.
Materi
Asesmen Nyeri
Re-Asesmen Nyeri
Monitoring Nyeri
Dokumentasi CPPT Pasien Nyeri
Penerapan di RSUD H ANDI SULTHAN DAENG
RADJA BULUKUMBA
PENGERTIAN
• Umur
• Intensitas dan Kualitas
TOOLS
• Karakteristik
• Frekuensi
• Lokasi
• Durasi
Rawat Inap
Pulang/
Rujuk
Asesmen Awal Asesmen Lanjutan Asesmen Ulang
(AP 1.1) AP 1.5 EP 1.2 (SKP 6) CPPT (AP 2,2.1)
Lumenta, 2019
Re-Asesmen &
Monitoring Nyeri
Standar AP.1.5
SEMUA PASIEN RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DISKRINING TERHADAP NYERI DAN JIKA ADA NYERI
DILAKUKAN ASESMEN.
1. Rumah sakit menetapkan regulasi pasien diskrining untuk rasa nyeri (lihat juga PAP.6, EP 1).
(R)
2. Apabila diidentifikasi ada rasa nyeri pada asesmen awal, lakukan asesmen lebih mendalam,
sesuai dengan umur pasien, dan pengukuran intensitas dan kualitas nyeri seperti karakter,
kekerapan/frekuensi, lokasi dan lamanya (lihat juga PAP 6 EP 1). (D,W)
3. Asesmen dicatat sedemikian sehingga memfasilitasi asesmen ulangan yang teratur dan tindak
lanjut sesuai kriteria yang dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan pasien. (D,W)
Standar AP.2
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melakukan asesmen ulang bagi semua pasien dengan interval
waktu berdasarkan kondisi, tindakan, untuk melihat respons pasien, dan kemudian dibuat rencana
kelanjutan asuhan dan atau rencana pulang.
Elemen Penilaian AP.2
1. Ada regulasi tentang asesmen ulang oleh dokter penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP),
perawat dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya untuk evaluasi respons pasien terhadap
asuhan yang diberikan sebagai tindak lanjut. (lihat juga, ARK 3, PAP.5; PAB.6.1) (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari, termasuk akhir
minggu / libur untuk pasien akut (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang oleh perawat minimal satu kali per shift atau sesuai dengan
perubahan kondisi pasien. (D,W)
4. Ada bukti asesmen ulang oleh profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya dilaksanakan dengan interval
sesuai regulasi rumah sakit. (D,W)
Teori Marion Good: Pengkajian rutin terhadap nyeri dan efek samping pengobatan yang
dirasakan tiap 2 jam sampai dapat dikontrol, dan selanjutnya tiap 4 jam
Untuk intervensi farmakologis, dibutuhkan kolaborasi yang baik antara dokter dan perawat
karena opioid mempunyai efek samping yang besar seperti mual, muntah, depresi pernapasan
sampai pada hipotensi dan bradikardi, sehingga perlu pemantauan yang baik (Ramsay, 2010)
Intervensi yang telah diberikan akan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada pasien
post operasi, nyeri akan dievaluasi secara reguler untuk mengidentifikasi intensitas nyeri
terhadap intervensi yang telah diberikan dan untuk melihat efek samping yang terjadi (RNAO,
2013)
Reasesmen dikondisikan dengan intervensi yang telah diberikan, kondisi medis pasien dan
laporan pasien terkait nyeri yang dirasakan (Grantham, D et al, 2012)
MONITORING NYERI
Tujuan: untuk menilai keefektifan intervensi dan meminimalisir efek
terapi
Asesmen ulang nyeri dilakukan pada:
1. Semua pasien dirawat inap dilakukan reasesmen terhadap 4 jam
2. 15-30 menit setelah dilakukan tindakan keperawatan distraksi/relaksasi
3. 1 jam setelah pasien mendapatkan terapi analgetik baik oral/lainnya,
15 menit setelah intervensi obat injeksi
4. 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat intra vena pada pasien nyeri
jantung/cardiac
5. 5 menit setelah pasien mendapatkan terapi injeksi opioid
Contoh Kasus & Dokumentasi CPPT
Tn.MR masuk ruang perawatan intensive (ICU) RS. Unhas setelah
menjalani operasi laparatomi eksplorasi + reseksi anastomosis ileoileal.
Sebelumnya pasien masuk UGD RS. Unhas dengan keluhan nyeri hebat
daerah abdomen, perut tampak distensi. Pasien memiliki riwayat
operasi hernia di rumah sakit lain sekitar 2 (dua) tahun yang lalu.
Keluhan diawali dengan nyeri ringan sampai sedang pada area
abdomen dan tidak bisa BAB. Rasa nyeri dirasakan menjalar pada
seluruh area abdomen. Berdasarkan hasil pemeriksaan CT-Scan
abdomen diperoleh kesan ileus obstruksi, sehingga dokter
penanggungjawab pasien (DPJP) memutuskan melakukan tindakan
operasi segera (cyto) yaitu laparatomi eksplorasi.
Subjektif: Klien mengatakan tidak bisa tidur semalam, klien mengeluh nyeri di permukaan abdomen, dengan skala 5 (nyeri sedang), sensasi tumpul, hilang timbul, terutama
dirasakan saat batuk dan bergerak.
Objektif: Keadaan umum baik, masih lemah, ekspresi wajah meringis, terlihat kaku dan tidak mau menggerakkan badannya.
B1 Airway paten, napas spontan dengan bantuan O2 via NRM 10 lpm, RR=22x/menit, SpO2=98-100%
B2 Hemodinamik fluktuatif, TD 146/78 mmHg, HR=122x/menit, nadi reguler, kuat angkat, akral hangat, CRT< 3detik
B3 GCS 15 (E4M6V5), kesadaran composmentis, pupil isokor 2/2 mm, refleks cahaya +/+, refleks kornea +/+
B4 Terpasang kateter urine, produksi urine dalam 10 jam 430cc dengan laju urine 30-50cc/jam warna kuning jernih
B5 Terpasang NGT dekompressi, sementara dialirkan, residu lambung + 100cc warna kehijauan
B6 Terpasang IV line di tangan kanan dengan Dex5% 500cc/hari jalan 21cc/jam/IP, IV line di tangan kiri dengan RL 500cc/hari jalan 21cc/jam/IP, Epidural line
dengan Bupivacaine 0,125% + Fentanyl 2mcg/cc jalan 4cc/jam/SP. Stoma (-), udem (-), dekubitus (-)
Dx. Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: insisi luka post operasi
Outcome yang ingin dicapai: status ketidaknyamanan fisik pada rentang 4,5: mildly, none
HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA DAN TINDAK LANJUT Nama Jelas
Tgl Jam Profesi/Bagian & TTD
(Date) (Time) (Profession) S (Subjective), O (Objective), A (Assessment) P (Planning), I (Implementation) (Full Name
& Signature)
(Std
PP 2
EP 5 .1
)
42
Asesmen Nyeri lanjutan
PAP 4 Edukasi Nyeri