ALIZA ZAHRO L 32102200010
AMALIA SALFADILA 32102200011
AMELIA FEBRIANTI 32102200013
ANJAR SULISTIANINGSIH 32102200017
ASTIKA PUTRI S 32102200019
AYU SUJIATI 32102200020
DESI ROHMAWATI 32102200024
DESY PUSPITA SARI 32102200025
DEBI SILVIA R.D 32102200100
Karakteristik perilaku
Perilaku ini memang paling menarik perhatian dibandingkan tipe lain dari
gangguan emosional da prilaku. Karakteristik dari masalah prilaku dan
emosional ini sangat bervariasi. Berikut ini akan digambarkan contoh dari
tuna laras. Prilaku ini dapat bersifat verbal maupun non verbal. Bentuk-
bentuk prilaku ini biasanya tampak adalah memukul, berkelahi, mengejek,
berteriak, tidak mau mengikuti perintah atau permintaan, menangis maupun
merusak
SKRINING TUNALARAS
Penyebab Solusi Penanganan
a. Orang tua dan guru harus ikut serta dalam
a. Faktor keturunan
mengawasi kegiatan apa saja yang mau dilakukan
b. Faktor Internal, seperti a. Prinsip kasih saying
oleh anak tersebut
permasalahan yang ada didalam b. Mengenal individual
b. Orang tua dan guru juga harus slalu memperingati
keluarga (broken home) c. Motivasi belajar
dan memberikan contoh dalam kehidupannya
c. Kurangnya perhatian atau d. Praktek
bahwa itu tidak perlu dilihat bahkan ditiru karna
pengawasan orang tua dan guru Pendekatan bagi anak tunalaras :
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
terhadap pergaulan anak di e. Pendekatan psikoanalisi
c. Orang tua dan guru harus sabar dalam
lingkungan tempat tinggal dn f. Pendekatan psikologi pendidikan
membimbing dan mengawasi anak yang
lingkungan sekolah g. Pendekatan humanistic
mengalami gangguan tersebut.
d. Kurangnya perhatian atau h. Pendekatan prilaku
d. Orang tua dan guru juga dituntut agar slalu
pengawasan orang tua dan guru
memberikan motivasi bahwa dia bisa kita pun juga
terhadap kemajuan dari tekhnologi
bisa. Agar tidak ada lagi perbedaan antara anak
seperti internet.
normal maupun anak yang berkebutuhan atau yang
mengalami gangguan.
Telaah Artikel
Judul : Young children’s perceptions and beliefs about hypothetical shy, unsociable, and socially avoidant peers at school
Penulis : Federica Zava, Lori K. Watanabe, Stefania Sette, Emma Baumgartner, Fiorenzo Laghi, Robert J. Coplan.
Jurnal : social Development 2019
(Nama Jurnal, contoh: Frontiers in Paediatrica, Sari Pediatri, American Journal of Obstetry Gynecology)
Received : 29 June 2018
Accepted : 3 May 2019
Published : 8 May 2019
Doi : 10.1111/sode.12386
Publisher : wiley online Library
(Nama Penerbit, contoh Elsevier, Frontiers, Springer, Taylor&Francis)
Indexing: jurnal terindeks Internasional: Scopus
Introduction
Membangun hubungan positif Bersama teman sebaya
adalah hal yang penting dalam perkembangan sosioemosional
anak yang sehat. Anak anak yang mampu menjalani hubungan
Method
harmonis sesama teman lebih cenderung menyukai sekolah dan Metode penelitian : Cross Sectional
berprilaku sosial antar sebayanya. Populasi : 212 orang
Teori dan penelitian kontemporer mengkonseptualisasikan Sampel : 117 orang
penarikan sosial sebagai konstruksi multidimensi yang Instrumen penelitian : Wawancara
mencakup berbagai motivasi dan emosi keputusan anak untuk
melepaskan diri dari kesempatan interaksi sosial. Dari
perspektif ini, rasa malu, tidak ramah, dan penghindaran sosial
dikonseptualisasikan sebagai tiga alasan yang berbeda untuk
penarikan sosial di masa kanak-kanak yang mempengaruhi
fungsi sosioemosional anak-anak. Sehingga diperlukan deteksi
persepsi, kepercayaan, dan hasil yang diantisipasi anak-anak
kecil dari penarikan sosial yang berbeda.
A. Intensionaitas
Result
Terdapat perbedaan signifikan penilaian antara laki- C. Keadaan Emosional yang Positif
laki dengan perempuan terhadap rekan yang pemalu. Anak-anak menilai teman sebaya yang kompeten
Anak laki-laki menilai rekan yang pemalu lebih secara sosial merasa jauh lebih bahagia daripada
disengaja dari pada perempuan hipotetis lainnya, diikuti oleh teman sebaya yang
tidak ramah, agresif, pemalu, dan menghindar.
Teman sebaya yang pemalu dan menghindar tidak
B. Motivasi Sosial berbeda di antara mereka dalam hal persepsi anak
Hasil mengungkapkan bahwa rekan yang kompeten tentang keadaan emosi positif
secara sosial dianggap ingin bermain dengan orang
lain secara signifikan dibandingkan dengan yang
D. Kecerdasan yang dirasakan
Anak-anak berpikir bahwa teman sebaya yang
lain. Namun pada teman sebaya yang pemalu juga
kompeten secara sosial adalah yang paling cerdas,
dianggap memiliki motivasi sosial yang jauh lebih
diikuti oleh teman sebaya yang tidak ramah dan
tinggi daripada teman sebaya yang menghindar dan
pemalu, kemudian teman sebaya yang menghindar,
tidak ramah. Dibandingkan dengan teman sebaya
dan teman sebaya yang agresif (dinilai sebagai yang
yang agresif dianggap paling tidak ingin bermain
paling tidak cerdas).
dengan orang lain
Result
E. Preferensi Afiliasi
Tidak ada perbedaan gender yang signifikan yang
H. Hubungan dengan Guru
ditemukan di antara preferensi afiliasi untuk anak-anak
Teman sebaya yang kompeten secara sosial akan
yang menghindari dan agresif secara sosial
membentuk hubungan paling dekat dengan guru, diikuti
F. Kedudukan Sosial oleh teman sebaya yang pemalu dan tidak ramah (yang
Anak-anak menunjukkan status sosial tertinggi untuk tidak berbeda secara signifikan satu sama lain, kemudian
teman sebaya hipotetis yang kompeten secara sosial teman sebaya yang menghindar, dan akhirnya teman
dan terendah untuk teman sebaya yang agresif sebaya yang agresif)