Anda di halaman 1dari 3

basmallah (“atas nama Allâh”)

BY ADMIN · NOVEMBER 5, 2014

b.basmallah (“atas nama Allâh”)


Doktrin Islam mengajarkan bahwa setiap kita memulai pekerjaan harus disertai dengan
membaca basmalah, yang lafadnya “Bismillâhirrahmânirrahîm”. Ajaran ini dalam praktik sudah
menjadi tradisi yang selalu dilakukan, baik secara individu maupun kelompok pada saat-saat
dimulai kegiatan atau acara-acara tertentu. Dasar naqliyah ajaran ini adalah hadits Nabi
Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut,
‫من الرَّ ِحي ِْم) َفه َُو َأ ْق َط ُع‬ ‫ُأ‬
ِ ْ‫هللا الرَّ ح‬ ِ ِ‫ال الَ ُيبْدَ فِي ِه بـ‬
ِ ‫(بسْ ِم‬ ٍ ‫ُك ُّل َأ‬
ٍ ‫مْر ذِيْ َب‬
“Setiap perkara penting yang tidak didahului dengan bismillâhirrahmânirrahîm, maka perkara itu
terputus.“ (HR Abdul Qadir al-Rahawi dari Abu Hurairah).[1]

Jika kita perhatikan pula bahwa pada setiap permulaan surat dalam al-Qur’an juga dimulai
dengan kalimat basmalah, kecuali surat al-Taubah, sehingga terdapat sebanyak 113 kali disebut
pada permulaan surat dan 1 kali dalam surat al-Naml ayat 30 sehingga keseluruhan disebut 114
kali. Surat al-Naml [27]: 30 tersebut berbunyi,
َ ‫ِإ َّن ُه مِنْ ُس َل ْي َم‬
ِ ‫ان َوِإ َّن ُه ِبسْ ِم‬
‫هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬
30“. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan Sesungguhnya (isi)nya, “Dengan menyebut
nama Allâh yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS al-Naml [27]: 30)
Ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang kedudukan bacaan basmalah dalam
surat al-Fatihah (surat pertama al-Qur’an). Menurut Imam Syafi’i dan juga ulama di kalangan
sekitar Mekah dan Kuffah, basmalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
al-Fatihah yang jumlah ayatnya ada 7 (tujuh). Oleh karena itu harus dibaca jahar (keras) pada
waktu kita membaca surat tersebut dalam shalat.
Kalangan ulama yang lain seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan ulama sekitar Madinah,
Basyrah, dan Syam berpendapat bahwa bacaan basmalah bukan merupakan bagian dari surat
al-Fatihah dan kedudukannya seperti pada permulaan surat-surat lain dalam al-Qur’an. Oleh
karena itu tidak harus dibaca jahar (keras) dalam shalat, bahkan Imam Malik sendiri tidak
membaca basmalah sama sekali. Kalangan ulama ini berpendapat bahwa surat al-Fatihah
memang terdiri dari 7 (tujuh) ayat akan tetapi tanpa basmalah. Ayat “ghairil maghdhubi ‘alaihim
wallâddhollin” merupakan ayat tersendiri dari surat tersebut, sehingga jumlahnya juga 7 ayat. [2]
Spirit Basmalah
Menurut sebagian mufasir, ajaran basmalah untuk memulai setiap aktivitas sengaja diajarkan
oleh Allâh subhanahu wata’ala agar kita sadar sesadar-sadarnya akan hakikat, tugas,
kedudukan, fungsi dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allâh subhanahu wata’ala di dunia
dan di akhirat kelak. Oleh sebab itu bacaan basmalah mengandung makna yang sangat luas
dan mendalam meliputi dimensi ketuhanan, kemanusiaan, dunia dan akhirat.

Kalimat bismillah jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia ssering diartikan “atas nama
Allâh” (tetapi biasa juga diterjemahkan “dengan nama Allâh”, sebenarnya kurang tepat) dan
dalam Bahasa Inggris diterjemahkan by the name of Allâh. Ini mengandung arti bahwa setiap
perbuatan atau pekerjaan yang kita lakukan pada hakikatnya adalah mewakili Allâh (atas nama
Allâh). Ini juga mengandung makna bahwa nilai kegiatan manusia itu adalah sebagai wakil atau
khalifah Allâh di muka bumi ini. Sebagaimana Allâh subhanahu wata’ala sendiri yang memang
mendudukkan manusia menjadi wakil Allâh atau khalifah di dunia ini. Manusia dirancang oleh
Allâh subhanahu wata’ala dijadikan khalifah atau wakilnya di dunia ini. Salah satu makna dari
khalifah adalah pengganti di belakang (successor). Jadi manusia dicipta oleh Allâh subhanahu
wata’ala untuk menjadi pengganti Allâh di dunia ini. Ini ditegaskan antara lain dalam surat
al-Baqarah [2]: 30 dan surat al-An’âm [6]: 165.
‫ك َقا َل ِإ ِّني‬ َ ‫ِك َو ُن َق ِّدسُ َل‬ ُ ‫ض َخلِ ْي َف ًة َقالُ ْوا َأ َتجْ َع ُل ِف ْي َها َمنْ ُي ْفسِ ُد ِف ْي َها َو َيسْ ِف‬
َ ‫ك ال ِّد َمآ َء َو َنحْ نُ ُن َس ِّب ُح ِب َحمْ د‬ ِ ْ‫ُّك ل ِْل َمالَِئ َك ِةِإ ِّني َجاعِ ٌل فِى اَأْلر‬
َ ‫َوِإ ْذ َقال ََرب‬
‫عْ َل ُم َمااَل َتعْ َلم ُْو َن‬ ‫َأ‬
30“. In“30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata, “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (QS al-Baqarah [2]: 30)
‫ب َوِإ َّن ُه َل َغفُ ْو ٌر رَّ ِح ْي ُم‬ ِ ‫َّك َس ِر ْي ُع ْال ِع َقا‬
َ ‫ت لِ َي ْبلُ َو ُك ْم فِى َما َءا َتا ُك ْم ِإنَّ َرب‬
ٍ ‫ض دَ َر َجا‬ ٍ ْ‫ض ُك ْم َف ْو َق َبع‬ َ ْ‫ض َو َر َف َع َبع‬ ِ ْ‫ِئف ْاَألر‬
َ ‫َوه َُو الَّذِى َج َع َل ُك ْم َخاَل‬
165“. Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-An’âm [6]: 165)
Dari ayat tersebut dapat diambil makna bahwa manusia dalam melakukan sesuatu di dunia ini
pada hakikatnya sebagai pengganti Allâh, karena memang dunia seisinya ini telah diserahkan
atau diamanahkan Allâh subhanahu wta’ala kepada manusia untuk dikelola. Perhatikan surat
al-Baqarah ayat 29.
‫ت َوه َُو ِب ُك ِّل َشىْ ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ٍ ‫ض َج ِم ْيعًا ُث َّم اسْ َت َوى ِإ َلى ال َّس َما ِء َف َسوَّ اهُنَّ َسب َْع َس َم َوا‬ ِ ْ‫ه َُو الَّذِى َخ َل َق َل ُك ْم َما فِى اَأْلر‬
29“. Dia-lah Allâh, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.(QS al-Baqarah [2]: 29)
Untuk mengelola dunia ini, Allâh subhanahu wata’ala a tidak memberikan petunjuk-petunjuk
secara terinci, tetapi hanya dalam garis besarnya saja. Demikian pula tentang penjelasan dunia
ini tidak dijelaskan secara rinci oleh Allâh subhanahu wata’ala . Akan tetapi Allâh subhanahu
wata’ala memberikan suatu alat yang memungkinkan manusia untuk memahami dan mencari
pemecahan atas berbagai permasalahan dunia ini yaitu berupa akal pikiran atau inteligensi.
Dalam drama kosmis al-Qur’an (surat al-Baqarah), para malaikat dahulu mengajukan keberatan
atas penunjukan manusia (Adam) sebagai “wakil” Allâh di bumi. Alasannya bahwa malaikat
mengetahui lebih dahulu bahwa manusia nanti bakal merusak di bumi, dan bunuh-membunuh,
sedangkan para malaikat itu kiranya lebih berhak menjadi khalifah karena mereka selalu
berbakti kepada Allâh subhanahu wata’ala dan berbuat baik. Tetapi Allâh subhanahu wata’ala
mengatakan bahwa Dia mengetahui kelebihan manusia yang tidak dipunyai para malaikat.
Kelebihan itu adalah kecerdasannya atau rasionya sehingga manusia sanggup menerima
pengajaran atau pengertian dan mengenali dunia sekelilingnya. Akhirnya malaikat mengetahui
akan kelebihan manusia (Adam) dan mereka pun tunduk kepadanya (Adam) kecuali iblis.
Menurut sebagian mufasir ada yang berpendapat bahwa kedudukan khalifah tersebut dahulu
pernah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung tetapi mereka semua merasa keberatan
dan manusia itu yang sanggup memikulnya. Perhatikan surat al-Ahzâb [33]: 72.
َ ‫ال َفَأ َبي َْن َأنْ َيحْ م ِْل َن َها َوَأ ْش َف ْق َن ِم ْن َها َو َح َم َل َها ْاإِل ْن َسانُ ِإ َّن ُه َك‬
‫ان َظلُ ْومًا َجه ُْواًل‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ض َو ْال ِج َب‬ ِ ‫ِإ َّنا َع َرضْ َنا اَأْل َما َن َة َع َلى السَّما َ َوا‬
72“. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat
zhalim dan amat bodoh. (QS al-Ahzâb [33]: 72)
Karena Kasih Allâh subhanahu wata’ala itu maka sebagai khalifah manusia dibekali oleh Allâh
subhanahu wata’ala akal/pikiran/rasio/daya intelektualitas yang khusus diberikan oleh Allâh
subhanahu wata’ala kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk lain. Fungsi akal ini
adalah menopang, mengetahui, menjelaskan dan memahami hal-hal yang terkait dengan
kehidupan dunia ini. Di sisi lain manusia juga dibekali oleh Allâh

Anda mungkin juga menyukai