Anda di halaman 1dari 34

Distosia

Case Methode 3

Dr. Ners. Darmawati, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat


NIP : 197506292002122001
Anggota Kelompok
01 Definisi
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang
panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi(Bobak,2005).

Bobak dkk. (2005). Buku Ajar keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC


Klasifikasi
(Sastrawinata, s,dkk.2005)

01 Distosia karena kekuatan mendorong


anak yang tidak memadai
-> kelainan his, kekuatan mengejan kurang kuat

02 Distosia karena adanya kelainan letak


janin atau kelainan fisik janin
-> Bayi besar, Hidrosefalus, Anensefalus, janin kembar siam

Distosia karena adanya kelainan jalan lahir


03 •

Penyempitan pintu atas panggul
Penyempitan bidang tengah pelvis
• Penyempitan pintu bawah panggul
Sastrawinata, S., Martaadisoebrata,D., & Wirakusumah, F.F. (2005). Obstetri Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Etiologi
Setiap keadaan berikut dapat menyebabkan distosia (Bobak 2005) :
1. Power/Kekuatan -> Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak
efektif atau akibat upaya mengedan ibu
2. Passage -> Perubahan struktur pelvis
3. Passenger -> Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan
posisi, bayi besar, dan jumlah bayi.
4. Position -> Posisi ibu selama persalinan dan inelahirkan.
5. Psyche-> Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis

Fase deselerasi yang Secondary arrest Arrest of descent Gagal turun


memanjang: dilation:
Kepala janin tidak terjadi ketika tidak terjadi
Fase deselerasi terjadi Tidak ada kemajuan
turun lebih dari 1 jam proses penurunan selama
lebih dari 3 jam pada dilatasi serviks yang
pada nulipara dan kala satu, fase deselerasi,
nulipara dan lebih dari 1 terjadi selama lebih
lebih dari 0,5 jam atau kala dua persalinan.
jam pada multipara. dari 2 jam.
pada multipara.

Reeder, Sharon J. (2017). Keperawtan Maternitas Vol 2. Edisi 18. EGC.


Komplikasi Distosia :
(Ernawati et al., 2022)
Maternal : Fetal :

1. Perdarahan Postpartum
1. Palsi pleksus brakialis
2. Laserasi derajat III-IV
2. Kematian fetus
Komplikasi dapat 3. Pemisahan simfisis (akibat
3. Hipoksis fetus dengan
simfiotomi) dengan atau tanpa
terjadi pada ibu dan atau tanpa
neuropati pemoral transien
4. kerusakan neurologis
janin 4. Fistula rekto vaginal
5. Fraktur klavikula dan
5. Ruptur uterus
humerus

Ernawati, Annisa Fitriana Damalita, Annah Hubaedah, Nur Fitriana Iriyani, Joeliatin, Dessy Hidayati Fajrin, Yhenti Widjayanti, M., R. F., W., M. L. I., Nur Jayanti,
S. N., Nuraini, I., Purmahardini, N., Rohemah, Dewi, R. S., Karo, M. B., & Masyayih, W. A. (2022).
KETIDAKNYAMANAN_DAN_KOMPLIKASI_YANG_SERING_TERJADI_SELAMA_PERSALINAN_DAN_NIFAS. Rena Cipta Mandiri.
Pemeriksaan Penunjang
(Margareth dan Sukarni, 2013).

Pemeriksaan klinik dan Pemberian larutan NaCL isotonic

ultrasonografi secara intravena berganti-ganti.

Pemantauan glukosa Bila His menyebabkan rasa sakit yang


berlebihan diberikan injeksi pethidin
darah
50 mg

Pemantauan Elektrolit

Margareth, ZH & Sukarni, I. (2013). Kehamilan, persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Penatalaksanaan “ALARMER”
(Prijatna & Miarnasari, 2022)

1. Ask for help

2. Lift / Hyperflexed Legs (Manuver McRoberts)

3. Anterior Shoulder disimpaction–disimpaksi bahudepan tekanan suprapubis

(Mazzanti manuver)

4. Rotation of the posterior shoulder(Wod’s Screw Manuver).

5. Manual remover posterior arm(Manuver Jacquemier)

6. Episiotomi

7. Roll Or onto “All fours” (ManuverGaskin)


Prijatna, A. & Miarnasari, E. (2022). Distosia Bahu. Continuing Medical Education
https://www.youtube.com/watch?v=BvkKMwDaryg
Kasus
Perempuan usia 27 tahun dirawat di ruang bersalin dengan keluhan
mules dan nyeri di perut bagian bawah, keluar darah bercampur lendir
sejak 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan His 5x dam 10 menit dengan
durasi 45 detik, perut membesar ke arah samping, skala nyeri 10, DJJ
160 x/menit, hasil VT tidak ada hambatan jalan lahir, pembukaan
lengkap, portio menipis, ketuban pecah, persentasi bahu, bayi tidak bisa
lahir sudah 30 menit yang lalu
Identitas Klien
Pengkajian Data
TTV
Nama : Ny. R
Usia : 27 tahun
Skala nyeri : 10
Jenis Kelamin : perempuan
DJJ : 160x/ menit
Keluhan utama
Pemeriksaan VT
Keluhan utama: ibu meringis, mules sejak 8 - Portio : menipis
jam yang lalu dan nyeri pada bagian bawah - Pembukaan serviks : 10 cm
perut - Ketuban : pecah; ketuban jernih
- Presentasi : bahu
Pengkajian Fisik - Tidak ada hambatan jalan lahir
- Lendir bercampur darah
Keadaan umum: compos mentis dan terlihat - Bayi tidak bisa lahir sudah 30 menit
meringis
yang lalu
Pemeriksaan his: 5x dalam 10 menit, durasi;
45 detik
Telaah jurnal
Judul : Prevention of shoulder dystocia: A
randomized controlled trial to evaluate an
obstetric maneuver
Penulis : Olivier Poujade, Elie Azria, Pierre-François
Ceccaldi, Carine Davitiana Carine Khater , Paul
Chatel, Emilie Pernin, Nizar Aflak , Martin Koskas,
Agnès Bourgeois-Moine, Laurence Hamou-Plotkine,
Morgane Valentin, Jean-Paul Renner , Carine Roy,
Candice Estellat, Dominique Luton
Tahun : 2018
Pendahuluan
Dua masalah utama terkait dengan distosia bahu. Pertama, kedaruratan
obstetri ini tetap tidak dapat diprediksi dan faktor risiko antepartum (paritas,
kenaikan berat badan ibu selama kehamilan, riwayat bayi besar sebelumnya,
efek diabetes, peningkatan berat lahir) tidak berguna dalam memprediksi
distosia bahu.5,6]. Kedua, pada dugaan makrosomia janin, tidak ada
prosedur, terutama induksi persalinan, yang efektif untuk mencegah distosia
bahu.
Manuver push back adalah manuver pencegahan keperawatan yang
dilakukan dengan lembut pada kepala janin, dengan tujuan membantu bahu
anterior tergelincir di belakang simfisis pubis, untuk memberikan bahu lebih
banyak waktu untuk memasuki rongga panggul.
Hasil
Hubungan antara distosia bahu dan setiap faktor yang diketahui meningkatkan
risiko distosia bahu (usia ibu, paritas ibu, distosia bahu sebelumnya, BMI ibu
sebelum hamil, GDM, kala dua persalinan lama, makrosomia neonatal).
Pengaruh manuver push back pada distosia bahu tidak berbeda bermakna pada
bayi baru lahir makrosomia dibandingkan bayi baru lahir lainnya (P = 0,45
untuk uji interaksi).Manuver push back dapat membatasi efek potensial dari
traksi berlebihan pada kepala janin yang dilakukan pada kasus distosia bahu,
khususnya risiko kelumpuhan pleksus brakialis transien atau permanen.
Dalam seri kami, satu kasus (0,1% dari semua persalinan) kelumpuhan
pleksus brakialis transien didiagnosis, terletak di dalam akar saraf C5-C6
kanan, pada bayi baru lahir dengan berat 4490 g.
Referensi

Bobak dkk. 2005. Buku Ajar keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Ernawati, Annisa Fitriana Damalita, Annah Hubaedah, Nur Fitriana Iriyani, Joeliatin, Dessy Hidayati
Fajrin, Yhenti Widjayanti, M., R. F., W., M. L. I., Nur Jayanti, S. N., Nuraini, I., Purmahardini, N.,
Rohemah, Dewi, R. S., Karo, M. B., & Masyayih, W. A. (2022).
KETIDAKNYAMANAN_DAN_KOMPLIKASI_YANG_SERING_TERJADI_SELAMA_PERSALINAN_D
AN_NIFAS. Rena Cipta Mandiri.

Margareth, ZH & Sukarni, I. (2013). Kehamilan, persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prijatna, A. & Miarnasari, E. (2022). Distosia Bahu. Continuing Medical Education

Reeder, Sharon J. (2017). Keperawtan Maternitas Vol 2. Edisi 18. EGC.

Sastrawinata, S., Martaadisoebrata,D., & Wirakusumah, F.F. (2005). Obstetri Patologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai