Anda di halaman 1dari 13

Tunalaras KELOMPOK 1

  
ALIZA ZAHRO L 32102200010
AMALIA SALFADILA 32102200011
AMELIA FEBRIANTI 32102200013
ANJAR SULISTIANINGSIH 32102200017
ASTIKA PUTRI S 32102200019
AYU SUJIATI 32102200020
DESI ROHMAWATI 32102200024
DESY PUSPITA SARI 32102200025
DEBI SILVIA R.D 32102200100

Dose n : Anggi Di ni ayuningrum,S.ST.,Bd.,M .Ke b


Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali macam tingkah laku, karakteristik dan bentuk fisik manusia
yang kita temui. Baik itu orang normal maupun tidak normal. Salah satu anak yang mengalami hambatan
atau gangguan yaitu anak tunalaras. Anak tunalaras adalah anak yang mangalami gangguan emosi dan
mentalnya dimana anak ini berbuat sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Contoh prilaku
yang dilakukan adalah mencuri, membuat keributan atau cemas orang lain, menyakiti orang lain dan
sebagainya yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Orang tua dan guru harus bisa mendeteksi
sejak dini kalau anaknya mengalami hambatan, hal ini bertujuan agar kelainan yang dialami anak tidak
berkembang atau bertambah parah. Misalnya kalau anak mengalami ketunalarasan maka pihak yang
bersangkutan harus cepat mencengahnya, agar kelainannya tidak bertambah parah.
PENGERTIAN ANAK TUNALARAS
 

Istilah tunalaras pada umumnya diasosiasikan dengan anak dan


remaja yang sering menimbulkan keresahan dan keonaran, baik
disekolah maupun di masyarakat, seperti mencuri, mabuk,
penggunaan ganja dan obat terlarang, perkelahian, perkosaan dan
sebagainya. Penyandang tunalaras sangat heterogen, penyandang
tunalaras tidak hanya membuat orang lain marah, sedih, karena
gangguan yang ditimbulkan. Mereka mempunyai hambatan
sehingga tidak mungkin menjalin hubungan interpersonal yang
memuaskan
Gangguan emosi Gangguan sosial

CIRI-CIRI ANAK TUNA  Gentar • Keluarga broken home


 Perusak
LARAS  Takut • Kelas social rendah
 Malu
• Konflik kebudayaan
Penggolongan anak tunalaras secara umum  Gugup nervous 
Rendah diri • Kecerdasan rendah
dapat ditinjau dari segi gangguan atau
 Sikap iri hati • Pengaruh teman
hambatan dan kualifikasi berat ringannya • Keluarga miskin
kenakalan, • Keluarga kurang harmonis

Karakteristik perilaku
Perilaku ini memang paling menarik perhatian dibandingkan tipe lain dari
gangguan emosional da prilaku. Karakteristik dari masalah prilaku dan
emosional ini sangat bervariasi. Berikut ini akan digambarkan contoh dari
tuna laras. Prilaku ini dapat bersifat verbal maupun non verbal. Bentuk-
bentuk prilaku ini biasanya tampak adalah memukul, berkelahi, mengejek,
berteriak, tidak mau mengikuti perintah atau permintaan, menangis maupun
merusak
SKRINING TUNALARAS
Penyebab Solusi Penanganan
a. Orang tua dan guru harus ikut serta dalam
a. Faktor keturunan
mengawasi kegiatan apa saja yang mau dilakukan
b. Faktor Internal, seperti a. Prinsip kasih saying
oleh anak tersebut
permasalahan yang ada didalam b. Mengenal individual
b. Orang tua dan guru juga harus slalu memperingati
keluarga (broken home) c. Motivasi belajar
dan memberikan contoh dalam kehidupannya
c. Kurangnya perhatian atau d. Praktek
bahwa itu tidak perlu dilihat bahkan ditiru karna
pengawasan orang tua dan guru Pendekatan bagi anak tunalaras :
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
terhadap pergaulan anak di e. Pendekatan psikoanalisi
c. Orang tua dan guru harus sabar dalam
lingkungan tempat tinggal dn f. Pendekatan psikologi pendidikan
membimbing dan mengawasi anak yang
lingkungan sekolah g. Pendekatan humanistic
mengalami gangguan tersebut.
d. Kurangnya perhatian atau h. Pendekatan prilaku
d. Orang tua dan guru juga dituntut agar slalu
pengawasan orang tua dan guru
memberikan motivasi bahwa dia bisa kita pun juga
terhadap kemajuan dari tekhnologi
bisa. Agar tidak ada lagi perbedaan antara anak
seperti internet.
normal maupun anak yang berkebutuhan atau yang
mengalami gangguan.
Telaah Artikel
Judul : Young children’s perceptions and beliefs about hypothetical shy, unsociable, and socially avoidant peers at school
Penulis : Federica Zava, Lori K. Watanabe, Stefania Sette, Emma Baumgartner, Fiorenzo Laghi, Robert J. Coplan.
Jurnal : social Development 2019
(Nama Jurnal, contoh: Frontiers in Paediatrica, Sari Pediatri, American Journal of Obstetry Gynecology)
Received : 29 June 2018
Accepted : 3 May 2019
Published : 8 May 2019
Doi : 10.1111/sode.12386
Publisher : wiley online Library
(Nama Penerbit, contoh Elsevier, Frontiers, Springer, Taylor&Francis)
Indexing: jurnal terindeks Internasional: Scopus
Introduction
Membangun hubungan positif Bersama teman sebaya
adalah hal yang penting dalam perkembangan sosioemosional
anak yang sehat. Anak anak yang mampu menjalani hubungan
Method
harmonis sesama teman lebih cenderung menyukai sekolah dan Metode penelitian : Cross Sectional
berprilaku sosial antar sebayanya. Populasi : 212 orang
Teori dan penelitian kontemporer mengkonseptualisasikan Sampel : 117 orang
penarikan sosial sebagai konstruksi multidimensi yang Instrumen penelitian : Wawancara
mencakup berbagai motivasi dan emosi keputusan anak untuk
melepaskan diri dari kesempatan interaksi sosial. Dari
perspektif ini, rasa malu, tidak ramah, dan penghindaran sosial
dikonseptualisasikan sebagai tiga alasan yang berbeda untuk
penarikan sosial di masa kanak-kanak yang mempengaruhi
fungsi sosioemosional anak-anak. Sehingga diperlukan deteksi
persepsi, kepercayaan, dan hasil yang diantisipasi anak-anak
kecil dari penarikan sosial yang berbeda.
A. Intensionaitas
Result
Terdapat perbedaan signifikan penilaian antara laki- C. Keadaan Emosional yang Positif
laki dengan perempuan terhadap rekan yang pemalu. Anak-anak menilai teman sebaya yang kompeten

Anak laki-laki menilai rekan yang pemalu lebih secara sosial merasa jauh lebih bahagia daripada

disengaja dari pada perempuan hipotetis lainnya, diikuti oleh teman sebaya yang
tidak ramah, agresif, pemalu, dan menghindar.
Teman sebaya yang pemalu dan menghindar tidak
B. Motivasi Sosial berbeda di antara mereka dalam hal persepsi anak
Hasil mengungkapkan bahwa rekan yang kompeten tentang keadaan emosi positif
secara sosial dianggap ingin bermain dengan orang
lain secara signifikan dibandingkan dengan yang
D. Kecerdasan yang dirasakan
Anak-anak berpikir bahwa teman sebaya yang
lain. Namun pada teman sebaya yang pemalu juga
kompeten secara sosial adalah yang paling cerdas,
dianggap memiliki motivasi sosial yang jauh lebih
diikuti oleh teman sebaya yang tidak ramah dan
tinggi daripada teman sebaya yang menghindar dan
pemalu, kemudian teman sebaya yang menghindar,
tidak ramah. Dibandingkan dengan teman sebaya
dan teman sebaya yang agresif (dinilai sebagai yang
yang agresif dianggap paling tidak ingin bermain
paling tidak cerdas).
dengan orang lain
Result
E. Preferensi Afiliasi
Tidak ada perbedaan gender yang signifikan yang
H. Hubungan dengan Guru
ditemukan di antara preferensi afiliasi untuk anak-anak
Teman sebaya yang kompeten secara sosial akan
yang menghindari dan agresif secara sosial
membentuk hubungan paling dekat dengan guru, diikuti
F. Kedudukan Sosial oleh teman sebaya yang pemalu dan tidak ramah (yang

Anak-anak menunjukkan status sosial tertinggi untuk tidak berbeda secara signifikan satu sama lain, kemudian

teman sebaya hipotetis yang kompeten secara sosial teman sebaya yang menghindar, dan akhirnya teman

dan terendah untuk teman sebaya yang agresif sebaya yang agresif)

sedangkan tiga subtipe penarikan sosial tidak berbeda


secara signifikan satu sama lain I. Simpati
anak-anak menunjukkan simpati yang lebih sedikit
G. Dampak Negatif
terhadap teman sebaya yang agresif dibandingkan
Anak-anak merasakan dampak negatif tertinggi untuk
dengan teman sebaya yang pemalu dan menghindar
teman sebaya yang agresif dan dampak negatif paling
kecil untuk teman sebaya yang kompeten secara sosial
Discucion
Anak-anak prasekolah dan taman kanak-kanak Italia mampu membedakan
antara tiga subtipe penarikan sosial dalam hal keyakinan, motivasi sosial, dan
emosi. Secara keseluruhan, penghindaran sosial telah dianggap sebagai subtipe
penarikan sosial yang paling bermasalah. Selain itu, anak-anak memiliki
pemahaman yang canggih tentang konflik internal anak-anak pemalu antara
pendekatan sosial dan motivasi penghindaran sosial dan secara komparatif,
mereka menganggap ketidaksopanan sebagai subtipe penarikan sosial yang
cukup jinak. Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak kecil dapat dengan
tepat menafsirkan isyarat yang diberikan dalam sketsa mengenai motivasi dan
emosi yang mendasari perilaku penarikan sosial yang berbeda
Conclusion
Anak-anak menunjukkan berbagai jenis penarikan sosial seperti pemalu, tidak ramah,
dan menghindari secara sosial. Dimana mereka menjadi pribadi yang pemalu, menerima
sedikit simpati antara satu sama lain, dan terdapat anak yang menghindar, cenderungnya
ialah anak yang paling tidak cerdas dan paling tidak disukai oleh guru. Selain itu, anak
perempuan memiliki keinginan untuk bermain lebih banyak dengan teman yang pemalu
daripada anak laki-laki, dan tahap di taman kanak-kanak lebih tinggi tingkat penarikan
diri secara sosialnya dibandingkan dengan tahap anak-anak prasekolah. Penemuan-
penemuan ini menunjukkan bahwa anak-anak muda Italia memiliki kemampuan yang
baik untuk membedakan antara motivasi sosial yang berbeda dan emosi yang mungkin
mendasari penarikan diri mereka.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai