Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS RISIKO PENAWARAN UNDERESTIMATE

TERHADAP KUALITAS
PROYEK KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
DI PROPINSI DKI JAKARTA

Ir. DARMA HENDRA, ST. MT. IPM. CST


Sekretaris PC PII Kota Padang

PADAGNG 2023
Latar Belakang

 Hatush dan Skitmore (1998), telah mengindikasikan bahwa pada evaluasi metode
tender penawaran terendah, maka kontraktor berkompetisi semata-mata hanya pada
harga bidding dan ini akan berpotensi mutu konstruksi akan rendah
(Journal Building and Environment)
 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) menilai praktik banting
harga dalam tender pengadaan barang dan jasa pemerintah masih tinggi dan
berpotensi menurunkan kualitas proyek. (Bisnis Indonesia, 2008).
 Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) menilai penawaran harga terendah
menjadi pemicu utama rendahnya kualitas konstruksi di Indonesia. (Bisnis
Indonesia, 2009.)
 Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mendesak pemerintah
membuat prosedur teknis lelang proyek konstruksi. Patokan harga terendah
untuk memenangkan lelang proyek infrastruktur membuat kualitas konstruksi
diabaikan (http://www. Terkininews.com)
 Pembangunan PSU juga tidak sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan. Ketua
Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia
(Apersi) mengatakan, dari alokasi dana PSU Rp 1,2 miliar, saat tender dapat
turun mencapai Rp 900 juta (http://www. Kompas.com)
Deskripsi masalah

Didalam proses seleksi kontraktor untuk pelaksanaan proyek


konstruksi pada umumnya dilakukan dengan proses tender.
Dimana pada akhirnya kontraktor diminta untuk mengajukan
penawaran harga. Penawaran harga kontraktor ini bisa terjadi tiga
hal antara lain over, sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
under. Problematika yang timbul adalah jika penawaran
underestimate. Maka dalam rangka agar tidak mengalami
kerugian atau untuk mendapatkan suatu nilai keuntungan
tertentu, kontraktor melakukan strategi yang salah satunya
mengurangi alokasi biaya pelaksanaan di lapangan, yang
berdampak menurunkan kualitas pelaksanaan proyek
Signifikansi Masalah

Apabila alokasi biaya dilapangan direduksi akibat penawaran


underestimate, maka akan timbul risiko-risiko antara lain seperti
mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi, menempatkan
manajerial yang kurang berpengalaman, metode yang tidak
memadai, dan lain sebagainya yang pada akhirnya mengurangi
kualitas proyek konstruksi secara keseluruhan. Oleh karena itu
diperlukan suatu kajian untuk mengidentifikasi dan menganalisa
faktor-faktor risiko yang dominan pada penawaran underestimate,
dan bagaimana mengelola risiko agar proyek dapat diselesaikan
sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan.
Rumusan Masalah

1. Risiko apa saja yang harus diperhitungkan terhadap penawaran


underestimate yang dapat mempengaruhi kualitas proyek
konstruksi ?

2. Berapa besar pengaruh dan apa tindakan terhadap risiko


penawaran underestimate yang dapat mempengaruhi kualitas
proyek konstruksi ?
Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui risiko-risiko yang harus


diperhitungkan terhadap penawaran underestimate
yang dapat mempengaruhi kualitas proyek konstruksi.

2. Untuk menentukan berapa besar pengaruh dan apa


tindakan terhadap risiko penawaran underestimate
yang dapat mempengaruhi kualitas proyek konstruksi.
Lokasi Proyek

27.59%
Pusat

24.14%
Timur

17.24%
Barat

24.14%
Utara

6.90%
Selatan
Nilai Total Proyek Sesuai
Kontrak Awal

60.87%
1<s/d≤10M

17.39%
10<s/d≤20M

13.04%
20<s/d≤30M

4.35%
30<s/d≤40M

4.35%
40<s/d≤50M
Kuantitas nilai kontrak awal terhadap
perkiraan biaya owner (OE/ Owner Estimate)

0.00%
≤ 60%

34.78%
60%<s/d≤70%

60.87%
70%<s/d≤80%

4.35%
80%<s/d≤90%

0.00%
90%<s/d≤100%
KESIMPULAN

1. Risiko yang harus diperhitungkan terhadap penawaran


underestimate yang dapat mempengaruhi kualitas proyek konstruksi
yang paling signifikan antara lain :

 Mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi.


 Material yang digunakan kurang dari yang dibutuhkan.
 Jumlah alat yang digunakan tidak memadai
 
2. Tingkat pengaruh risiko penawaran underestimate terhadap
kualitas proyek konstruksi jalan dan jembatan di propinsi DKI
Jakarta sangat signifikan. Karena pada tabel Anova
menunjukkan nilai F hitung 53,196 dengan nilai signifikan
probabilitas 0.000, yang mana ditunjukkan oleh nilai
signifikan probabilitas yang jauh di bawah 0,01, serta nilai F
hitung lebih besar dari F tabel yakni 3,29. Dari hasil
perhitungan diketahui nilai t hitung sebesar 15,348
sedangkan nilai t tabel sebesar 1,69. Ini sudah dapat diketahui
bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabelnya, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa parameter individual
koefisien regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas proyek.
 
Adapun tindakan preventive :
1. Pre Construction Meeting ( PCM ) dilakukan sebelum pelaksanaan fisik dimulai dan dalam
rapat pra pelaksanaan tersebut untuk mendapatkan kesepakatan bersama dan visi
penyelesaian pekerjaan yang sama sesuai dengan apa yang sudah tertuang didalam
Dokumen Kontrak dan Kontrak Perjanjian Kerja.
2. Contoh bahan / material yang akan digunakan dimintakan persetujuan Direksi, bila disetujui
kemudian dibawa ke laboratorium yang ditunjuk / direkomendasikan oleh proyek, guna
diadakan test karekteristik sesuai spesifikasi teknik / petunjuk Direksi untuk selanjutnya
dibuat campuran pendahuluan (Preliminary Mix) dan percobaan campuran (Trial Mix).
3. Pengukuran dan penandaan lokasi pekerjaan (pemasangan profil) yang akan dilaksanakan
sesuai Gambar Rencana bersama Direksi.
4. Pengawas lapangan dan konsultan pengawas harus lebih cermat dalam menjalankan
tugasnya
5. Pengendalian Kepala Satker/ Kuasa, Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat Komitmen
harus efektif.
6. Dalam pengiriman besi dan baja struktur disertakan sertifikat / surat hasil pemeriksaan dan
pengujiannya untuk diserahkan kepada Direksi.
7. Permintaan persetujuan untuk pengecekan hasil pekerjaan kepada Direksi. Apabila
diperlukan, maka test Core Drill dilaksanakan untuk kontrol silang terhadap ketebalan dan
kadar aspal terpasang dilapangan.
8. Penyedia Jasa bersama Tim Proyek melaksanakan peninjauan ke pabrik, dalam rangka
inspeksi pekerjaan pembuatan beton pracetak.
9. Melakukan rapat lapangan sekali dalam satu minggu, dan membicarakan setiap
penyimpangan yang terjadi serta mencari solusinya
Tindakan Corrective :
1. Memerintahkan kontraktor untuk melakukan pekerjaan diruas
fungsional yang mengalami kerusakan
2. Mutual check dilakukan bersama - sama dengan Direksi untuk
mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya dilaksanakan /
gambar terpasang (as built drawing) sebagai dasar volume
pekerjaan yang akan dimintakan pembayarannya.
3. Konsultan supervisi memberi teguran 1, 2 dan 3 kepada
kontraktor
4. Pekerjaan dicek, jika masih dibatas toleransi biaya dikurangi,
jika tidak maka pekerjaan tersebut dibongkar dan diganti yang
baru.
5. Pemutusan kontrak dan penarikan jaminan pelaksanaan
6. Memerintahkan kontraktor untuk melakukan penambahan
alat sesuai dengan yang dibutuhkan
7. Penambahan jam kerja
THE END

Anda mungkin juga menyukai