novel
Elise – Mochtar Lubis
01
Sinopsis
Introduction
Seorang Raja memiliki sebelas orang putera dan
seorang puteri yang amat cantik bernama Elise.
Ketika Ibunda mereka meninggal, Raja menikah
kembali dengan seorang Ratu yang sangat jahat. Ratu
mengubah sebelas Kakak lelakinya menjadi seekor
angsa dan Elise diungsikan jauh dari kerajaan.
02
Unsur Instrinsik
Alur dan Tema
• Raja
• Ratu Baik (ibu kandung Elise dan sebelas kakak-kakaknya)
• Ratu Jahat (ibu tiri Elise dan sebelas kakak-kakaknya)
• Elise
• Sebelas kakak laki-laki Elise
• Petani
• Ibu tua
Sudut pandang
Kesebelas anak lelaki raja itu setiap pergi ke sekolah selalu mengenakan bintang di
dada mereka, dan pedang besi yang selalu berada di sisi mereka. Mereka menulis di
atas batu tulis yang terbuat dari emas, dengan alat tulis yang terbuat dari intan, dan
mereka sudah pandai menulis dan membaca. (paragraf 2, hal 7)
Elise yang malang menangis, dia meninggalkan istana dengan sedih hati, dan ia
mengembara sepanjang hari… (paragraf 5, hal 13)
Karena sebelas anak lelaki itu berubah menjadi sebelas ekor angsa. Mereka terbang
keluar jendela istana, sambil menjerit sedih. (paragraf 2-3, hal 9)
Latar
Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial
1. Raja dihasut oleh Ratu untuk tidak menyukai kesebelas anak lelakinya tersebut.
(paragraf 5, hal 7)
2. “Semua batu-batu ini menjadi bagus bentuknya, rupanya berkat digosok oleh
ombak yang tidak ada henti-hentinya dan tidak ada letih-letihnya,” kata elise
kepada dirinya sendiri. “Akupun juga hendak serupa itu, tidak akan merasa letih,
jemu, dan putus asa selama-selamanya. Siapa yang kuat hati dan terus berusaha,
pasti akan mencapai tujuannya. Tuhan akan menolong aku” (paragraf 4, hal 19)
Nilai Agama
1. Istri petani yang tua itu duduk diambang pintu dan membaca buku injilnya.
2. Elise ingat kepada sebelas kakak laki-lakinya, dan dia ingat juga kepada Tuhan
yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih yang selalu melindunginya dan kakak-
kakaknya. (paragraf 2, hal 17)
3. “Kami bersyukur kepada Tuhan, batu karang itu ada di sana, kami dapat singgah
selama malam hari…” (paragraf 3, hal 23)
Unsur Kebahasaan
Kalimat Lampau
o Setelah kenyang makan buah apel saat tengah hari, Elise kembali meneruskan
perjalannya (paragraf 2, hal 17)
o Lalu ketiga kodok itu dimasukkannya ke dalam kolam mandi, dan air yang
jernih tersebut lalu langsung berubah menjadi kehijauan warnanya. (paragraf 5,
hal 11)
o Raja atau ayah mereka kemudian menikah kembali dengan seorang Ratu yang
amat sangat jahat hatinya, sama sekali tidak sayang kepada anak-anak Raja.
(paragraf 3, hal 7)
Kata kerja verbal
o Burung-burung menyanyi dan orang-orang yang ada di dalam bukunya keluar dari
buku dan berbicara dengan Elise dan sebelas kakaknya (paragraf 2, hal 15)
o Ratu kemudia menyiram mereka dengan garam setelah membaca mantera gaib dalam
hatinya. (paragraf 2, hal 49)
o Akan tetapi ketika Elise berdiri, ketiga kodok itu berubah menjadi tiga buah bunga
merah yang jatuh diatas air. (paragraf 6, hal 11)
Kalimat tidak langsung
o Ratu melarang mereka untuk makan, dan mengatakan supaya mereka mengisi
mangkuk mereka dengan pasir dan berpura-pura untuk main makan-makanan yang
enak dengan pasir. (paragraf 3, hal 7)
o Elise bertanya kepada Ibu tua, apakah sang Ibu pernah melihat sebelas orang anak
raja yang pergi ke hutan dengan mengendarai kuda? (paragraf 1, hal 19)
Kata ganti orang pertama
“Akan tetapi kemarin saya melihat ada sebelas ekor burung angsa memakai mahkota
emas di kepalanya, berenang-renang di sungai tidak jauh dari sini.” (paragraf 1, hal
19)
Akan tetapi Raja berkata, “Aku hanya ingin membuatmu berbahagia dan bergembira.
Kamu akan berterima kasih kepada ku pada suatu hari nanti karena telah menolong
dirimu.” (paragraf 1, hal 33)
Kata ganti orang ketiga
Raja tidak mau mendengar kata-katanya. Dia memerintahkan agar para pemain
musik untuk memainkan musik, menyiapkan makanan yang enak untuk dihidangkan,
dan menyuruh para penari yang cantik untuk menari. (paragraf 4, hal 33)
Elise tahu, bahwa kakaknya itu yang adalah angsa yang terbang fi atasnya
melindungi dari sinar matahari. Mereka terbang amat sangat tingginya, hingga kapal
pertama yang mereka lihat terlihat seperti burung camar di atas air. (paragraf 1, hal
26)
Ketika Elise membungkuk melihat kolam, dia terkejut. (paragraf 3, hal 15)
Kata kerja mental
Elise yang malang menangis, dia meninggalkan istana dengan sedih hati, dan ia
mengembara sepanjang hari, melalui padang rumput dan rawa dan akhirnya ia tiba
di sebuah hutan besar. (paragraf 5, hal 17)
Hingga Elise sendiri takut untuk melihat mukanya sendiri, tetapi ketika dia mencuci
mukanya dengan air kolam, tiba-tiba kulitnya yang putih dan halus terlihat normal
kembali. (paragraf 1, hal 17)
Elise ingat kepada sebelas kakak laki-lakinya, dan dia ingat juga kepada Tuhan
yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih yang selalu melindunginya dan kakak-
kakaknya. (paragraf 2, hal 17)