Anda di halaman 1dari 39

DASAR-DASAR JURNALISTIK

SETIYO HARYONO
Pendamping Desa P3MD Kemendesa PDTT
Mobile Journalist TVDesa

Pelatihan Jurnalistik Desa


Bagi Operator Sistem Informasi Desa
Se Wilayah Kecamatan Kaligondang Purbalingga
CONTOH KASUS
FENOMENA
ILMU JURNALISTIK Hoeta Soehoet (2006)
• JURNALISTIK adalah ilmu terapan dari Ilmu
Komunikasi
• ILMU KOMUNIKASI: ilmu yang mempelajari
usaha manusia dalam menyampaikan isi
pernyataannya kepada manusia lain
• ILMU JURNALISTIK: ilmu yang mempelajari
cara penyampaian isi pernyataan melalui
media massa periodik
ILMU JURNALISTIK Hoeta Soehoet (2006)
PROSES KOMUNIKASI PERSONAL

TAHAP I TAHAP II TAHAP III


Komunikator Komunikan

HASIL KERJA HASIL KERJA


PERALATAN PERALATAN
- ROHANIAH
Hati PERALATAN - ROHANIAH
Hati PERALATAN
Nurani ROHANIAH Nurani ROHANIAH
- Akal - Falsafah - Akal - Falsafah
- Budi Hidup - Budi Hidup
- Naluri - Konsepsi - Naluri - Konsepsi
Kebahagi Kebahagi ISI Kebahagi Kebahagi
aan aan PERNYATAAN aan aan
- Naluri - Motif - Naluri - Motif
Sosial Komunik Sosial Komunik
- Naluri asi TINDAK - Naluri asi
Ingin - Isi KOMUNIKASI Ingin - Isi
Tahu Pernyata Tahu Pernyata
- Naluri an V
TAHAP - Naluri an
Komunik Komunik
asi asi
PJ PJ TINDAK
Feedback KOMUNIKASI

TAHAP IV
ILMU JURNALISTIK
CARA PENYAMPAIAN ISI PERNYATAAN MELALUI
MEDIA MASSA PERIODIK

ISI
KOMUNIKATOR PERNYATAAN KOMUNIKAN

MEDIA
MASSA
PERIODIK

SK MJ RD TV FI OL
Kegiatan Jurnalistik
menurut UU No. 40/1999 tentang PERS

INFORMASI:
Mencari a. Tulisan MENGGUNAKAN
Memperoleh b. Suara a. Media Cetak
c. Gambar b. Media
Memiliki d. Suara dan Elektronik
Menyimpan Gambar c. segala jenis
e. Data saluran yang
Mengolah f. Grafik tersedia
Menyampaikan g. bentuk lain
Produk Jurnalistik

1. Berita
2. Pendapat : Opini, Karikatur, Tajuk Rencana,
Pojok, Kolom, Feature
BERITA
1. BERITA ADALAH KETERANGAN MENGENAI
PERISTIWA ATAU ISI PERNYATAAN MANUSIA
2. BERITA BAGI SESEORANG ADALAH
KETERANGAN MENGENAI PERISTIWA ATAU ISI
PERNYATAAN MANUSIA YANG PERLU BAGINYA
UNTUK MEWUJUDKAN FALSAFAH HIDUPNYA
3. BERITA BAGI SUATU SURAT KABAR ADALAH
KETERANGAN MENGENAI PERISTIWA ATAU ISI
PERNYATAAN MANUSIA YANG PERLU BAGI
PEMBACANYA UNTUK MEWUJUDKAN FALSAFAH
HIDUPNYA (Hoeta Soehoet, 2003, h. 23)
Sumber BERITA
• PERISTIWA. contoh: gempa, pertandingan
olahraga, banjir, sidang kabinet, dll

• MANUSIA, dalam hal ini adalah pendapat


manusia
• SAKSI PERISTIWA
• BUKAN SAKSI PERISTIWA
Penggolongan BERITA 1
• MASALAH, contoh: ekonomi, kriminal, hukum,
olahraga, iptek, dan lain-lain.

• TEMPAT PERISTIWA TERJADI


• DALAM NEGERI: kota tempat terbit, daerah
• LUAR NEGERI

• DAYA PENGARUHNYA
• LOKAL
• REGIONAL
• NASIONAL
• INTERNASIONAL
Penggolongan BERITA 2
• SUMBER BERITA
• PERISTIWA
• PENDAPAT
• PERISTIWA + PENDAPAT

• KANDUNGAN FAKTA
• BERITA FAKTA
• BERITA FAKTA + PENJELASAN FAKTA
• BERITA FAKTA TERCAMPUR PENDAPAT
WARTAWAN
• BERITA BOHONG
Nilai BERITA
• KEGUNAAN BERITA

• AKTUALITAS

• HUBUNGAN PEMBACA DENGAN PERISTIWA

• KELENGKAPAN BERITA
KATA DASAR BERITA
• APA WHAT

• SIAPA WHO

• DI MANA WHERE

• KAPAN WHEN

• MENGAPA WHY

• BAGAIMANA HOW
KEMERDEKAAN PERS

PRINSIP DASAR :

 KEMERDEKAAN PERS BUKAN BERARTI


KEBEBASAN TANPA BATAS
 Kemerdekaan media tidak pernah berarti
kemerdekaan bagi media massa untuk
menyiarkan informasi apapun tanpa batas
KEMERDEKAAN PERS
DUA BENTUK KONTROL MEDIA:

1. Kontrol Formal: Peraturan-perundangan


(Undang-undang, Regulasi yang dikeluarkan
Badan Regulator), sensor
2. Kontrol Informal: Kode Etik, Tekanan
Masyarakat.
ETIKA JURNALISTIK

Secara harfiah etika berasal dari bahasa Yunani


Yaitu ethos yang artinya kebiasaan dalam
tingkah laku manusia.

Kajian etika mencari ukuran baik buruk bagi


tingkah laku manusia dan untuk mengetahui
bagaimana manusia bertindak.
(Poedjawijatna , “Filsasat Tingkah Laku”)
KODE
Kode berasal dari code. Menurut Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current English, kode
adalah sistem aturan-aturan dan prinsip-prinsip
yang telah disetujui dan diterima oleh masyarakat
atau kelas tertentu atau kelompok tertentu.

Profesi menurut H De Vos adalah sebagai


pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjutan
dan latihan khusus seperti kedokteran, hukum,
kewartawanan, arsitektur, dll.
ETIKA BERITA
• BENAR TERJADI

• DUA SISI

• SEIMBANG

• HAK JAWAB

• HAK KOREKSI
Etika Jurnalistik

- Menurut Wina Armada (anggota Dewan Pers) :


Pers adakalanya melakukan kesalahan atau kekhilafan sehingga
melanggar kode etik jurnalistik. Biasanya disebabkan oleh faktor
kesengaajaan dan faktor ketidak sengajaan.

Faktor kesengajaan:
1. Tahu kode etik tapi punya niat tidak baik.
2. Kurang tahu kode etik punya niat kurang baik.
3. Persaingan pers
4. Pers hanya topeng untuk tindakan kriminalitas.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah

Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul

Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila
dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan

Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap

Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia
diketahui identitasnya maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi
latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat
jiwa atau cacat jasmani

Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali
untuk kepentingan publik

Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan
tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
pemirsa

Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional
PELANGGARAN KEJ :

1) Mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi verivikasi


2) Berita tidak akurat
3) Mencampuradukan fakta dan opini yang menghakimi
4) Tidak berimbang
5) Tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan susila
6) Tidak jelas sumbernya
Kode Etik Penyiaran
KEKERASAN
 Program yang mengandung muatan kekerasan
secara dominan, atau mengandung adegan
kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya dapat
disiarkan pada pukul 22.00–03.00
 Adegan yang dianggap di luar perikemanusiaan
atau sadistis dilarang disiarkan.
 Lagu-lagu atau klip video musik yang
mengandung muatan pesan menggelorakan atau
mendorong kekerasan dilarang disiarkan.
Produk Jurnalistik
PELIPUTAN KEKERASAN
 gambar luka-luka yang diderita korban
kekerasan, kecelakaan, dan bencana tidak
boleh disorot secara close up;
 gambar korban kekerasan tingkat berat,
serta potongan organ tubuh korban dan
genangan darah yang diakibatkan tindak
kekerasan, kecelakaan dan bencana, harus
disamarkan
Kode Etik Penyiaran

REKONSTRUKSI KEJAHATAN
 Adegan rekonstruksi kejahatan tidak boleh disiarkan
secara rinci.
 Adegan rekonstruksi kejahatan seksual dan
pemerkosaan tidak boleh disiarkan.
 Siaran rekonstruksi kejahatan harus memperoleh izin
dari korban kejahatan atau pihak-pihak yang dapat
dipandang sebagai wakil korban.
Kode Etik Penyiaran

SEKS YANG TERLARANG


 Ciuman, hubungan seks, suara-suara yang dapat diasosiasikan
dengan kegiatan hubungan seks.
 Program yang memuat pembenaran bagi berlangsungnya
hubungan seks di luar nikah.
 Pemerkosaan atau pemaksaan seksual
 Lagu dan klip video berisikan lirik bermuatan seks
 Adegan tarian dan atau lirik yang dapat dikategorikan sensual
 Program, adegan dan atau lirik yang dapat dipandang
merendahkan perempuan menjadi sekadar obyek seks.
 Tayangan yang menjadikan anak-anak dan remaja sebagai obyek
seks
Kode Etik Penyiaran

KATA KATA KASAR DAN MAKIAN


 Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan
penggunaan bahasa atau kata-kata makian yang
mempunyai kecenderungan
menghina/merendahkan martabat manusia,
memiliki makna jorok/mesum/cabul/vulgar
 Kata-kata kasar dan makian yang dilarang
disiarkan mencakup kata-kata dalam bahasa
Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah, baik
diungkapkan secara verbal maupun non-verbal.
CONTOH KASUS
CONTOH KASUS
CONTOH KASUS
CONTOH KASUS
KESIMPULAN

Setidaknya ada tiga alasan mengapa


penerapan etika komunikasi menjadi mendesak
(Boris Libois, 1994: 3) :
1. Media mempunya kekuasaan dan efek yang
dahsyat Terhadap publik, padahal media
mudah memanipulasi audiens. Dengan
demikian, etika komunikasi mau melindungi
publik yang lemah.
KESIMPULAN

2. Etika komunikasi adalah upaya untuk menjaga


keseimbangan antara kebebasan berekspresi
dan tanggung jawab.
3. Mencoba menghindari sedapat mungkin
dampak negatif dari logika instrumental. Logika
instrumental dalam media terkait dengan terkait
persoalan ekonomi dan teknologi. (Haryatmoko,
2007: 38)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai