masyarakat dapat berperan serta dalam mewujudkan kedaulatan
pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan.
2. Peran serta masyarakat dilakukan dalam hal:
a. pelaksanaan produksi, distribusi, perdagangan & konsumsi pangan;
b. Penyelenggaraan cadangan pangan masyarakat;
c. pencegahan dan penanggulangan rawan pangan dan gizi;
d. penyampaian informasi dan pengetahuan pangan dan gizi;
e. pengawasan kelancaran penyelenggaraan ketersediaan, keterjangkauan,
penganekaragaman dan keamanan pangan;
f. peningkatan kemandirian pangan rumah tangga.
3. Pemerintah dan/atau pemda mendorong peran serta masyarakat
Kelembagaan bidang ketahanan pangan & Gizi
(lanjutan)
Peran serta masyarakat : PP 17/2015, pasal 86:

Masyarakat memiliki kesempatan seluas2nya untuk berperan serta


dalam mewujudkan ketahanan pangan & gizi

a. pelaksanaan produksi dan pengolahan pangan, distribusi


pangan, dan perdagangan pangan;
b. penyelenggaraan komunikasi, informasi, edukasi, promosi di
bidang konsumsi dan diversifikasi pangan;
c. pencegahan dan penanggulangan masalah pangan & gizi;
d. pemberian data dan informasi yang benar dan akurat mengenai
masalah ketahanan pangan dan gizi;
e. pemecahan permasalahan ketahanan pangan dan gizi
Kelembagaan bidang ketahanan pangan & Gizi
(lanjutan)

Peran serta masyarakat : PP 17/2015, pasal 87:

 Masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan,


dan/atau cara penyelesaian masalah pangan kepada Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.

 Tata cara penyampaian permasalahan, masukan, dan/atau cara


penyelesaian masalah Pangan dilakukan secara:
a. langsung atau tidak langsung;
b. perseorangan atau kelompok;
c. lisan atau tertulis.
Kelembagaan bidang ketahanan pangan & Gizi
Peraturan Presiden 66/2021 : Badan Pangan Nasional (Bapanas)
 11 fungsi :
1. koordinasi, perumusan, dan penetapan kebijakan ketersediaan
pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan, kerawanan pangan
dan gizi, penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan
pangan;
2. koordinasi pelaksanaan kebijakan ketersediaan pangan, stabilisasi
pasokan & harga pangan, kerawanan pangan dan gizi,
penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan pangan;
3. pelaksanaan pengadaan, pengelolaan, dan penyaluran cadangan
pangan pemerintah melalui BUMN di bidang pangan;
4. pelaksanaan pengendalian kerawanan pangan dan pengawasan
pemenuhan persyarat an gizi pangan ;
5. pelaksanaan pengembangan & pemantapan penganekaragaman
dan pola konsumsi pangan, serta pengawasan penerapan standar
keamanan pangan yang beredar;
Kelembagaan bidang ketahanan pangan & Gizi
Peraturan Presiden 66/2021 : Badan Pangan Nasional (Bapanas)
 11 fungsi lanjutan:
6. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
urusan di bidang pangan;
7. pengembangan sistem informasi pangan;
8. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Badan Pangan Nasional;
9. pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab
Badan Pangan Nasional;
10. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Badan Pangan Nasional;
11. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan
Pangan Nasional.
Kewenangan Desa : Penggunaan Dana Desa untuk
Program Prioritas Nasional, 2022
a. Pendataan Desa, pemetaan potensi dansumber daya, dan
pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
upaya memperluas kemitraan untuk pembangunan Desa
b. Pengembangan Desa wisata untuk pertumbuhan ekonomi
Desa merata
c. Penguatan ketahanan pangan nabati dan hewani untuk
mewujudkan Desa tanpa kelaparan
d. Pencegahan stunting untuk mewujudkan Desa sehat dan
sejahtera
e. Pengembangan Desa inklusif untukmeningkatkan
keterlibatan masyarakat secara menyeluruh
dalam pembangunan Desa
 untuk percepatan pencapaian aksi SDGs
Kewenangan Desa : Penggunaan Dana Desa untuk
Program Prioritas Nasional, 2022 lanjutan

Penguatan ketahanan pangan nabati dan hewani


untuk mewujudkan Desa tanpa kelaparan :
a. Pengembangan usaha pertanian, perkebunan,
perhutanan, peternakan dan/atau perikanan
b. Pembangunan lumbung pangan Desa
c. Pengolahan pasca panen
d. Penguatan ketahanan pangan lainnya yang sesuai dengan
kewenangan Desa dan diputuskan dalam Musyawarah
Desa
Kewenangan Desa : Penggunaan Dana Desa untuk
Program Prioritas Nasional, 2022 lanjutan
Pencegahan stunting untuk mewujudkan Desa sehat dan sejahtera
a. Pengelolaan advokasi konvergensi pencegahan stunting di Desa dengan
menggunakan aplikasi digital electronic-Human Development Worker
b. Tindakan promotif & preventif pencegahan stunting melalui rumah Desa sehat
c. Peningkatan layanan kesehatan, peningkatan gizi dan pengasuhan anak,
melalui kegiatan :
1. Kesehatan ibu dan anak 7. Pendayagunaan lahan pekarangan keluarga & tanah
2. Konseling gizi kas Desa untuk pembangunan Kandang, Kolam,
3. Air bersih dan sanitasi Kebun (3K) dalam rangka penyediaan makanan
4. Perlindungan sosial untuk peningkatan sehat, bergizi untuk bumil, balita & anak sekolah
askes bumil, busui & balita terhadap 8. Peningkatan kapasitas bagi Kader Pembangunan
JamKes & administrasi kependudukan Manusia (KPM), kader posyandu dan PAUD
5. Pendidikan tentang pengasuhan anak
melalui PAUD dan BKB 9. Pemberian insentif untuk KPM, kader posyandu &
6. Upaya pencegahan perkawinan anak pendidik PAUD yang menjadi kewenangan Desa
Advokasi Pangan dan Gizi

1. Advokasi : salah satu pendekatan untuk


melaksanakan program/kegiatan pangan & gizi
2. Pengertian & tujuan Advokasi
3. Informasi yang diperlukan dalam advokasi
4. Jenis Advokasi
5. Pelaku & Sasaran Advokasi
6. Pelaksanaan Advokasi
7. Indikator Keberhasilan Advokasi
1. Advokasi : salah satu pendekatan untuk melaksanakan
program/kegiatan pangan & gizi

1. 2. 3. 4.
Advokasi Sosialisasi Pemberdayaan Mobilisasi

Sasaran = pembuat Sasaran = organisasi/ Sasaran = organisasi/ Sasaran = masyarakat


kebijakan tomas tomas umum

Output = Output = Output = Output =


kepedulian/tindakan pemahaman/tindakan kemampuan, perilaku tindakan,kebersamaan

Outcome=
Outcome= Outcome= Outcome=
gerakan
dukungan keterlibatan kemandirian
masy.
2. Pengertian Advokasi

• proses komunikasi yg terencana untuk mendapat


dukungan & keputusan untuk pemecahan masalah
• merupakan suatu ilmu & seni, dari sudut pandang
keilmuan tidak ada formula baku
• berhasil bila direncanakan secara sistematis

Untuk memperoleh
Upaya / proses yang “bijak” dukungan

Menggunakan informasi tepat dan akurat


Tujuan Advokasi
Adanya
kemauan/
kepedulian
Adanya
 alternatif Adanya
ketertarikan
solusi tindakan nyata :
utk mengatasi
masalah solusi masalah
Adanya
Komitmen
Adanya dan dukungan :
pemahaman/ Adanya
•Kebijakan,
kesadaran thd Tindak lanjut
•Sumber daya,
masalah kegiatan
•Kemudahan,
•Keikutsertaan
•Dll
3. Informasi yang diperlukan dalam advokasi

• UMUM = konsep umum, petunjuk teknis,


kerjasama lintas sektor, pangan dan gizi dalam
pembangunan dan faktor yang berhubungan dgn
status gizi

• KHUSUS, a.l = lokal spesifik yg dikumpulkan dari


sektor terkait, misalnya keadaan gizi balita (SKDN),
BBLR, ibu hamil KEK, jumlah keluarga miskin,
jumlah keluarga yg sulit makan, SITUASI
KETAHANAN PANGAN
4. Jenis Advokasi

1. Advokasi Kebijakan: bertujuan untuk mempengaruhi


lembaga legislatif, pemegang kebijakan dari kalangan
pemerintah dan swasta untuk mengubah, memperbaiki dan
mereformasi kebijakan dan program mereka
2. Advokasi Publik: bertujuan untuk mendukung dan
mempropagandakan isu-isu dengan mempengaruhi opini
publik dan meningkatkan dukungan public
Melalui advokasi publik advokasi kebijakan dapat
didesiminasikan kepada masyarakat

Peranan iklan dan kampanye sangat besar


5. Pelaku dan sasaran advokasi
Pelaku advokasi:
•Pakar, pejabat yang berwenang,
•Perg. Tinggi, Media massa
•Swasta, Org. profesi
•Org. masy/agama, LSM
•Tokoh publik, Dll

Dengan Syarat :
•Peduli kesehatan, Paham masalah
•Berkemampuan
•Dipercaya / Dihormati
•Tidak tercela, dll
5. Pelaku dan sasaran advokasi lanjutan

Sasaran advokasi

Kelompok yang
merencanakan
kebijakan

Kelompok yang
bisa Kelompok yang
mempengaruhi memutuskan
kebijakan kebijakan
Kebijakan
yang
mendukung
Advokasi: salah satu strategi peningkatan
partisipasi masyarakat

Strategi Sasaran Tujuan/luaran Cara yang


dilakukan

Pember Primer Peningkatan Penyuluhan


dayaan pengetahuan dan perorangan,
ketrampilan kelompok
pengelolaan UKBM

Pembinaan Sekunder Pengembangan Pendekatan


suasana pendapat umum, perorangan
opini, norma/nilai dan kelompok

Pendekatan Tersier Persetujuan, Konsultasi dan


pimpinan dukungan pertemuan
(advokasi) informal/
formal
6. Pelaksanaan Advokasi

• Tatanan formal : rapat, seminar, konferensi, semiloka,


telekonferensi.
• Tatanan informal : pertemuan umum dan khusus,
festifal, event olah raga, di rumah, reuni, arisan,
pertemuan keluarga dll.
• Secara langsung: komunikasi langsung dalam rapat,
surat, email, telepon, fax, dll
• Secara tdk langsung: komunikasi melalui kolega,
teman, keluarga, sekutu/kelompok
7. Indikator keberhasilan

• Perubahan kebijakan, pelaksanaan dalam bidang


ketahanan pangan (ketahanan pangan sebagai
prioritas pembangunan daerah, yang tercantum
dalam RPJMD/RKP/Renstra/Renja)
• Adanya peningkatan anggaran dan SDM untuk
pembangunan ketahanan pangan,
• Adanya SK, MOU, surat edaran, intruksi, himbauan,
fatwa, kesepakatan/kebulatan tekad, naskah
kerjasama bidang ketahanan pangan
• Adanya jadwal koordinasi (termasuk pertemuan
reguler/teratur), pemantauan & penilaian antar DPRD
dan Pemda
P2G adalah

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai