KITA
HERI TRANGGONO, ST
Pendahuluan
2 03/05/2023
Keterbatasan cadangan bahan bakar
fosil:
Sisa cadangan bahan bakar fosil (fossil fuel)
di planet bumi (the Earth planet)
tempat kita hidup dan melaksanakan
kehidupan ini, semakin kurang
mencukupi jumlahnya untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Peningkatan jumlah penduduk:
Sementara itu, kita dihadapkan pada suatu
situasi lainnya yang cukup serius yaitu
dengan adanya peningkatan
pertumbuhan jumlah penduduk dengan Prospek energi bersih berkelanjutan:
kecepatan yang signifikan. Pada abad 21 diidentifikasikan bahwa energi bersih yang dapat diperbarui
akan mampu untuk menyediakan energi secara berkelanjutan, relatif stabil
dan dalam jangka waktu yang panjang, baik bagi negara-negara Industri
maupun negara bekembang.
Energi terbarukan Untuk Masyarakat
• Ada banyak alasan mengapa energi terbarukan
menjadi pilihan, diantaranya; relative tidak mahal,
bersifat netral karbon, kebanyakan tidak menimbulkan
polusi dan semakin mendapatkan dukungan dari
berbagai LSM untuk menggantikan solusi energi tidak
terbarukan berbasis bahan bakar
minyak.
• Mengimplemantasikan teknologi ini dalam masyarakat
perdesaan
bisa memberikan peluang kemandirian kepada
masyarakat perdesaan untuk
mengelola dan mengupayakan kebutuhan energi
mereka sendiri beserta solusinya.
Biofuels:
Agricultural crops (1st Gen), Cellulosic feedstock (2nd
Gen), New feedstock such as Algae (3rd Gen)
Hydro Power
• Menurut proyeksi dari U.S. Department of Energy yang dikemukakan dalam buku International Energy Outlook
2013 diperkirakan bahwa konsumsi energi dunia akan bertambah sebesar 56 persen dari 2010 hingga 2040.
• Banyak dari pertumbuhan konsumsi energi yang tinggi terjadi pada negara-negara di luar Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD), atau dikenal dengan non-OECD, karena penggunaan
didorong oleh pertumbuhan jangka panjang yang kuat.
• Penggunaan energi oleh negara-negara non-OECD bertambah sebesar 90 persen, dibandingkan dengan
negara-negara OECD sebesar 17 persen.
Bagi Negara Indonesia yang termasuk kedalam kategori negara non-OECD, proyeksi
akan meningkatnya konsumsi energi pun berlaku.
Berdasarkan Skenario Dasar, bauran permintaan energi final Indonesia di masa
mendatang akan berasal dari bahan bakar minyak (BBM) 31,1 persen, gas bumi 23,7
persen, batubara 15,2 persen dan 30 persen dari berbagai EBT (Indonesia Energy
Outlook 2010)
KONDISI MINYAK DAN GAS DI INDONESIA
Energi Cadanga
Primer
Didominasi n Migas
Migas Menipis
Produksi
Terus
Eksplorasi Menurun Fasilitas
Membutuh Produksi
kan Waktu Sudah
Lama Tua
20
Proyeksi Penyediaan Kebutuhan Energi
di Indonesia hingga 2050
21
Permasalahan Solusi
22
KONDISI ENERGI 2009
1. Akses masyarakat terhadap energi (modern) masih
Bauran Energi Primer terbatas:
Nasional 2009 a. Rasio elektrifikasi tahun 2008 sebesar 66% (34% rumah
1065 Juta SBM tangga belum berlistrik);
Panas Bumi, b. Pengembangan infrastruktur energi (daerah
Air, 1.6%
3.0% perdesaan/terpencil dan pulau-pulau terluar pada
umumnya belum mendapatkan akses energi);
Gas,
2. Pertumbuhan konsumsi energi rata-rata 7% pertahun, belum
22.9% diimbangi dengan suplai energi yang cukup;
3. Ketergantungan terhadap Energi Fosil masih tinggi,
Minya
k,
cadangannya semakin terbatas;
50.3%
4. Pemanfaatan energi terbarukan dan implementasi
Batubara, Konservasi Energi belum optimal;
22%
5. Keterkaitan dengan isu lingkungan:
a. Mitigasi perubahan iklim;
b. Perdagangan karbon;
Elastisitas Energi = 1,63 c. Komitmen nasional penurunan emisi 26% pada tahun
Pangsa Energi Non Fosil < 5% 2020;
6. Pendanaan untuk pengembangan sektor energi masih
sangat terbatas.
Kondisi Energi Saat Ini
EBT MW
melaksanakan Paris
Agreement
Distribusi energi perlu
ditingkatkan guna meningkatkan
rasio elektrifikasi saat ini 95,35% 01
dan energi dapat dinikmati secara 02
merata
07
Penggunaan energi
03 belum efisien
Efisien
RP
06 Inefisiensi
Harga energi harus ditekan RP RP
04
agar makin terjangkau
05
(affordable)
%
Potensi = % Potensi Energi Terbarukan
EBT EBT EBT yang berlimpah belum
Fosil
termanfaatkan optimum
Energi Indonesia masih
didominasi energi fosil
PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN ENERGI
ENERGY SUPPLY SIDE MANAGEMENT ENERGY DEMAND SIDE MANAGEMENT
• Penurunan GRK
☑ Indonesia berkomitmen 29% penurunan GRK pada tahun
2030, sektor energi ditargetkan berkontribusi sebesar 314 juta
ton CO2
Peningkatan
Rasio
Elektrifikasi
Kebijakan Energi Nasional
PP 79/2014 Tentang KEN dan Perpres 22/2017 Tentang RUEN
Batubara Minyak
bumi
6. PLTB, 1,8 GW
Batubara
Kapasitas Pembangkit
Bu
Langsung
in
Kapasitas Pembangkit
45 GW
M
Listrik EBT
Permen ESDM NO 38 Tahun 2016
3 Percepatan Elektrifikasi Di Perdesaan
Permen ESDM No 50 Tahun 2017
Pemanfaatan EBT Untuk Listrik yang Terjangkau Oleh Rakyat
dan Ramah Lingkungan
HAMBATAN DAN TANTANGAN
PENGEMBANGAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
1. Harga produksi energi baru terbarukan lebih mahal dari harga produksi
energi konvensional (fosil) yang saat ini masih disubsidi;
2. Teknologi baru energi baru terbarukan masih banyak yang harus
diimpor;
3. Kurangnya pendanaan untuk proyek energi baru terbarukan;
4. Masih terbatasnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang
menguasai energi baru terbarukan;
5. Penerimaan masyarakat terhadap energi baru terbarukan masih rendah
karena kebanyakan orang masih nyaman dengan penggunaan energi
konvesnsional (fosil).
HAMBATAN DAN TANTANGAN
IMPLEMENTASI KONSERVASI
ENERGI
1. Tingkat kesadaran hemat energi bagi pengguna masih rendah;
2. Harga energi relatif masih murah karena subsidi;
3. Pengetahuan dan pemahaman terhadap pentingnya dan manfaat konservasi
energi masih terbatas;
4. Daya beli teknologi/peralatan yang efisien/hemat energi masih rendah;
5. Sebagian besar teknologi/ peralatan yang efisien energi masih diimpor dan
lebih mahal dibandingkan dengan teknologi konvensional.
6. Sistem pendanaan investasi program energi efisiensi dan konservasi energi
belum memadai;
7. Insentif untuk pelaksanaan energi efisiensi dan konservasi energi belum
memadai. Untuk itu perlu diformulasikan mekanisme smart financing project
efisiensi energi melalui soft loan, pendanaan bergulir, guarantee fund, dan
rabat/diskon yang telah sukses di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand,
Korea, India dan Mexico;
8. Kebijakan pengembangan Energy Service Company (ESCO);
• PERAN SERTA MASYARAKAT
VI