0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan25 halaman
Dokumen tersebut membandingkan analisis biaya manfaat antara pembelian alat CT-Scan dan pembelian alat laser di RSD Balung Jember. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelian alat laser memiliki rasio manfaat-biaya yang lebih besar dibanding pembelian alat CT-Scan.
Dokumen tersebut membandingkan analisis biaya manfaat antara pembelian alat CT-Scan dan pembelian alat laser di RSD Balung Jember. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelian alat laser memiliki rasio manfaat-biaya yang lebih besar dibanding pembelian alat CT-Scan.
Dokumen tersebut membandingkan analisis biaya manfaat antara pembelian alat CT-Scan dan pembelian alat laser di RSD Balung Jember. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelian alat laser memiliki rasio manfaat-biaya yang lebih besar dibanding pembelian alat CT-Scan.
Cost Effectiveness Analysis (CEA) merupakan salah satu dari
analisis ekonomi secara menyeluruh (fully economic analysis) yaitu menganalisis program kesehatan yang merangkum sekaligus input dan output program tersebut. Analisis efektivitas biaya membandingkan berbagai cara untuk mencapai tujuan yang sama, dalam upaya untuk mengidentifikasi cara paling murah untuk mencapai tujuan tersebut. TUJUAN CEA Menentukan apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang baik. Menentukan jika nilai suatu intervensi sangat ditentukan oleh biayanya. Tidak hanya meliputi penentuan biaya, tapi juga penentuan nilai dari outcome. Memastikan program atau kombinasi dari program dapat mencapai tujuan tertentu pada biaya terendah. MANFAAT CEA Manfaat Cost Efectiveness Analysis yaitu membantu penentuan prioritas dari sumber daya yang terbatas. CEA merupakan alat bantuan pengambilan keputusan yang paling efisien untuk memenuhi tujuan. Bidang kesehatan sering menggunakan CEA terutama dalam menganalisis biaya intervensi kesehatan seperti pencegahan penyakit. Hal ini ditujukan untuk memecahkan berbagai masalah pada populasi target. JURNAL Pendahuluan Anggaran yang dikeluarkan untuk pelayanan KB tidak hanya dilihat dari sisi pemerintah tetapi juga harus diperhatikan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat (akseptor KB) guna mendapatkan pelayanan bila dibandingkan dengan manfaat yang mereka dapatkan sebagai peserta program KB tersebut. Pengeluaran masyarakat tidak hanya untuk mendapatkan pelayanan KB tetapi juga pengeluaran yang timbul akibat efek samping KB dan mengobati gangguan kesehatan akibat kontrasepsi yang digunakan. Metode terbanyak yang dipakai oleh akseptor di wilayah kerja Puskesmas Marga II adalah metode IUD (Intra Uterine Device), suntik dan pil.Dari ketiga metode ini ditemukan adanya angka efek samping dan angka kegagalan yang masih tinggi yang diperkirakan dapat menurunkan kualitas hidup dari akseptor METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat retrospektif . Sampel penelitian sebanyak 55 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling terdiri dari IUD 24 akseptor, suntik 15 akseptor dan pil 16 akseptor. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan cara membandingkan hasil perhitungan CER dari metode kontrasepsi IUD, suntik dan pil berdasarkan lama pemakaian kontrasepsi. PEMBAHASAN Tempat Pelayanan Pilihan Bagi Akseptor dan Pekerjaan Akseptor Hasil penelitian menunjukan bahwa pilihan utama akseptor dalam mencari pelayanan kontrasepsi adalah bidan praktek swasta yaitu lebih dari 70 % sedangkan yang mencari pelayanan ke Puskesmas hanya sekitar 25%. Hal ini lebih di sebabkan jam buka untuk pelayanan di Puskesmas sama dengan jam kerja masyarakat sehingga akseptor lebih memilih bidan praktek swasta karena dengan praktek dirumahnya sendiri, bidan dapat melayani akseptor setiap saat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor yang mencari pengobatan untuk efek samping pada akseptor IUD sebanyak 12,5%, pada akseptor suntik sebanyak 26,6% dan pada akseptor pil seb esar 6,25%. Hal ini berarti hanya sedikit dari akseptor yang melakukan atau mencari pengobatan atas efek samping yang dideritanya dengan alasan efek samping yang ringan dianggap biasa dan tidak terlalu mengganggu. Analisis Biaya Langsung Pelayanan Kontrasepsi Akseptor pil dan suntik mengalami peningkatan rerata biaya langsung dengan semakin lamanya akseptor menggunakan kontrasepsi, maka semakin banyak pelayanan yang dibutuhkan dan biayanya semakin banyak pula. Sedangkan pada akseptor IUD, rerata biaya langsung semakin lama menggunakan kontrasepsi terjadi penurunan biaya langsung, karena akseptor IUD membutuhkan biaya besar pada saat pertama atau pemasangan baru sedangkan untuk selanjutnya hanya melakukan kontrol dengan biaya yang lebih ringan. Analisis Biaya Tidak Langsung dari Akseptor Hasil penelitian pada jumlah Biaya Tidak Langsung per kelompok lama pemakaian kontrasepsi per tahun diketahui sebagai berikut: jumlah Biaya Tidak Langsung pada akseptor IUD sebanyak Rp 171.450,00 dengan rerata Rp 7.144,00; pada akseptor suntik sebanyak Rp 105.487,00 dan rerata Rp 7.032,00; dan pada akseptor pil sebanyak Rp 109.658,00 dengan rerata Rp. 6.854,00 . Dapat dijelaskan bahwa tinggi rendahnya biaya tidak langsung sangat berkaitan dengan penghasilan akseptor, transportasi, berat ringannya efek samping yang dialami, lama perjalanan, lama tunggu dan lama diperiksa yang berhubungan dengan biaya opportunity serta biaya membeli makan dan minum saat mencari pelayanan kontrasepsi. COST EFFECTIVENESS ANALYSIS Dilihat dari segi efektivitasnya maka metode kontrasepsi yang paling efektif bila dihitung dari CER per objective actual dan CER per QoL dengan lama pemakaian < 1 bulan sampai < 3 bulan adalah metode pil sedangkan antara 3 bulan sampai 1 tahu n adalah metode suntik. Apabila dihitung per tahun maka metode pil adalah yang paling cost effective dibandingkan dengan metode suntik dan IUD. Apabila dibandingkan jumlah rerata QoL antar metode kontrasepsi, maka kontrasepsi yang memberikan kualitas hidup yang lebih baik dari ketiga akseptor adalah akseptor pil, sedangkan kualitas hidup yang paling jelek dari ketiga metode adalah akseptor suntik. Cost Benefit Analysis (CBA) PENGERTIAN CBA adalah pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analisis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003) TUJUAN CBA tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang lebih besar KELEBIHAN ANALISIS BIAYA MANFAAT ADALAH:
Biaya dan manfaat diukur dengan nilai uang, sehingga
memungkinkan analis untuk mengurangi biaya dari manfaat. Analisis biaya manfaat memungkinkan analis melihat lebih luas dari kebijakan atau program tertentu, dan mengaitkan manfaat terhadap pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Analisis biaya manfaat memungkinkan analis membandingkan program secara luas dalam lapangan yang berbeda. KEKURANGAN ANALISIS BIAYA MANFAAT ADALAH: Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi, sehingga kriteria keadilan tidak dapat diterapkan Nilai uang tidak cukup untuk mengukur daya tanggap (responsiveness) karena adanya variasi pendapatan antar masyarakat. Ketika harga pasar tidak tersedia, analis harus membuat harya bayangan (shadow price) yang subyektif sifatnya. JURNAL
COST BENEFIT ANALYSIS ANTARA PEMBELIAN ALAT CT-SCAN
DENGAN ALAT LASER DIODA PHOTOCOAGULATOR DI RSD BALUNG JEMBER PENDAHULUAN Analisis ekonomi yang lazim digunakan dalam pencapaian efisiensi penggunaan sumber daya di rumah sakit adalah Cost benefit analysis (analisis biaya-manfaat). Pada tahun 2014, RSD Balung mengusulkan beberapa pilihan usulan kegiatan antara lain pembelian alat-alat yang menunjang kegiatan di poli mata, kegiatan pengembangan pada poli bedah, Intensive Care Unit (ICU), Radiologi, pengembangan bagian PONEK dan pengembangan fasilitas rawat jalan yaitu pada poli kandungan, namun tidak semua usulan tersebut dapat terealisasi seluruhnya. Penelitian ini mengambil usulan pembelian alat CT-Scan dan pembelian alat Laser dioda photocoagulator, karena kedua alat tersebut memiliki tujuan yang berbeda satu sama lain. Tujuan dari usulan pembelian alat CT-Scan adalah untuk menunjang kegiatan di instalasi Radiologi. Sedangkan dasar usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator bertujuan untuk menunjang kegiatan operasi katarak pada pasien penderita retinopati diabetik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perhitungan Cost Benefit Analysis antara pembelian alat CT-Scan dengan alat Laser dioda photocoagulator di RSD Balung Jember, dimana variabel penelitian ini merujuk pada langkah-langkah perhitungan Cost benefit analysis. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan unit analisis berada di Instalasi Radiologi dan Poli Mata RSD Balung Jember. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pada pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara, sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi dokumentasi pada laporan keuangan dan dokumen-dokumen lain. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada perhitungan Cost Benefit Analysis. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil identifikasi unsur biaya (cost) pada usulan pembelian alat CT-Scan dan alat Laser dioda photocoagulator antar lain biaya investasi, Biaya operasional tetap, dan Biaya operasional variabel. Hasil identifikasi unsur manfaat (benefit) adalah pendapatan RSD Balung dari tarif layanan CT-Scan dan tarif layanan operasi katarak dengan menggunakan alat Laser dioda photocoagulator. Besaran nominal unsur biaya (cost) dan unsur manfaat (benefit) dari kedua usulan kegiatan dapat diketahui bahwa terdapat selisih antara total cost dan total benefit dimana pada usulan pembelian alat CT- Scan lebih besar total cost sedangkan untuk usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator lebih besar total benefit. Berdasarkan besaran nominal tersebut kemudian didapat nilai present value dari masing-masing cost dan benefit dari kedua usulan dengan menggunakan tingkat inflasi sebesar 8,79%, dimana kedua usulan tersebut sama-sama menghasilkan PV(C) yang lebih besar dari PV(B). Present value yang didapat digunakan dalam perhitungan rasio benefit-cost dimana dihasilkan bahwa usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator memiliki nilai BCR yang lebih besar, yaitu sebesar 0,858 daripada usulan pembelian alat CT-Scan yang memiliki nilai BCR sebesar 0,078, sehingga usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator-lah yang paling bermanfaat bagi pihak RSD Balung. Kesimpulannya, pada tahun 2014 dapat direkomendasikan bahwa usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator dapat diprioritaskan terlebih dahulu
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda