Oleh:
Putu Ayu Pradnya Paramita (2171121027)
I Wayan Wiswanantha Ananda (2171121071)
Ni Kadek Maya Rasnadea Tami (2171121075)
-
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu:
-
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present Status General
• Kepala : tde
• KU :-
• Mata : tde
• Kesadaran : -
• Thorax :
• GCS : -
Cor : tde
• TD : tde
Paru: tde
• RR : tde
• Abdomen : tde
• HR : tde • Ekstremitas : tde
STATUS DERMATOLOGIS
• Regio : thorakal 5 – thorakal 8 dextra
• Effloresensi :
Vesikel multiple bergerombol berbatas
tegas, berbentuk bulat, berukuran milier,
berisi cairan jernih, beberapa vesikel
berkonfluen menjadi bula, berbatas tegas,
berbentuk bulat berukuran gutata, berisi
cairan purulent, dengan susunan
herpetiformis, terdistribusi unilateral
DIAGNOSIS BANDING
Herpes zoster thoracalis dextra
Dermatitis venanata
■ Faktor risiko :
Imunodefisiensi, riwayat keluarga, usia, trauma fisik, stres
psikologis, penyakit komorbid
Patofisiologi Herpes Zoster
• Infeksi primer VVZ dapat berkembang menjadi herpes zoster ketika VVZ di ganglion
yang laten aktif kembali. Ketika terjadi reaktivasi, VVZ dapat turun ke sel epitel kulit
melalui akson saraf dan bereplikasi, sehingga menyebabkan infeksi sekunder yang disebut
dengan herpes zoster dermatomal.
• Virus VVZ yang mengalami reaktivasi dapat terdeteksi pada ganglia akar dorsalis, ganglia
nervus kranialis, beberapa ganglia nervus otonom pada sistem saraf enterik, serta astrosit.
Reaktivasi virus berhubungan dengan adanya penurunan sistem imunitas tubuh
terutama cell – mediated immunity.
• Ketika reaktivasi virus terjadi, VVZ melakukan replikasi pada badan sel neuron.
Selanjutnya, partikel virus yang baru akan keluar dari badan sel secara dermatomal dan
menyebabkan verikulasi serta inflamasi pada permukaan kulit yang terinfeksi. Pada fase
ini, inflamasi sel saraf yang terjadi akan menyebabkan pasien merasakan nyeri.
Menegakan Diagnosis Herpes Zoster
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik:
• Masa inkubasi 7-12 hari.
• Diawali gejala prodromalGejala berupa nyeri dan parestesi di dermatom yang terkait
biasanya mendahului erupsi kulit dan bervariasi mulai dari rasa gatal, parestesi, panas, pedih,
nyeri tekan, hiperestesi, hingga rasa ditusuk-tusuk. Dapat pula disertai dengan gejala
konstitusi seperti malaise, sefalgia, dan flu like symptoms yang akan menghilang setelah
erupsi kulit muncul
• Lalu muncul lesi awal dengan lesi makulopapular eritematosa
• Dalam 12-48 jam menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan edema.
• Dalam 7-10 hari cairan vesikel yang jernih menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta
• Krusta biasanya bertahan hingga 2-3 minggu.
• Lokasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai tempat persarafan
Menegakan Diagnosis Herpes Zoster
Pilihan antivirus
• Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.
• Dosis asiklovir anak <12 tahun 30 mg/kgBB/hari selama 7 hari, anak >12 tahun 60 mg/kgBB/hari selama 7 hari.
• Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari
• Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7 hari
Catatan khusus:
• Bila lesi luas atau ada keterlibatan organ dalam, atau pada imunokompromais diberikan asiklovir intravena 10 mg/kgBB/hari 3
kali sehari selama 5-10 hari. Asiklovir dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0.9% dan diberikan dalam waktu 1 jam.
• Obat pilihan untuk ibu hamil adalah asiklovir berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat
Tatalaksana Herpes Zoster
Simptomatik
• Nyeri ringan: parasetamol 3x500 mg/hari atau NSAID.
• Nyeri sedang-berat: kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan.
• Pada pasien dengan kemungkinan terjadinya neuralgia pasca herpes zoster
selain diberi asiklovir pada fase akut, dapat diberikan:
• Antidepresan trisiklik (amitriptilin dosis awal 10 mg/hari ditingkatkan 20 mg setiap 7 hari
hingga 150 mg. Pemberian hingga 3 bulan, diberikan setiap malam sebelum tidur
• Gabapentin 300 mg/hari 4-6 minggu
• Pregabalin 2x75 mg/hari 2-4 minggu
Tatalaksana Herpes Zoster
• Herpes zoster pada pasien imunokompromais
Pada herpes zoster lokalisata, sebagian besar pasien dapat diberikan
asiklovir atau valasiklovir atau famsiklovir oral dengan follow up yang
baik. Terapi asiklovir intravena dicadangkan untuk pasien dengan
infeksi diseminata, imunosupresi sangat berat, didapatkan keterlibatan
mata, dan ada kendala pemberian obat oral
Tatalaksana Herpes Zoster
TOPIKAL
• Stadium vesikular: bedak salisil 2% atau zinc acetate 0,1% + pramoxine 1%, atau
bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah dan mengurangi nyeri dan
gatal.
• Bila vesikel pecah dan basah dapat diberikan kompres terbuka dengan
larutan antiseptik dan krim antiseptik/antibiotik.
• Jika timbul luka dengan tanda infeksi sekunder dapat diberikan krim/salep
antibiotik.
Tatalaksana Herpes Zoster
• Zat iritan kuat di antaranya asam flourida, asam hidroklorik, dan alkali. Paparan zat
iritan kuat mampu menimbulkan dermatitis kontak bahkan pasca paparan pertama
• Iritan lemah di antaranya solvent, deterjen, sabun, dan zat asam atau basa lemah.
Iritan lemah memerlukan paparan berulang kali untuk menimbulkan dermatitis
kontak.
ETIOLOGI DERMATITIS KONTAK IRITAN
Jenis Produk Kandungan zat iritan
Air rumah tangga Garam dan oksida kalsium, magnesium, maupun besi
Soda, amonia, kalium hidroksida, natrium hidroksida, natrium silikat, trinatrium fosfat, dan
Alkalis
bermacam amine
Asam Sulfur, hidroklorida, nitrit, kromik, asam hidrofluorida, asetat, oksalat, salisilat
Minyak Minyak yang digunakan dalam proses memotong mekanis, lubrikan, minyak sendi
Benzena, toluene, klorobenzena, methanol, ethanol, isopropanol, propilen glikol, ethyl asetat,
Pelarut organik
aseton, karbon disulfida, bahan pengencer
Kulit dan jus jeruk, umbi bunga, bawang putih, bawang bombay, timun, asparagus, mustar,
Tanaman
barli
Lainnya Pupuk, penghapus cat, semir logam, produk pencegah karat, bromine
PATOFISIOLOGI DERMATITIS KONTAK IRITAN
• Paparan zat iritan pada dermis memicu kerusakan kulit. Kerusakan bergantung
pada kadar dan potensi zat iritan. Denaturasi keratin, hilangnya lapisan lemak,
pelepasan enzim lisosom serta reaksi peradangan dapat timbul pasca kulit
berkontak dengan zat iritan