Kelompok 2 Fitokimia
Kelompok 2 Fitokimia
HASIL DAN
BANDING
LITERATUR
PRAKTIKUM
FITOKIMIA
Kelompok 2
2A
1. Catherina Adeline
Kurniawan
2. Dewiyana Purwaningrum
3. Noridafi
4. Winda Tri Kurniasari
2B
5. Dessy Aulia Azzahra
6. Muhammad Reza Fakhlepi
7. Nabila
8. Sekar Ayu Wulandari
9. Syarifah Najla’ Humaira
2
Percobaan 1
Uji Pendahuluan,
Mikroskopik dan
Makroskopik Daun
Matoa (Pometia
pinnata J. R & G.
Forst)
Hasil Uji Makroskopik Daun
Matoa (Pometia pinnata J. R &
G. Forst)
1. Daun Matoa Segar
Kelompok 2A Kelompok 2B
Warna : hijau tua mengkilap Warna : hijau muda
Bau : bau khas Bau : bau khas daun matoa
Rasa : sangat pahit Rasa : pahit
Karakteristik : berbentuk Karakteristik : berbentuk jorong,
majemuk menyirip, tebal dan kaku helaian daun tebal dan kaku, ujung
dengan ujung meruncing, pangkal daun meruncing, pangkal daun
tumpul dan tepi rata tumpul dan tepi daun rata
Hasil ini telah sesuai dengan
Hasil ini telah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
literatur yang menyebutkan bahwa organoleptik daun matoa yaitu
organoleptik daun matoa yaitu berwarna hijau, berbentuk jorong,
berwarna hijau, berbau khas, dan helaian daun tebal, ujung
berasa pahit (Hasanah, 2019). meruncing, dan berasa pahit
(Garuda & Kadir, 2014).
4
Hasil Uji Makroskopik Daun
Matoa (Pometia pinnata J. R &
G. Forst)
2. Simplisia Haksel Daun Matoa
Kelompok 2A Kelompok 2B
Warna : hijau tua di bagian atas Warna : hijau kecoklatan
dan hijau muda di bagian bawah Bau : bau khas lemah
Bau : bau khas lebih kuat Rasa : pahit
Rasa : pahit Karakteristik : tulang daun
Karakteristik : berbentuk terlihat dan bertekstur rapuh
rajangan
Hasil ini telah sesuai dengan
Hasil ini telah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
literatur yang menyebutkan bahwa organoleptik daun matoa yaitu
simplisia haksel daun matoa berwarna hijau, berbentuk jorong,
memiliki warna hijau, berbau khas, helaian daun tebal, ujung
dan berbentuk agak kasar meruncing, dan berasa pahit
(Restuinjaya et al., 2019). (Garuda & Kadir, 2014).
5
Hasil Uji Makroskopik Daun
Matoa (Pometia pinnata J. R &
G. Forst)
3. Simplisia Serbuk Daun Matoa
Kelompok 2A Kelompok 2B
Warna : hijau muda Warna : hijau muda kecoklatan
Bau : bau khas Bau : bau khas agak kuat
Rasa : sangat pahit dan kelat Rasa : pahit
Karakteristik : butiran halus agak Karakteristik : butiran halus agak
kasar kasar
Hasil ini telah sesuai dengan Hasil ini telah sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa literatur yang menyebutkan bahwa
serbuk daun matoa berwarna hijau organoleptik daun matoa yaitu
muda dengan bau yang khas dan berwarna hijau, berbentuk jorong,
rasa yang pahit. Rasa pahit dari helaian daun tebal, ujung
serbuk simplisia ini diduga karena meruncing, dan berasa pahit
adanya kandungan senyawa (Garuda & Kadir, 2014).
alkaloid dan saponin di dalamnya
(Sutomo et al., 2021).
6
Hasil Uji Mikroskopik Sampel Segar Daun Matoa (Pometia Pinnata J. R & G.
Forst)
Kelompok 2A Kelompok 2B
HIGH VALUE 1
LOW VALUE 1
LOW VALUE 2
7
Hasil Uji Mikroskopik Sampel Segar Daun Matoa (Pometia Pinnata J. R & G.
Forst)
Kelompok 2A Kelompok 2B
HIGH VALUE 1
LOW VALUE 1
2. Sayatan Membujur
Hasil ini telah sesuai dengan literatur yang Hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa pada sayatan membujur didapati menyebutkan bahwa pada sayatan membujur
struktur dinding sel, sitoplasma, inti sel, dan stomata didapati struktur dinding sel, inti sel, sitoplasma,
(Sutomo et al., 2021). dan stomata (Sutomo et al., 2021).
LOW VALUE 2
8
Hasil Uji Mikroskopik Simplisia Serbuk Daun Matoa (Pometia Pinnata J. R
& G. Forst)
Kelompok 2A Kelompok 2B
HIGH VALUE 1
LOW VALUE 1
Hasil ini telah sesuai dengan literatur yang Hasil ini telah sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa serbuk daun matoa didapati menyebutkan bahwa terhadap serbuk daun matoa
adanya sel epidermis atas dan epidermis bawah, akan terlihat stomata, kristal Ca-Oksalat, trikoma,
berkas pengangkut berupa xilem dan floem, serta dan xilem (Basyuni et al., 2019).
korteks (Sutomo et al., 2021).
LOW VALUE 2
9
PERCOBAA
N2
EKSTRAKSI DAUN MATOA (Pometia pinnata J. R & G.
Forst)
10
Hasil Ekstraksi Maserasi
Kelompok 2A Kelompok 2B
Banding Literatur
Literatur yang didapat menyatakan bahwa hasil ekstraksi
simplisia daun matoa dengan sampel seberat 250 g dan
menggunakan pelarut etanol 96% mampu menghasilkan
rendemen sebesar 10% (Rossalinda et al., 2021).
11
PERCOBAAN
3
Fraksinasi Daun Matoa (Pometia pinnata
J. R & G. Forst)
12
Fraksi N-Heksan
Kelompok 2A Kelompok 2B
13
Fraksi Etil Asetat
Kelompok 2A Kelompok 2B
14
Fraksi N-Butanol
Kelompok 2A Kelompok 2B
15
Banding Literatur
Kelompok 2A Kelompok 2B
Hasil % pelarut n-heksan, etil asetat, dan n-butanol Hasil % rendemen yang terbesar adalah dengan
secara berturut-turut, yaitu sebesar 6,6%; 21,5% dan menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat sebesar
3,9% yang menandakan bahwa lebih banyak 20%, kemudian % rendemen yang terkecil dengan
metabolit sekunder yang tertarik dalam pelarut semi pelarut n-butanol sebesar 10%. Rendemen pada fraksi
polar dibanding dengan pelarut non-polar dan pelarut ekstrak merupakan perbandingan jumlah fraksi yang
polar. Hal ini dapat terjadi karena etil asetat diperoleh dengan jumlah ekstrak yang digunakan.
merupakan pelarut semi polar, sehingga dapat Semakin besar rendemen fraksi ekstrak, maka semakin
menarik senyawa polar maupun non polar. Menurut banyak jumlah senyawa yang terekstraksi antar pelarut.
literatur, daun matoa mengandung senyawa alkaloid, Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
polifenol dan flavonoid yang akan cenderung lebih bahwa rendemen terbesar ada pada pelarut etil asetat
larut dalam pelarut semipolar. Hasil yang didapatkan karena sifat semi polar dari pelarut etil asetat
sesuai dengan literatur karena % rendemen fraksi menyebabkan penarikan senyawa dari ekstrak menjadi
terbanyak ada pada fraksi dengan pelarut semipolar besar sehingga senyawa non polar dan polar akan ikut
(Naidi et al., 2021) (Nugraha et al., 2017). ketarik ke pelarut semi polar (Herdiana & Aji, 2020).
16
PERCOBAAN 4
Skrining Fitokimia Ekstrak dan Fraksi
Daun Matoa (Pometia pinnata J. R & G.
Forst.)
17
ALKALOID
Alkaloid A (5 tetes reagen Alkaloid B (5 tetes reagen Mayer)
Dragendorff)
18
Hasil yang didapatkan pada Alkaloid A sudah sesuai,
sedangkan alkaloid B belum sesuai dengan literatur
yang menyebutkan bahwa daun matoa mengandung
alkaloid (Sutomo et al., 2021).
19
Steroid dan Terpenoid
Hasil (5 tetes reagen LB)
20
Tanin
Tanin A (5 tetes NaCl + Disaring Tanin B (5 tetes FeCl 1%)
+ 5 tetes gelatin 1%)
21
Hasil yang didapatkan pada Tanin A dan B sudah
sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa daun matoa mengandung tanin (Sutomo
et al., 2021).
22
Fenol
Hasil (5 tetes FeCl 5%)
23
Antrakuinon
Hasil (5 KOH metanolik 10%)
24
Flavonoid
Hasil (Serbuk Mg + 5 tetes HCl
Pekat)
25
Glikosida
Hasil (5 mL asam asetat + 10 tetes
asam sulfat)
26
Saponin
Hasil (Dikocok 10 detik + 1 tetes
HCl 2 N)
28
Hasil dari penampakan noda pada lampu UV 254 nm
(kloroform:metanol
7:3)
(n-heksan: etil
asetat 8:2)
29
Hasil dari penampakan noda pada lampu UV 366 nm
(kloroform:metan
ol 7:3)
(n-heksan: etil
asetat 8:2)
Hasil percobaan kromatografi lapis tipis dari daun matoa (Pometia pinnata J. R & G. First) dengan eluen polar semuanya memenuhi nilai
Rf yang baik karena masuk ke dalam rentang yaitu 0,2-0,8. Sedangkan hasil percobaan kromatografi lapis tipis dari daun matoa
(Pometia pinnata J. R & G. First) dengan eluen non-polar semuanya tidak memenuhi nilai Rf yang baik (Gandjar & Rohman, 2007).
Berdasarkan literatur, senyawa yang berada pada rentang nilai Rf 0,2-0,6 biasanya mengandung senyawa flavonoid dan fenol, sedangkan
senyawa yang berada pada rentang nilai Rf 0,6-0,8 biasanya mengandung senyawa alkaloid, terpenoid dan steroid (Fried & Sherma,
1999). Berdasarkan literatur daun matoa mengandung flavanoid, tanin, dan steroid (Sutomo et al., 2021).
30
Terima
Kasih
31