Anda di halaman 1dari 107

INFEKSI DALAM

KEHAMILAN
Dr Salmon Charles P T Siahaan, SpOG
TORCH
Infeksi TORCH ?

Sekelompok penyakit infeksi yang


dapat menyebabkan infeksi kongenital
dan perinatal.
TORCH merupakan singkatan dari
4 penyakit Infeksi (Toxoplasma, Rubella,
CMV dan HSV)
Toxoplasmosis Rubella
Protozoa Parasit T. gondii Antigen : Virus Rubella
Famili : Sarcocystidae Famili : Togaviridae
Tachyzoite 2-4 & 4-8 mm Ukuran : 60 - 70 nm
Oocyst 12,1 x 11 mm
Cyst 200 mm

TORCH
Cytomegalovirus Herpes Genitalis
Antigen : Virus Cytomegalo Antigen : Virus Herpes
Famili : Herpesviridae Simpleks-2
Ukuran : 180 - 200 nm Famili : Herpesviridae
Ukuran : 180 - 200 nm
Infeksi TORCH mempunyai
beberapa kemiripan :
- Infeksi yang terjadi pada ibu hamil biasanya
tidak bergejala (asimptomatik)
- Infeksi pada janin dampaknya bervariasi :
* tidak terjadi infeksi
* terjadi infeksi ringan sampai berat hingga
terjadi kematian janin
* bayi lahir dengan gejala2 : gangguan/kerusakan
pada otak, paru-paru, mata atau telinga
TOXOPLASMOSIS
Sumber Infeksi Toxoplasma

 Tinja kucing (mengandung ookista)


 Hewan potong yang terinfeksi
(mengandung kista)
 Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
 Organ/darah donor yang terinfeksi
Toxoplasma gondii terdapat
Dalam 3 bentuk :


Trofozoit
 Kista

 Ookista
Bagaimana terjadinya penularan
Infeksi Toxoplasma ?
 Makan makanan : sayuran dan buah-buahan
yang tercemar tinja kucing (sumber ookista)
 Makan daging yang masih mentah atau
kurang matang (mengandung kista)

Melalui kontaminasi mukosa (mulut & mata)
 Secara vertikal dari ibu ke janin

Melalui transfusi darah
Melalui transplantasi organ

The Positivity of Toxoplasma IgG and IgM in Women
% (+)
Area
IgG (+) IgM (+)
Jakarta 50,1 4,9
West Java 68,3 8,6
East Java 43,2 4,9
Central java 57,9 6,1
Bali 39,8 1,0
West Nusa Tg 53,8 3,8
Sumut + Aceh 48,5 4,4
Riau 55,9 1,1
North Sulawesi 46,3 2,1
South Sulawesi 44,6 2,3
S. Kalimantan 48,6 -
Total 53,0 5,4
Source : Prodia, Jan-August, 2001
Toxoplasma gondii
Mother Infant
Primary infection 40% Congenital infection
Asymptomatic
eye, brain

90% Asymptomatic at birth


at 18 years

Mental retardation 20%


?? Visual affection 45%

With antibodies Protected


Toxoplasmosis

Liver calcification Cerebral calcification


OUTCOME OF INFECTION
Risk of clinical manifestations in children infected by T. gondii according to
gestational age at maternal seroconversion. .

1
Risk of intracranial lesions (N=473)
0,9

Probability of intracranial lesions 0,8

0,7
South America : 47%
0,6
USA 19%
0,5
Europe Europe: 9%
0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Gestational age at seroconversion (weeks)

SYROCOT Study. Europe only.


. Risk of eye lesions (N=526)
Europe
1

0,9

0,8
Probability of eye lesions South America : 47%
0,7
USA 27%
0,6
Europe 14%
0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Gestational age at seroconversion (weeks)
Management of primary Toxoplasma infection in
pregnancy
1.trimester 2 and 3 trimester
IgM +, IgG avidity low Seroconverter

Amniocentesis
PCR pos PCR neg
Abn. ultrasound Treatment 3 weeks
Abortion of placenta
Treatment infected fetus
until birth

Examination at birth: parasitological / serological

Treatment , follow up until 1 year of life


Prepregnancy testing and counselling
Toxo: IgG pos: no risk
IgG neg: retest in pregnancy

Rubella: IgG pos: no risk


IgG neg: vaccinate, avoid pregnancy 3 months

CMV: IgG pos: no testing


IgG neg: advise. ( Retest at 4 months, delivery ?? )

Varicella: IgG pos : no risk


IgG neg: vaccinate, avoid pregnancy 3 months
Bahaya ! bagi….

Janin, bila ibu yang sedang hamil mengalami infeksi
primer (infeksi yang pertama kali terjadi semasa
hidupnya) atau

Seseorang yang mengalami gangguan fungsi
sistem kekebalan (penderita AIDS, kanker,
penderita yang mengalami transplantasi organ)
Kelainan pada bayi ?

Dapat menyebabkan :
 abortus spontan
 bayi lahir mati
 Hydrocephalus, gangguan/kelainan
mata, telinga (pendengaran),
pengapuran di otak, konvulsi
Upaya pencegahan
Masaklah daging sampai matang
*
* Hindari memegang mulut dan mata pada waktu
mengolah daging mentah, cucilah tangan dgn bersih
* Cucilah permukaan dan peralatan dapur yang
bersentuhan dengan daging mentah
* Cucilah buah2an dan sayuran dengan bersih
sebelum dimakan
* Pakailah sarung tangan bila berkebun/menyentuh
benda yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing
Rendamlah piring makan kucing selama 5 menit
*
dengan air mendidih
RUBELLA
Rubella

• 1941 associated with congenital disease (Gregg)

• Today vaccination in developed countries.


• Very rare to see cong rubella

• In developing countries -
Without vaccination 70 - 80% of women are already
infected by childbearing age.
Yes: 110 countries: 57%
No 52 countries 43%
Epidemiology

• Epidemics every 5 - 7 years

• Risk of infection.
• During epidemics:
very high of nonimmune women

Epidemic: Infection risk : 1 % in 3 months

Nonepidemic: Infection risk : 0.1 % in 3 months


Sumber Infeksi ?

 Sekresi Nasofaring
 Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Cara penularannya ?


Melalui saluran pernafasan

Melalui plasenta, dari Ibu ke janin
Bagaimana gejalanya ?
 Biasanya terjadi demam ringan, sakit
kepala, rasa lelah dan sakit tenggorokan,
batuk
 30-50% tidak bergejala
 Ruam akan timbul sekitar 16-18 hari
setelah terpapar
 Pada orang dewasa kadang2 disertai
sakit pada persendian
Rubella

Mother Child

First trimester 20% Miscarriage

Congenital defects
Symptomatic 90 % Ear affection
Asymptomatic 90 % Heart /eye defects

After first trimester


13-16 weeks 17 % Retinopathy
17-20 weeks 6 % Learning defect

> 20 weeks No Late sequelae >17yrs


Diabetes, encephalitis
Congenital rubella syndrome
1. Developmental defects ( permanent damage)
• Deafness,
• Ocular defects: cataract, glaucoma, microphthalmia
• Cardiac abnormalities: septal defects, pulm stenosis
• CNS defects: mental retardation, microcephaly
2. On going viral infection at birth (not permanent damage)
• Low birthweight, trombocytopenia,
• hepato-splenomegaly,

3. Delayed defects
• Insulin dependent diabetes, thyroid disorder, mental retardation
Congenital rubella
Risks of rubella defects in children related to mother’s infection

--- Deafness
---- CNS deficit
---- heart defects
---- eye affection

After 18 week
No risk

Mother : months in pregnancy


Outcome of Congenital Rubella syndrome

• 1/3 will lead normal independent lives


• 1/3 will live with parents
• 1/3 will be institutionalised

The only effective way to prevent cong.rubella is to


- detect infection in I trimester
- terminate pregnancy
Typical Serological Events following acute
rubella infection

Diagnosis of acute infection


Rising titres of rubella IgG antibody
Presence of rubella- IgM
Low avidity rubella IgG
In reinfection,
IgM is usually absent or only present transiently at a low level
Akibat pada janin ?


Kematian janin  abortus

Bayi lahir mati

Kelainan jantung, mata dan telinga
dengan/tanpa retardasi mental dan
microcephaly
Diagnosis Laboratorik
 Isolasi virus pada kultur jaringan
(urine, sekresi nasofaring)

 Deteksi RNA (PCR)

 Deteksi antibodi (pemeriksaan


Serologi) : IgM, IgG dan IgA terhadap
Rubella serta aviditas IgG
Siapa saja yang perlu diperiksa ?

Wanita sebelum hamil (idealnya)

Pada kehamilan dini dan pada usia
kehamilan menjelang 20 mgg (bagi
yang seronegatif)

Neonatus yang ibunya terinfeksi primer
pada saat hamil

Penderita yang diduga terinfeksi

Setelah vaksinasi
Upaya pencegahan apa yang
bisa dilakukan ?
Vaksinasi

Bayi pada usia 1 tahun

Anak2 remaja usia 11-12 tahun

Wanita usia subur yang seronegatif
* sebelum hamil (jika mungkin)
* setelah melahirkan

Para pekerja ‘Healthcare’
Apakah kekebalan setelah
Vaksinasi dapat bertahan
seumur hidup ?

Dewasa : bertahan > 8 thn (bila titer tinggi)
Anak2 : 25% akan kehilangan antibodinya 5 th kemudian

Oleh sebab itu perlu diperiksa kembali
IgG Rubella pada saat merencanakan
akan hamil (3-6 bln sebelumnya)
CMV
Sumber Infeksi ?

 Saliva
 Urin
 Sekresi Serviks/Vagina
 Sperma
 ASI
 Darah/organ donor yang terinfeksi
 Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Cara Penularan
• “Respiratory droplets”
• Kontak dgn sumber infeksi (saliva,
urin, sekresi serviks dan vagina,
sperma, ASI, airmata)
• Melalui transfusi & transplantasi organ
• Secara vertikal dari ibu ke janin :
* prenatal (plasenta)
* perinatal (pada saat kelahiran)
* postnatal (ASI, kontak langsung)
Risiko penularan dari Ibu
ke Janin ?

Bila ibu terinfeksi primer selama kehamilan
penularan ke janin adalah 40%

Bila ibu terinfeksi sekunder (sudah pernah



terinfeksi sebelum hamil), maka risiko penularan
ke janin 1-2%
CMV Recommendation
• App 90 % IgG positivity
• 10% of pregnant women can acquire the primary
infection in this high risk area.

• Testing of pregnant women working with children may


be justified

• Give hygienic advise


The 5th children disease
Butterfly rash in children
Mild febrile illness
Upper respiratory symptoms

Adults
Often asymptomatic
macupapular rash
Polyarthritis

Main reservoir: School aged children


Kapan dan siapa saja yang
perlu diperiksa ?

 Donor darah/organ
 Resipien organ transplantasi
 Wanita sebelum hamil (idealnya),
bila negatif, periksa pada kehamilan
dini, selanjutnya pd kehamilan lanjut
 Neonatus yang ibunya terinfeksi
Upaya pencegahan
* Jangan mencium anak2 usia dibawah 6 thn pada
mulut dan pipi
* Jangan makan/minum pada piring/gelas yg sama
atau menggunakan sikat gigi yg sama dgn anak kecil
* Cucilah tangan dgn sabun dan air setelah mengganti
popok bayi atau setelah kontak dgn air liur anak
* Petugas di pusat perawatan/penitipan bayi
sebaiknya menggunakan sarung tangan saat
mengganti popok
* Cucilah mainan anak dengan sabun dan air
HSV
Sumber Infeksi

 Saliva
 Cairan Vesikel
 Ibu yang terinfeksi pada saat
hamil
Cara penularan HSV

• Kontak dengan lesi


• Kontak tidak langsung
• Secara vertikal dari ibu ke janin
* Prenatal (plasenta  jarang
1 : 200.000 kehamilan)
* Perinatal
* Postnatal
Bagaimana gejalanya ?
Infeksi primer
demam, sakit kepala, malaise, neuralgia
lesi yang luas
limfadenopati
asimtomatik (8%)

Infeksi rekuren
gejalanya lebih ringan dan waktu
penyembuhan lebih cepat
Diagnosis Laboratorium

 Kultur jaringan

 Pemeriksaan serologi IgG dan IgM


(HSV-1 dan HSV-2)
Kapan dan siapa saja yang perlu
diperiksa ?
 Penderita yang diduga terinfeksi
 Wanita sebelum hamil
bila (-) periksa pada kehamilan dini
* bila (-), periksa pasangannya
* bila (-), pasangan (+) dgn riwayat
Herpes Genital, periksa (istri)
menjelang akhir kehamilan
 Neonatus yang ibunya terinfeksi
Upaya pencegahan

* Hindari melakukan hubungan seksual


bila terdapat lesi pada alat genital
* Sebaiknya gunakan kondom
* Proses kelahiran dilakukan dengan
“Caesarean section”, bila terdapat
lesi (mencegah transmisi ibu-bayi)
HEPATITIS B DALAM KEHAMILAN
• Infeksi Hepatitis B Kronis ~ 350 juta (5%) • Transmisi
vertikal – penyebab utama

• Infeksi perinatal ~ angka kronisitas 90%

• 40% infeksi kronis:


– Gagal hepar akut (acute liver failure) – Sirosis Hepatis
– Kanker Hati
– Kematian
DISTRIBUSI GEOGRAFIS HEP-B
• Virus DNA rantai ganda,
• Hepadnaviridae family
• Prevalensi 5-20% seluruh dunia
• Virus dieksresikan darah & cairan
tubuh, infeksi hati
• Sebagian besar carrier
asimptomatik
• Masa inkubasi: 45- 180 hari
• Periode infeksi: bbrp minggu
sebelum gejala akut muncul
sampai hilang
INFEKSI AKUT HBV
• 6 bulan setelah terinfeksi
• Gejala:
– Kelelahan
– Nafsu makan menurun
– Mual muntah
– Kuning/ Ikterus/ Jaundice – Nyeri perut
– Nyeri otot
• Tidak khas, dapat sembuh sendiri
TRANSMISI HBV
• KONTAK cairan tubuh atau darah yg terinfeksi (air liur, semen, cairan
vagina) atau membran mukosa (hidung, mulut, tenggorokan,
kemaluan)
• – Jarum suntik tidak steril
– Hubungan sex tanpa pengaman
– Tato, tindik tidak steril
– Alat cukur, pemotong rambut, sikat gigi tidak steril
• Vertikal transmisi 35-30 % Infeksi kronis
• TRANSMISI PERINATAL
• Kadar virus dalam darah ~ risiko penyebaran
Transmisi Perinatal
• 1/3 infeksi HBV
• Perinatal transmisi:
– Intrauterin
– Intrapartum atau saat persalinan
– Setelah lahir
• Meski mendapat imunoprofilaksis, sebagian kecil anak akan menjadi
carrier HBV (3-4%)
Transmisi Perinatal
• Mekanisme transmisi intrauterin belum jelas, beberapa teori:
– Infeksi plasenta
– Translokasi melalui plasenta – Kerentanan genetik
• Faktor risiko:
- HBeAg (+)
- HBV DNA (+) tinggi
- Partus Prematurus
- KPP
- Infeksi akut saat hamil, terutama TM 3
Prediktor Penularan Perinatal
• HBeAg:
– (+) 70-90% risiko penularan
– (-) 10-40%
– Fase replikasi (< 5 bulan)
• Kadar HBV (Viral load); smkin tinggi smkin tinggi resiko
– >108 IU/ml: 10% kegagalan imunoprofilaksis – 106 – 108 IU/ml:
risiko transmisi 10-40%
– < 106 IU/ml: risiko rendah
HBV dalam Kehamilan
• Tidak meningkatkan mortalitas dan morbiditas bumil
• Peningkatan moderat persalinan preterm (Reddick, 2011)
• Tidak meningkatkan risiko IUGR dan Preeklampsia (Reddick, 2011;
Connell, 2011; Safir, 2010)
• Beberapa penelitian:DMG, Perdarahan antepartum, persalinan
preterm, dan apgar score lebih rendah
Pemeriksaan HBV
• Pemeriksaan Universal saat ANC, pada kontrol pertama
• Pemeriksaan:
– Minimal HBsAg
– anti-HBs atau HbsAb – Anti-HBc atau HBcAb
• Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) – Bagian Hep B , ada di darah ibu
– Jika (+), artinya ada virus Hep B
• Hepatitis B Surface Antibody (HBsAb atau anti- HBs)
• – Dibentuk sbg respon thd infeksi Hep B
– Jika (+), artinya ada kekebalan thd virus Hep B – Perlindungan jangka panjang
• Hepatitis B Core Antibody (HBcAb atau anti-HBc) – Menunjukkan pernah terpapar
virus
• HBeAg
• Menunjukkankondisi replikasi aktif
• Risikoperinatal transmisi meningkat jika (+)
• Tanpaprofilaksis,risiko transimisi:
• – 90% jika HBeAg (+) – 30% jika HbeAg (-)
PEMERIKSAAN HASIL MAKNA

HBsAg anti-HBc anti-HBs (+) (+) (-) Infeksi HBV Kronis

HBsAg anti-HBc IgM anti-HBc anti-


HBs (+) (+) (+) (-) Infeksi Akut HBV

HBsAg anti-HBc anti-HBs (-) (-) (-)


Rentan Infeksi (Disarankan
vaksinasi)

HBsAg anti-HBc anti-HBs (-) (+) (+) Kekebalan krn pernah terinfeksi

HBsAg anti-HBc anti-HBs (-) (-) (+) Kekebalan krn vaksinasi Hep B

Banyak kemungkinan: infeksi


HBsAg anti-HBc anti-HBs (-) (+) (-) lama sembuh, baru saja sembuh
dari inf akut, false positif
Metode Persalinan

There are no significant effects of delivery mode on the


interruption of HBV maternal-baby transmission by
immunoprophylaxis. Cesarean section does not reduce the
incidence of immunoprophylaxis failure.
TERAPI ANTIVIRAL
• Menurunkan kadar HBV darah
• Menurunkan risiko transmisi
• Diberikan pada trimester akhir sampai partus • Jika kadar HBV > 106
IU/ml
• Telbivudine atau Tenofovir (B)
• Lamivudine (C)
PERLINDUNGAN BAYI BARU LAHIR
Pemberianduainjeksi: –
Vaksin Hep B • MENYUSUIDC)
– HBIG 100 IU i.m •Hanya didapat Ag permukaan di
< 12 jam setelah bayi ASI, tapi tidak ditemukan virus intak
lahir ~ melindungi 90- •Studi:tidakada perbedaan
95% risiko infeksi penularan ASI dan SUFOR, pada bayi
• Statushepatitisanak yg sudah divaksinasi
harus diperiksa 3-12
bulan setelah vaksinasi
MALARIA DALAM KEHAMILAN
Masalah malaria Bu-Mil
•45 juta ibu hamil tinggal di daerah
endemic malaria-
•23 juta di Afrika tinggal di daerah
transmisi tinggi
•Malaria berakibat negatif pada ibu
dan bayi:
Ibu Hamil
•3-15% meningkatkan anemia berat
•10,000 kematian karena malaria dgn
anemia
Bayi
8-14% dari semua low birth weight
30% of preventable low birth weight
3-8% kematian bayi
75,000-200,000 infant deaths/year
Kematian Ibu di Indonesia

Ket: SDKI 1997


Proporsi Sebab Kematian Ibu

Sebab tak Langsung


15%
Ab kompl Perdarahan
11% 42%

P. Lama
9%
Eklampsia Infeksi
13% 10%
KEHAMILAN DAN MALARIA
30-40 % lebih sering -Parasitemi berat
INFEKSI (non imun).
- Parasitemia -Infeksi plasenta
berat (semi imun).

1.Anemi berat (resiko mati)


KEHAMILAN a. Gagal jantung (sesudah:
WANITA TAK DGN MALARIA melahirkan, HPP, shok
HAMIL DGN -Menurunnya iminitas hypovolemik).
MALARIA tubuh. b. Shok hypovelemik (saat
melahirkan, ssdh HPP).
c. Sepsis puerperalis atau
staphylococal pnemoni.
KOMPLIKASI 2Kematian malaria otak jadi
-Anemi berat. 50% dari 20%(tak hamil).
-Malaria otak. 10 kali lebih fatal 3.Hypoglikemi (lebih sering)
-Hypoglikemi (jarang) 4.Udema paru sesaat ssdh
-Udema paru melahirkan.
PATOGENSIS ANEMI PADA IBU
HAMIL DENGAN MALARIA
KEHAMILAN
-Kebutuhan Fe & Folat .
MALARIA -Hemodilusi trimester 2.
-Hemolisis dan fagositisis
sel darah merah yang MAKANAN
terinfeksi. ATAU DIET
-Hemolisis stimulasi
ANEMI ATAU
ANEMI BERAT -Kurang Fe
kebutuhan retikulosit
mengakibatkan anemi -Kurang Folat
as folat.
-Meningkatkan imun
clearance SDM. -Gagal jantung
-Dyserytropoesis -Shok hypovolemik
-Supresi sumsum tulang. -Mudah infeksi (sepsis
puer & staph pnemoni)
KEHAMILAN DGN MALARIA DAN
KOMPLIKASI PADA JANIN

-Berkurangnya
supply glukosa & -IUGR
INFEKSI oksigen ke janin.

-Abortus
M PLASENTA -Lahir mati
A -Abortus BBLR
L -Malaria kongenital (Berat
-Lahir mati
Badan
A Lahir
R -Berkurangnya Hypoxia Rendah)
ANEMI supply oksigen ke janin
I BERAT janin.
A
-Anemi janin.
Lahir mati
-Abortus
DEMAM -Lahir mati
TINGGI -Lahir prematur
PENANGANAN IBU HAMIL DIDAERAH
MALARIA

- Monitor: kes Ibu, Janin


IBU HAMIL & kemajuan kehamilan.
DI DAERAH
-Menganjurkan agar
MALARIA melakukan perlindungan
SEHAT diri: ITN (kelambu ber-
insektisida), kasa rumah,
repelent, baju panjang,
obat nyamuk bakar dll
ANTE
NATAL Menganjurkan minum
CARE obat profilaksis

-Pengobatan malaria
SAKIT tanpa komplikasi.
MALARIA -Pengobatan malaria
Berat / komplikasi.
PENANGANAN MALARIA BERAT PADA
KEHAMILAN

PENANGAN ANEMI -Exchange transfusi


-Transfusi lambat dgn
UMUM: BERAT
whole blood atau pack cell
-Dirujuk dan
masukkan ke -Perawatan pend tak sadar.
ICU. MALARIA -Beri antipyretics
-Monitor OTAK -Tatalaksana kejang.
kontraksi
uterus & DJ: -Bolus iv 50%glukosa 50ml
asimptomatis HYPO-
-Monitor glukosa darah.
labour; fetal GLIKEMI -Infus 5-10% glukosa.
distress.
-Sekali partus -Pengobatan O2.
dimulai: VE, UDEMA -Ventilasi mekanik
FE, SC. PARU -Perawtn pend: intake,
diuretic, venaseksi.
KEBIJAKAN PENGOBATAN MALARIA PADA
IBU HAMIL
(DAERAH CQ & SP SENSITIF)

TANPA KOMPLIKASI MALARIA BERAT:


