Anda di halaman 1dari 30

‫سورة الضُّ َحى‬

Waktu Matahari
Sepenggalah Naik
Sasaran 1. Menjaga citra 2. Mendapatkan
informasi dari
Kaderisasi Partai. Partai

Tema Surat Addhuha Indikator Capaian


1. Keutamaan berbuat baik
kepada yatim dan sayang Bersemangat
pada orang yang meminta-
minta
menyantuni
anak yatim dan
2. Cara bersyukur dengan
memperlihatkan nikmat orang yang
Allah
meminta-minta.
Arahan bagi pembina

1. Setiap pembahasan materi, pembina mengarahkan pada fokus


tema, berarti pembina menyiapkan diri untuk membaca dan
memahami materi secara utuh terlebih dahulu.

2. Ilustrasi disetiap tema diarahkan pada internalisasi indiktor capaian

3. Titik tekan internalisasi indikator capaian selalu diarahakan pada


sasaran kaderisasi seperti pentinganya mengikuti pembinaan,
pentingnya selalu besama orang baik, dan tentunya diarahkan pada
manfaat keberadaan kita bersama PKS, berjuang bersama PKS, dan
PKS selalu membimbing dalam kebaikan bersama komunitas orang
orang baik.
4. Titik tekan internalisasi indikator capaian
selalu diarahakan pada sasaran kaderisasi
disesuaikan dengan kondisi dan konten
materi

5. Setiap pembina dianjurkan mencari


informasi terkait kegiatan partai sebagai
bahan ilustrasi dalam internaalisasi
pencapian sasaran kaderisasi
Makkiyah, 11 ayat Turun sesudah Surat Al-
Fajr

Syekh Syihabud Din Abu Syamah di dalam


syarah Asy-Syatibi telah meriwayatkan dari
Asy-Syafii, bahwa ia pernah mendengar
seorang lelaki mengucapkan takbir dalam
salatnya setelah membaca surah Adhuha,
maka Imam Syafii mengatakan, "Kamu
baik dan sesuai dengan tuntunan sunnah."
bentuk takbirnya
‫هللا اكبر ال اله اال هللا هللا اكبر‬
"Allah Mahabesar, tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, Allah Mahabesar".

Menurut Ulama ahli qiraat sehubungan dengan topik


membaca takbir mulai dari akhir surat Adh-Dhuha ini
menyebutkan bahwa ketika wahyu datang terlambat kepada
Rasulullah Saw. dan beliau mengalami kesenjangan di masa
fatrah wahyu itu, kemudian datanglah Malaikat (Jibril) dengan
membawa wahyu firman-Nya:
 Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam
apabila telah sunyi. (Adh-Dhuha: 1-2), hingga akhir surat.
Asbabun Nuzul
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jundub yang
berkata, "Suatu ketika, Rasulullah menderita sakit sehingga
tidak melakukan shalat malam, satu atau dua hari lamanya.

Seorang wanita lantas mendatangi beliau dan berkata,


"Wahai Muhammad, menurut saya hal itu disebabkan setan
telah meninggalkanmu.'

Allah lalu menurunkan ayat, "Demi waktu dhuha (ketika


matahri naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah
sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad)
dan tidak pula membencimu.' "
Asbabun Nuzul
Imam Al-Hakim meriwayatkan dari Zaid bin
Arqam yang berkata, "suatu ketika, Jibril tidak
turun kepada Rasulullah hingga beberapa hari
lamanya.
Ummu Jamil, istri Abu Lahab, lantas berkata,
'Menurut saya, temanmu (Jibril) telah
meninggalkanmu dan benci kepadamu.'

Allah lalu menurunkan ayat ini."


ِ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬
‫َّح ِيم‬
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

ُ‫) َولَآْل ِخ َرة‬3( ‫ك َو َما قَلَى‬ َ ُّ‫ك َرب‬ َ ‫) َما َو َّد َع‬2( ‫) َواللَّي ِْل ِإ َذا َس َجى‬1( ‫َوالضُّ َحى‬
‫ك يَتِي ًما‬َ ‫) َألَ ْم يَ ِج ْد‬5( ‫ضى‬ َ ْ‫ك فَتَر‬ َ ُّ‫ك َرب‬ َ ‫ْطي‬ َ ‫) َولَ َس ْو‬4( ‫ك ِم َن اُأْلولَى‬
ِ ‫ف يُع‬ َ َ‫َخ ْي ٌر ل‬
‫) فََأ َّما ْاليَتِي َم فَاَل‬8( ‫ك َعاِئاًل فََأ ْغنَى‬ َ ‫) َو َو َج َد‬7( ‫ضااًّل فَهَ َدى‬ َ ‫ك‬ َ ‫) َو َو َج َد‬6( ‫آوى‬ َ َ‫ف‬
)11( ‫ث‬ َ ِّ‫) َوَأ َّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬10( ْ‫) َوَأ َّما السَّاِئ َل فَاَل تَ ْنهَر‬9( ْ‫تَ ْقهَر‬
ْ ‫ك فَ َح ِّد‬

Demi waktu matahari yang sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, dan
sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan. Dan kelak Tuhanmu
pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan ia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang minta-minta, maka janganlah kamu men-hardiknya. Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan
bersyukur).
)2( ‫) َواللَّ ْي ِل ِإ َذا َس َجى‬1( ‫َوالضُّ َحى‬
Demi waktu matahari yang sepenggalah naik
,dan demi malam apabila telah sunyi

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa saat itulah Jibril menyampaikan


kepada Rasulullah Saw. surat ini yang diawali oleh firman-Nya:
Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila
telah sunyi. (Adh-Dhuha: 1 -2).

‫يز ْال َعلِ ِيم‬


ِ ‫ك تَ ْق ِدي ُر ْال َع ِز‬
َ ِ‫س َو ْالقَ َم َر ُحسْبانا ً ذل‬
َ ‫باح َو َج َع َل اللَّي َْل َس َكنا ً َوال َّش ْم‬ ُ ِ‫فال‬
ِ ْ‫ق اِإْل ص‬
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah
Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 96)

" Urwah melanjutkan kisahnya, bahwa maka turunlah firman


Allah Swt.: Demi waktu matahari sepenggalah naik dan demi
malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu
dan tiada (pula) benci kepadamu. (Adh-Dhuha: 1-3) hingga akhir
surat.
) 4( ‫ك ِم َن األولَى‬ ِ َ‫) َول‬3( ‫ك َو َما قَلَى‬
َ َ‫آلخ َرةُ َخ ْي ٌر ل‬ َ ‫ما َو َّد َع‬
َ ُّ‫ك َرب‬
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
. dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan

Sesungguhnya negeri akhirat itu lebih


baik bagimu dari pada negeri ini
(dunia).
Karena itu, Rasulullah Saw. adalah
orang yang paling zuhud terhadap
perkara dunia dan paling
menjauhinya serta paling tidak
menyukainya, sebagaimana yang
telah dimaklumi dari perjalanan
hidup beliau Saw.
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬َ ِ ‫ط َج َع َرسُو ُل هَّللا‬ َ ْ‫ اض‬:‫قَا َل‬-‫هُ َو اب ُْن َم ْسعُو ٍد‬- ِ ‫ َع ْن َع ْب ِد هَّللا‬،
‫ يَا‬:‫ت‬ ُ ‫ت َأ ْم َس ُح َج ْنبَهُ َوقُ ْل‬ُ ‫ فَلَ َّما ا ْستَ ْيقَظَ َج َع ْل‬،‫ فََأثَّ َر فِي َج ْن ِب ِه‬،‫ير‬
ٍ ‫ص‬ ِ ‫َو َسلَّ َم َعلَى َح‬
ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ير َش ْيًئا؟ فَق‬ ِ ‫ص‬ِ ‫ك َعلَى ْال َح‬ َ َ‫ط ل‬ َ ‫ َأاَل آ َذ ْنتَنَا َحتَّى نَ ْب ُس‬،ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫َرس‬
‫ "ما ِلي َو ِلل ُّد ْنيَا؟! َما َأنَا َوال ُّد ْنيَا؟! ِإنَّ َما َمثَ ِلي َو َمثَ ُل ال ُّد ْنيَا‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ
‫ ثُ َّم راح وتركتها‬،‫ت َش َج َر ٍة‬ َ ْ‫ب ظَلّ تَح‬ ٍ ‫َك َرا ِك‬
dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
berbaring di atas hamparan tikar sehingga anyaman tikar yang kasar
itu membekas di lambungnya. Ketika beliau bangkit dari
berbaringnya, maka aku (Ibnu Mas'ud) mengusap lambung beliau
dan kukakukatakan kepadanya, "Wahai Rasulullah, izinkanlah
kepada kami untuk menggelarkan kasur di atas tikarmu."
Maka Rasulullah Saw. menjawab: Apakah hubungannya
antara aku dan dunia, sesungguhnya perumpamaan
antara aku dan dunia tiada lain bagaikan seorang musafir
yang berteduh di bawah naungan sebuah pohon,
kemudian dia pergi meninggalkannya (HR. Imam
Ahmad)
َ ْ‫يك َرب َُّكفَ تَر‬
{‫ضى‬ َ ‫ْط‬ ُ‫}ولَ َس ْو َ ي‬
ِ ‫فع‬ َ
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya
kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (Adh-Dhuha: 5)

Yakni kelak di negeri akhirat Allah akan


memberinya hingga ia merasa puas tentang
umatnya dan juga kemuliaan yang telah
disediakan oleh Allah untuk dirinya.

Antara lain ialah Telaga Kautsar yang kedua


tepinya berupa kubah-kubah dari mutiara yang
berongga, sedangkan tanahnya bibit minyak
kesturi, sebagaimana yang akan diterangkan
kemudian.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa untuk memuaskan hati Nabi
Muhammad Saw., Allah tidak akan
memasukkan seorang pun dari kalangan ahli
baitnya ke dalam neraka.

Al-Hasan mengatakan bahwa yang dimaksud


dengan hal tersebut ialah syafaat (diizinkan
untuk memberi syafaat).
‫ "أنا‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه وسلم‬َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫َع ْن َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل‬
َ ‫ار هَّللا ُ لَنَا اآْل ِخ َرةَ َعلَى ال ُّد ْنيَا { َولَ َس ْو‬
‫ف‬ ْ ‫ت‬
َ َ‫اخت‬ ٍ ‫أه ُل بَ ْي‬
‫ضى‬ َ ‫ك فَتَ ْر‬ َ ُّ‫ك َرب‬ َ ‫يُ ْع ِطي‬

dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah


Saw. telah bersabda: Sesungguhnya kami adalah
suatu ahli bait, Allah telah memilihkan akhirat di
atas dunia bagi kami. Dan kelak Tuhanmu pasti
memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati)
kamu menjadi puas.
 
{‫} َأ َل ْم يَ ِج ْد َكيَ تِي ًما فَ آ َوى‬
 Bukanlah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungimu. (Adh-Dhuha: 6)

Ayah beliau wafat sejak beliau masih berada


dalam kandungan ibunya.

Ibunya (yaitu Aminah binti Wahb) wafat pula


saat beliau berusia enam tahun.

Kakeknya (yaitu Abdul Muttalib) hingga


kakeknya wafat saat beliau masih berusia
delapan tahun.
dipelihara oleh pamannya yang bernama Abu Talib,
yang bersikap terus-menerus melindunginya,
menolongnya, meninggikan kedudukannya, dan
mengagungkannya serta membentenginya dari gangguan
kaumnya sesudah Allah mengangkatnya menjadi
seorang rasul dalam usia empat puluh tahun.

ketika Abu Talib meninggal dunia sebelum Nabi Saw.


akan melakukan hijrah dalam waktu yang tidak lama,
maka orang-orang yang kurang akalnya dan orang-orang
yang bodoh dari kalangan kaum Quraisy mulai berani
mengganggunya.
Allah Swt. memilihkan hijrah bagi Rasul dan sahabatnya menuju
negeri kaum Aus dan Khazraj, sebagaimana yang telah digariskan
oleh suratan takdir-Nya yang lengkap lagi sempurna.

Ketika beliau Saw. sampai di Yatsrib, mereka memberinya tempat,


menolongnya, melindunginya, dan membelanya dengan jiwa dan
harta mereka;

semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka semuanya.

Dan semuanya itu berkat pemeliharaan dan penjagaan serta


perhatian dari Allah kepada Nabi Saw.
{‫ض ا الفَ هَ َدى‬
َ ‫} َو َو َج َد َك‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Dia memberikan petunjuk. (Adh-Dhuha: 7)

‫ك رُوحا ً ِم ْن‬ َ ِ‫ َو َكذل‬:‫ضااًّل فَهَدى َكقَ ْولِ ِه‬


َ ‫ك َأ ْو َح ْينا ِإلَ ْي‬ َ ‫ك‬ َ ‫َو َو َج َد‬
ُ‫يمان َول ِك ْن َج َع ْلناه‬
ُ ‫ت تَ ْد ِري َما ْال ِكتابُ َواَل اِإْل‬ َ ‫َأ ْم ِرنا َما ُك ْن‬
‫نُوراً نَ ْه ِدي بِ ِه َم ْن نَشا ُء ِم ْن ِعبا ِدنا‬

Dan demikianlah Kami wahyukan kepada wahyu (Al-Qur'an)


dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-
Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang
Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. (Asy-Syura:
52), hingga akhir ayat.
 
{‫}و َو َج َد َك َعاِئالفَ َأ ْغنَى‬
َ
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan,
lalu Dia memberikan kecukupan. (Adh-Dhuha: 8)

Yakni pada mulanya kamu hidup dalam keadaan


fakir lagi banyak anak, lalu Allah memberimu
kecukupan dari selain-Nya.

Dengan demikian, berarti Allah menghimpunkan


baginya antara kedudukan orang fakir yang
sabar dan orang kaya yang bersyukur, semoga
salawat dan salam-Nya terlimpahkan kepadanya
Qatadah telah mengatakan makna
firman-Nya: Bukankah Dia
mendapatimu sebagai seorang yatim,
lalu Dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang
bingung, lalu Dia memberikan
petunjuk. Dan Dia mendapatimu
sebagai seorang yang kekurangan, lalu
Dia memberikan kecukupan. (Adh-
Dhuha: 6-8)
Rasulullah Saw. telah bersabda:

«‫س‬ ِ َ‫ض َولَ ِك َّنا ْل ِغن‬


ِ ‫ىغنَىا لنَّ ْف‬ ِ ‫ر‬
َ ‫ع‬
َ ‫ل‬ ْ ‫ا‬ ‫ة‬
ِ ‫ر‬
َ ْ
‫ث‬ َ
‫ك‬ ‫ن‬ْ
‫ىع‬َ َ ‫ن‬‫غ‬ِ ‫ل‬ ْ ‫ا‬‫ْس‬
َ ‫ي‬ َ ‫»ل‬

Bukanlah orang kaya itu karena banyak memiliki harta


benda, tetapi orang yang kaya itu adalah orang yang
jiwanya kaya. (Sahihain)

ِ ‫»قَ ْد َأ ْفلَ َح َمْنَأ ْسلَ َم َور‬


« ‫ُز َق َك فَافًا َوقَنَّ َعهُ هَّللا ُ ب ما آتاه‬
Sesungguhnya beruntunglah orang yang Islam dan diberi
rezeki secukupnya serta Allah telah menjadikannya
menerima seadanya menurut apa yang diberikan oleh-Nya
(diberi sifat qana'ah). (Sahih Muslim)
KEUTAMAAN
BERBUAT BAIK
KEPADA YATIM
 
َ ِ‫}فَ َأ َّما ا ْليَت‬
{ ْ‫يم فَ التَ ْقهَ ر‬
Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang. (Adh-Dhuha: 9)
Yakni sebagaimana engkau dahulu seorang yang yatim, lalu Allah
melindungimu, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang
terhadap anak yatim.

Yakni janganlah kamu menghina, membentak, dan


merendahkannya;

tetapi perlakukanlah dia dengan baik, dan kasihanilah dia.

Qatadah, “ jadilah engkau terhadap anak yatim sebagai seorang


ayah yang penyayang”.
SAYANG PADA ORANG
YANG
MEMINTA-MINTA
 
{ ْ‫} َوَأ َّما ا لسَّاِئ َلفَ التَ ْنهَ ر‬ 
Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah
kamu menghardiknya. (Adh-Dhuha: 10) 

Yaitu sebagaimana engkau dahulu dalam keadaan


kebingungan, lalu Allah memberimu petunjuk,

maka janganlah kamu menghardik orang yang meminta


ilmu yang benar kepadamu dengan permintaan yang
sesungguhnya.
Ibnu Ishaq, “ janganlah kamu bersikap sewenang-wenang,
jangan sombong, jangan berkata kotor, dan jangan pula
bersikap kasar terhadap orang-orang yang lemah dari
hamba-hamba Allah.
Qatadah, “bila menolak orang miskin lakukanlah dengan
sikap kasih sayang dan lemah lembut
CARA BERSYUKUR DENGAN
MEMPERLIHATKAN
NIKMAT ALLAH
 
{‫}وَأ َّما بِ نِ ْع َم ِة َربِّ َكفَ َح ِّد ْث‬
َ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (Adh-Dhuha: 11)

Yakni sebagaimana engkau dahulu orang yang kekurangan lagi


banyak tanggungannya,'lalu Allah menjadikanmu berkecukupan,

maka syukurilah nikmat Allah yang diberikan kepadamu itu.

Sebagaimana doa yang ma’sur dari Nabi Saw.


«‫»واجْ َع ْلنَا َش ا ِك ِر َينلِ نِ ْع َم ِت َك ُمثِ ِن َينبِ هَ ا َعلَي َْكق ابليه ا وأتمه ا علينا‬
َ

Dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri nikmat-Mu


dan memanjatkan pujian kepada-Mu karenanya serta
menerimanya, dan sempurnakanlah nikmat itu kepada kami.
bahwa Kaum Muhajirin bertanya, "Wahai Rasulullah, orang-orang
Ansar telah memborong semua pahala." Maka Nabi Saw. menjawab:

« ‫» اَل َما َد َع ْوتُ ُم هَّللا َ لَ ه ُْم َوَأ ْثنَ ْيتُ ْم َعلَ ْي ِه ْم‬

Tidak, selama kalian mendoakan mereka kepada Allah dan memuji sikap baik mereka.

َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،َ‫َع ْن َأبِي هُ َر ْي َرة‬


‫ "اَل يَ ْش ُك ُر هَّللا َ َم ْن اَل يَ ْش ُك ُر‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
"‫اس‬َ َّ‫الن‬

dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tidaklah
bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada
(kebaikan) orang lain.
Referensi
Kitab Ibnu Katsir
Kitab Asbabunnuzul

Anda mungkin juga menyukai