Anda di halaman 1dari 25

EKONOMI

KESEHATAN LANJUT
COST EFFECTIVENESS
ANALYSIS
KELOMPOK 13
 Mahendra (1511216056)
 Mutia Rahmi (1611216006)
 Nadra Trisna (1611216007)
COST EFFECTIVENESS
ANALYSIS (CEA)

Cost Effectiveness Analysis (CEA) merupakan salah satu dari


analisis ekonomi secara menyeluruh (fully economic analysis) yaitu
menganalisis program kesehatan yang merangkum sekaligus input
dan output program tersebut. Analisis efektivitas biaya
membandingkan berbagai cara untuk mencapai tujuan yang sama,
dalam upaya untuk mengidentifikasi cara paling murah untuk
mencapai tujuan tersebut.
TUJUAN CEA
 Menentukan apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang
baik.
 Menentukan jika nilai suatu intervensi sangat ditentukan oleh
biayanya.
 Tidak hanya meliputi penentuan biaya, tapi juga penentuan nilai dari
outcome.
 Memastikan program atau kombinasi dari program dapat mencapai
tujuan tertentu pada biaya terendah.
MANFAAT CEA
 Manfaat Cost Efectiveness Analysis yaitu membantu
penentuan prioritas dari sumber daya yang terbatas. CEA
merupakan alat bantuan pengambilan keputusan yang
paling efisien untuk memenuhi tujuan. Bidang kesehatan
sering menggunakan CEA terutama dalam menganalisis
biaya intervensi kesehatan seperti pencegahan penyakit.
Hal ini ditujukan untuk memecahkan berbagai masalah
pada populasi target.
JURNAL
Pendahuluan
 Anggaran yang dikeluarkan untuk pelayanan KB tidak
hanya dilihat dari sisi pemerintah tetapi juga harus
diperhatikan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat
(akseptor KB) guna mendapatkan pelayanan bila
dibandingkan dengan manfaat yang mereka dapatkan
sebagai peserta program KB tersebut. Pengeluaran
masyarakat tidak hanya untuk mendapatkan pelayanan KB
tetapi juga pengeluaran yang timbul akibat efek samping
KB dan mengobati gangguan kesehatan akibat kontrasepsi
yang digunakan.
 Metode terbanyak yang dipakai oleh akseptor di wilayah
kerja Puskesmas Marga II adalah metode IUD (Intra
Uterine Device), suntik dan pil.Dari ketiga metode ini
ditemukan adanya angka efek samping dan angka
kegagalan yang masih tinggi yang diperkirakan dapat
menurunkan kualitas hidup dari akseptor
METODE
PENELITIAN
 Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat
retrospektif . Sampel penelitian sebanyak 55 responden
yang diambil dengan teknik purposive sampling terdiri
dari IUD 24 akseptor, suntik 15 akseptor dan pil 16
akseptor. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner
yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Data yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan cara
membandingkan hasil perhitungan CER dari metode
kontrasepsi IUD, suntik dan pil berdasarkan lama
pemakaian kontrasepsi.
PEMBAHASAN
 Tempat Pelayanan Pilihan Bagi Akseptor dan
Pekerjaan Akseptor
 Hasil penelitian menunjukan bahwa pilihan utama
akseptor dalam mencari pelayanan kontrasepsi adalah
bidan praktek swasta yaitu lebih dari 70 % sedangkan
yang mencari pelayanan ke Puskesmas hanya sekitar 25%.
Hal ini lebih di sebabkan jam buka untuk pelayanan di
Puskesmas sama dengan jam kerja masyarakat sehingga
akseptor lebih memilih bidan praktek swasta karena
dengan praktek dirumahnya sendiri, bidan dapat melayani
akseptor setiap saat.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor yang
mencari pengobatan untuk efek samping pada akseptor
IUD sebanyak 12,5%, pada akseptor suntik sebanyak
26,6% dan pada akseptor pil seb esar 6,25%. Hal ini
berarti hanya sedikit dari akseptor yang melakukan atau
mencari pengobatan atas efek samping yang dideritanya
dengan alasan efek samping yang ringan dianggap biasa
dan tidak terlalu mengganggu.
 Analisis Biaya Langsung Pelayanan Kontrasepsi
 Akseptor pil dan suntik mengalami peningkatan rerata biaya
langsung dengan semakin lamanya akseptor menggunakan
kontrasepsi, maka semakin banyak pelayanan yang
dibutuhkan dan biayanya semakin banyak pula. Sedangkan
pada akseptor IUD, rerata biaya langsung semakin lama
menggunakan kontrasepsi terjadi penurunan biaya langsung,
karena akseptor IUD membutuhkan biaya besar pada saat
pertama atau pemasangan baru sedangkan untuk selanjutnya
hanya melakukan kontrol dengan biaya yang lebih ringan.
 Analisis Biaya Tidak Langsung dari Akseptor
 Hasil penelitian pada jumlah Biaya Tidak Langsung per
kelompok lama pemakaian kontrasepsi per tahun
diketahui sebagai berikut: jumlah Biaya Tidak Langsung
pada akseptor IUD sebanyak Rp 171.450,00 dengan rerata
Rp 7.144,00; pada akseptor suntik sebanyak Rp
105.487,00 dan rerata Rp 7.032,00; dan pada akseptor pil
sebanyak Rp 109.658,00 dengan rerata Rp. 6.854,00 .
 Dapat dijelaskan bahwa tinggi rendahnya biaya
tidak langsung sangat berkaitan dengan
penghasilan akseptor, transportasi, berat
ringannya efek samping yang dialami, lama
perjalanan, lama tunggu dan lama diperiksa yang
berhubungan dengan biaya opportunity serta
biaya membeli makan dan minum saat mencari
pelayanan kontrasepsi.
COST
EFFECTIVENESS
ANALYSIS
Dilihat dari segi efektivitasnya maka metode kontrasepsi

yang paling efektif bila dihitung dari CER per objective
actual dan CER per QoL dengan lama pemakaian < 1
bulan sampai < 3 bulan adalah metode pil sedangkan
antara 3 bulan sampai 1 tahu n adalah metode suntik.
Apabila dihitung per tahun maka metode pil adalah yang
paling cost effective dibandingkan dengan metode suntik
dan IUD.
 Apabila dibandingkan jumlah rerata QoL antar
metode kontrasepsi, maka kontrasepsi yang
memberikan kualitas hidup yang lebih baik dari
ketiga akseptor adalah akseptor pil, sedangkan
kualitas hidup yang paling jelek dari ketiga
metode adalah akseptor suntik.
Cost Benefit Analysis (CBA)
PENGERTIAN CBA
adalah pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan
analisis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan
cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan
dalam bentuk uang (Dunn, 2003)
TUJUAN CBA
 tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat membandingkan
kedua nilai, manakah yang lebih besar
KELEBIHAN ANALISIS BIAYA
MANFAAT ADALAH:

 Biaya dan manfaat diukur dengan nilai uang, sehingga


memungkinkan analis untuk mengurangi biaya dari manfaat.
 Analisis biaya manfaat memungkinkan analis melihat lebih luas dari
kebijakan atau program tertentu, dan mengaitkan manfaat terhadap
pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
 Analisis biaya manfaat memungkinkan analis membandingkan
program secara luas dalam lapangan yang berbeda.
KEKURANGAN ANALISIS
BIAYA MANFAAT ADALAH:
 Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi, sehingga
kriteria keadilan tidak dapat diterapkan
 Nilai uang tidak cukup untuk mengukur daya tanggap
(responsiveness) karena adanya variasi pendapatan antar masyarakat.
 Ketika harga pasar tidak tersedia, analis harus membuat harya
bayangan (shadow price) yang subyektif sifatnya.
JURNAL

COST BENEFIT ANALYSIS ANTARA PEMBELIAN ALAT CT-SCAN


DENGAN ALAT LASER DIODA PHOTOCOAGULATOR DI RSD
BALUNG JEMBER
PENDAHULUAN
Analisis ekonomi yang lazim digunakan dalam pencapaian
efisiensi penggunaan sumber daya di rumah sakit adalah Cost benefit
analysis (analisis biaya-manfaat).
Pada tahun 2014, RSD Balung mengusulkan beberapa pilihan
usulan kegiatan antara lain pembelian alat-alat yang menunjang
kegiatan di poli mata, kegiatan pengembangan pada poli bedah,
Intensive Care Unit (ICU), Radiologi, pengembangan bagian PONEK
dan pengembangan fasilitas rawat jalan yaitu pada poli kandungan,
namun tidak semua usulan tersebut dapat terealisasi seluruhnya.
 Penelitian ini mengambil usulan pembelian alat CT-Scan dan
pembelian alat Laser dioda photocoagulator, karena kedua alat
tersebut memiliki tujuan yang berbeda satu sama lain. Tujuan dari
usulan pembelian alat CT-Scan adalah untuk menunjang kegiatan di
instalasi Radiologi. Sedangkan dasar usulan pembelian alat Laser
dioda photocoagulator bertujuan untuk menunjang kegiatan operasi
katarak pada pasien penderita retinopati diabetik.
 Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perhitungan Cost Benefit
Analysis antara pembelian alat CT-Scan dengan alat Laser dioda
photocoagulator di RSD Balung Jember, dimana variabel penelitian
ini merujuk pada langkah-langkah perhitungan Cost benefit analysis.
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan unit analisis berada di Instalasi Radiologi
dan Poli Mata RSD Balung Jember.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pada
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara,
sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara
studi dokumentasi pada laporan keuangan dan dokumen-dokumen lain.
Analisis data dilakukan dengan mengacu pada perhitungan Cost Benefit
Analysis.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil identifikasi
unsur biaya (cost) pada usulan pembelian alat CT-Scan dan alat Laser
dioda photocoagulator antar lain biaya investasi, Biaya operasional
tetap, dan Biaya operasional variabel. Hasil identifikasi unsur manfaat
(benefit) adalah pendapatan RSD Balung dari tarif layanan CT-Scan
dan tarif layanan operasi katarak dengan menggunakan alat Laser
dioda photocoagulator.
Besaran nominal unsur biaya (cost) dan unsur manfaat (benefit) dari
kedua usulan kegiatan dapat diketahui bahwa terdapat selisih antara
total cost dan total benefit dimana pada usulan pembelian alat CT-
Scan lebih besar total cost sedangkan untuk usulan pembelian alat
Laser dioda photocoagulator lebih besar total benefit.
Berdasarkan besaran nominal tersebut kemudian didapat nilai present
value dari masing-masing cost dan benefit dari kedua usulan dengan
menggunakan tingkat inflasi sebesar 8,79%, dimana kedua usulan
tersebut sama-sama menghasilkan PV(C) yang lebih besar dari
PV(B).
Present value yang didapat digunakan dalam perhitungan rasio
benefit-cost dimana dihasilkan bahwa usulan pembelian alat Laser
dioda photocoagulator memiliki nilai BCR yang lebih besar, yaitu
sebesar 0,858 daripada usulan pembelian alat CT-Scan yang memiliki
nilai BCR sebesar 0,078, sehingga usulan pembelian alat Laser dioda
photocoagulator-lah yang paling bermanfaat bagi pihak RSD Balung.
Kesimpulannya, pada tahun 2014 dapat direkomendasikan bahwa
usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator dapat
diprioritaskan terlebih dahulu

Anda mungkin juga menyukai