Plasmodium Falsiparum: • Kina per-infus

1. Klorokuin.
2. Kina. PROFILAKSIS:
• Klorokuin (kusus didaerah
hyperendemis malaria).
Plasmodium vivax:
3. Klorokuin.
4. Kina.
KEBIJAKAN PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL
(DAERAH Pf GAGAL CQ & SP)
“DIMASA DATANG”

TANPA KOMPLIKASI MALARIA BERAT:


Plasmodium Falsiparum: • Artesunat im atau iv.
1. Artesunat + Amodiakuin (lebih dari 3 bln hamil)
(lebih dari 3 bln hamil) • Kina per-infus
Kina
(kurang dari 3 bln hamil)
(kurang dari 3 bln hamil)
2. Kina.
PROFILAKSIS:
• Tidak ada.
Plasmodium vivax:
2. Klorokuin.
3. Kina.
Tindakan tindakan Pencegahan selama
kehamilan
• Malaria:
• Intermittent preventive treatment (IPT)
• Penggunaan insecticide-treated nets (ITNs)
• Tetanus toxoid,
• Suplement Zat besi/Folat
• Intervensi spesifik (bila diperlukan)
• Vitamin A supplements
• Iodine supplements
• Presumptive treatment terhadap Cacing Pita
Pencegahan dan Pengobatan Malaria dalam
Kehamilan
• Antenatal care (ANC) terfokus dengan penyuluhan tentang Malaria
• Penggunaaan insecticide-treated nets (ITNs)
• Intermittent preventive treatment (IPT)
• Case management pada ibu dengan gejala malaria
HIV DALAM KEHAMILAN
Pendahuluan
di Negara Afrika, HIV/AIDS pada anak masih
menempati persentase yang tinggi, yaitu rata-rata 47%
dari total keseluruhan anak hidup dengan HIV, dimana
> 90% yang terinfeksi melalui penularan vertikal dari
ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan atau
menyusui.2

Tanpa pengobatan, sekitar 25% -50% dari ibu HIV-


positif akan menularkan virus ke bayi mereka selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui. 3
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi
sampai kurang dari 5% melalui kombinasi langkah-
langkah pencegahan penularan dari ibu ke anak /
PMTCT (Prevention Mother to Child
Transmission), termasuk terapi ARV (antiretroviral)
untuk ibu hamil dan anak yang baru lahir.
DEFINISI
•AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu
penyakit retrovirus epidemik, menular yang infeksi
Human Immunodeficiency Virus, yang pada kasus
berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas selular.
PENULARAN
HIV
PENULARAN HIV PADA
KEHAMILAN

✓ Faktor virus : makin tinggi titer virus , makin infeksius.


✓ Faktor Host (ibu hamil) : sistim kekebalan tubuh, nutrisi, anemia.
✓ Faktor Obstetrik : lama dan cara persalinan.
✓ Faktor bayi : Menyusui
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TRANSMISI HIV
1. FAKTOR VIRUS

Penularan meningkat dengan meningkatnya viral load yaitu 12%


pada mereka yang mempunyai jumlah viral load < 1000 RNA/ ml
dibandingkan dengan 29% pada mereka dengan yang mempunyai
jumlah viral load >10.000 RNA/ml.

2. FAKTOR IBU

Penurunan status kekebalan ibu, tercermin dari jumlah CD4.


Peningkatan risiko penularan dari ibu ke anak jika CD4 ibu
jumlahnya < 700/mm3. Transmisi meningkat hampir linear
dengan penurunan jumlah CD4.
3. FAKTOR OBSTETRIK

Kontak kulit secara langsung, yaitu kontak antara selaput


lendir bayi dan ibu melalui sekresi cairan serviko-vaginal .
HIV-1 dalam cairan sekresi serviko- vaginal akan meningkat 4 kali
lipat selama kehamilan. Persalinan melalui operasi sesaria
elektif dapat menyebabkan tingkat transmisi < dari 1%.

