Anda di halaman 1dari 20

KERAJAAN SINGHASARI

Kelompok 4
1. Rezky Faatulo G. Gowasa
2. Angie Ivany Waruwu
3.Stevi Karen S. Zebua
4.Desri Monita Mendrofa
5. Arlen Zisokhi Lawolo
6. Fransiska Grace N. Lase
7. Gian Otniel H. Hia
Kerajaan Singasari  (Karaton Singhasari) atau Kerajaan Tumapel
adalah  kerajaan  bercorak Hindu-Budha yang terletak di Jawa
Timur. Mayoritas sumber sejarah menyebut ada lima
raja kerajaan yang bertahta selama berdirinya kerajaan. Sejarah
mengenai kerajaan Singasari  tertulis dalam kitab Pararaton dan
Negarakertagama.

Raja-Raja yang Memerintah


1) Ken Arok (1222–1227)

Pendiri Kerajaan Singasari ialah Ken Arok yang


menjadi Raja Singasari dengan gelar Sri Ranggah
Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok
sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya
suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken
Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–
1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh
seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken
Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa
Buddha.
Patung Ken Dedes dan Patung Ken Arok
2) Anusapati (1227–1248)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari
jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu
pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak
melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan
kesenangannya menyabung ayam.

Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai


juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo
mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga
diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat kediamanan
Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba
Tohjoyo mencabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya
dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian,
meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
Arca Candi
Anusapati Kidal
3) Tohjoyo (1248)
Tohjoyo merupakan raja ketiga di kerajaan Singhasari. Tohjoyo
adalah anak dari Ken Arok dan Ken Umang yang juga merupakan
istri Ken Arok. Tohjoyo naik tahta menggantikan Anusapati
setelah berhasil membunuh Anusapati.

Dengan meninggalnya Anusapati maka takhta Kerajaan


Singasari dipegang oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah
Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang
bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya.
Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya,
Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian
menduduki singgasana.
4) Ranggawuni (1248–1268)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248


dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka
(anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan
sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan
kesejahteran rakyat Singasari.

Pada tahun 1254, Wisnuwardana mengangkat putranya yang


bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan
maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan
Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardana meninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha
Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
5) Kertanegara (1268–-1292)

Sri Maharaja Kertanagara atau disebut Kertanagara


meninggal tahun (1292), adalah raja terakhir yang
memerintah Kerajaan Singhasari dengan gelar Sri
Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama
Dharmmottunggadewa. Masa pemerintahan
Kertanagara dikenal sebagai masa kejayaan
Singhasari. Ia sendiri dipandangsebagai penguasa
Jawa pertama yang berambisi menyatukan wilayah
Nusantara. Menantunya,Raden Wijaya, selanjutnya
mendirikan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1293
sebagai penerusdinasti Rajasa dari Singhasari.

.
pāduka Śrī Mahārājādhirāja Kṛtanagara Wikrama
Dharmmottunggadewa

Arca Joko DologSurabaya dariCandiJawiperwujudan Kertanagara sebagai Buddha


Mahaksobhya
Asal Usul
Kartanegara
Singhasari
Masa Pemerintahan
Kartanegara
Singhasari
Arca Bhairawa
sebagai
perwujudan Raja
Kartanegara dari
candi singosari
8. Kerajaan Majapahit
 Majapahit adalah sebuah kemaharajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia,
yang pernah berdiri sekitar tahun 1293–1527 M. Kemaharajaan ini didirikan oleh
Raden Wijaya menantu Kertanagara, raja di raja Singhasari terakhir, dan mencapai
puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas
di Nusantara pada masa kekuasaan raja Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun
1350–1389
 Kemaharajaan Majapahit adalah kemaharajaan Hindu-Buddha terakhir yang
menguasai Nusantara dan dianggap sebagai monarki terbesar dalam sejarah
Indonesia. [2] Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang dari Jawa,
Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Filipina (Kepulauan Sulu, Manila
(Saludung), Sulawesi, Papua, dan lainnya. [3]
Sejarah
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang
bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan
Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut
dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri,
sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang
memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri.
Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden
Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat di atas disambut
dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan
membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan
rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan
Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang.
Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang
pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di
Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu
tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi
Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni.
Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi
untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk
Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada
mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk
melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan.
Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi
lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh
putranya, Hayam Wuruk. Puncak Kejayaa
Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya
berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa
mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-
kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga
merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap
angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus
menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing. Tanggal pasti
yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit
adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu
tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan
dengan tanggal 10 November 1293.
Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi
masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan
Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil.
Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran
Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan
dalam Pararaton.

Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi
untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat Arca Harihara (paduan
Siwa dan Wisnu) perwujudan Kertarajasa dari Candi Simping, Blitar, kini koleksi
Museum Nasional. mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah
kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu
dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309. Putra dan penerus Wijaya
adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah".

Anda mungkin juga menyukai