4. FAKTOR BAYI

> 30% infeksi HIV perinatal akan terjadi melalui ASI. Selama
menyusui, risiko penularan yang diperkirakan sekitar 30%.
Risiko penularan melalui ASI juga tergantung pada faktor-faktor
lain, seperti stadium penyakit ibu, abses payudara, mastitis,
puting yang retak .
PATOFISIOLO
GI
Virus HIV menempel pada
permukaan sel inang.
enzim reverse transcriptase

RNA HIV memasuki sel inang,


terbentuklah DNA pro virus.

DNA provirus memasuki inti sel dan


akan berikatan dgn DNA sel

Sel inang m= RNA HIV dan protein


HIV

RNA virus baru dan protein pindah ke


permukaan sel yang baru dan
masih imatur

terbentuklah virus HIV baru.


(Virus matang oleh enzim protease
HIV)
PENATALAKSANAAN PASIEN HAMIL DGN
HIV/AIDS
DIAGNOSTIK
• Enzyme-Linked Immunosorbent Assay/Enzyme
Immunoassay (ELISA/EIA)
• Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Western Blot Confirmatory test
PEMBERIAN ART BERDASARKAN
WHO 2013
PEMBERIAN ART BERDASARKAN
WHO 2013

Semua wanita hamil dan menyusui dengan HIV harus memulai triple ART,
yang harus dipertahankan selama risiko penularan dari ibu ke anak. (PMTCT)

TD F+ 3 T C(( att a u FT C))


Triple +E FV
ART
PEMBERIAN ART BERDASARKAN
WHO 2013
PEMBERIAN ART BERDASARKAN
WHO 2013
GOLONGAN OBAT ANTIRETROVIRAL
(ART)
NRT I N N RT I
3TC (lamivudine) Delavirdine (DLV)
Abacavir (ABC) Efavirenz (EFV)
AZT (ZDV, zidovudine) Etravirine (ETV)
d4T (stavudine) Nevirapine (NVP)
ddI (didanosine) Rilpivirine (RPV
Emtricitabine (FTC)
Tenofovir (TDF, analog nukleotida)

PROTEaSE FUSION
INHIBITOR(PI)
Atazanavir (ATV) INHIBITOR
Enfuvirtide (T-20)
Darunavir (DRV) Maraviroc (MVC)
Fosamprenavir (FPV)
Indinavir (IDV)
Lopinavir (LPV)
Nelfinavir (NFV)
Ritonavir (RTV)
Saquinavir (SQV)
Tipranavir (TPV)
PEMBERIAN ART BERDASARKAN
WHO 2013
ALGORITMA PENATALAKSANAAN HIV/AIDS PADA IBU
HAMIL & MENYUSUI BERDASARKAN WHO
2013
Wanita Hamil + Menyusui + HIV

TDF + 3TC (atau FTC) + EFV

HIV Exposed Infants

MAKANAN
MENYUSUI
PENGGANTI
NVP harian
NVP selama 4-
selama 6
6
minggu
minggu atau 2
kali sehari
AZT
ALGORITMA PENATALAKSANAAN HIV/AIDS
PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI WWHHO sttaaddiuWHO
BERDASARKAN ium kli2013
lninisis 3
ataauu 4 atau CD4 ≤550000
Wanita Hamil dan Menyusui +
sel/l/mm3
HIV

TDF =+ 3TC (atau FTC) + EFV

WHO STADIUM KLINIS 3 ATAU 4


ATAU CD4 < 500 SEL/MM3

HIV Exposed Infants

MENYUSUI Makanan Pengganti

NVP harian selama NVP selama 4-6mg


6 minggu atau 2 kali sehari AZT
Dosis
Rekomendasi
pemberian
obat ARV
Monitoring Perkembangan dari HIV ke AIDS

Pengujian dalam memonitor perkembangan


HIV/AIDS:
1.Pengujian CD4 untuk mengukur jumlah dari
CD4 atau sel T–helper didalam darah.
2.Pengujian viral load adalah mengukur jumlah
virus HIV didalam darah dalam setiap ml
darah. Semakin tinggi viral load maka semakin
cepat pula perkembangannya ke AIDS.
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai