Model Keranjang Sampah Garbage Can': Asima Siahaan Magister Ilmu Administrasi Public Universitas Sumatera Utara
Model Keranjang Sampah Garbage Can': Asima Siahaan Magister Ilmu Administrasi Public Universitas Sumatera Utara
SAMPAH ‘GARBAGE
CAN’
ASIMA SIAHAAN
MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIC
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MODEL GARBAGE CAN SEBAGAI SEBUAH MODEL BERPIKIR DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEBIJAKAN
• Dalam realita pengambilan keputusan kebijakan publik jarang mengikuti proses yang teratur dan
berurutan seperti yang diasumsikan oleh model rasionalis dan inkrementalisme. Proses di mana tujuan
kebijakan diidentifikasi tidak jelas, dan tidak ada hubungan yang jelas antara masalah kebijakan, analisis
dan solusi (Cohen et al. 1972)
• pembuatan keputusan merupakan suatu hal yang bersifat ambigu yang sangat tinggi dan berawal dari
proses yang tidak dapat diperkirakan dalam pemecahan masalah untuk mencapai tujuan.
• Implikasinya adalah bahwa keputusan administratif tidak dapat dipahami secara murni rasional.
Sebaliknya keputusan harus dipahami dalam konteks (kesempatan2, interaksi aktor dan peluang yang
tidak sistematis, serta ketersediaan sumber daya) yang menentukan ketepatan pengambilan keputusan.
• Garbage can melihat proses kebijakan sedikit sekali melibatkan proses yang rasional ilmiah. Proses kebijakan
biasanya dilatarbelakangi oleh kebiasaan yang pernah dilakukan di masa sebelumnya ataupun di tempat lain.
• proses pengambilan keputusan adalah proses mencocokan permasalahan, solusi, partisipan dan pilihan -
kesempatan. Hal ini bisa digambarkan dengan ilustrasi orang memasukkan sampah; berupa problem, berbagai
alternatif solusi, serta energi yang dimilki; ke dalam keranjang sampah; yaitu konteks kelembagaan yang ada, dan
berharap bahwa rangkaian problem dan solusinya, yang sesuai dengan konteks kelembagaan dan energi yang
dimiliki, akan muncul dari keranjang sampah tersebut
• Pembuat keputusan harus melihat bagaimana masalah yang muncul dalam alur organisasi merembes ke agenda
teratas, dan bagaimana berbagai pemain (presiden, Kongres, kelompok kepentingan, media, komunitas kebijakan,
pengusaha kebijakan, opini publik, faksi kepentingan dalam organisasi) bersaing atas berbagai kemungkinan solusi
yang mungkin dipengaruhi oleh arus konflik yang sarat dengan berbagai aliran masalah, kepentingan, dan pilihan
yang disalurkan ke arah pembentukan kebijakan.
Model ‘Garbage Can’ Solusi
Masalah Pilihan
peluang
Partisipan/
Model Keranjang Sampah
aktor
• Pembuatan keputusan organisasi adalah acak dan tidak sistematis
• Keputusan dibuat berdasarkan kesempatan2, interaksi aktor dan
peluang yang tidak sistematis, serta ketersediaan sumber daya.
From M.D. Cohen, J.G. March, and J.P. Olsen in Administrative Science Quarterly 17 (March 1972) 1.25.
Reprinted by permission of the Administrative Science Quarterly
‘ORGANIZATIONAL ANARCHY’ SEBAGAI
LANDASAN KONSEPTUAL MODEL GARBAGE
CAN
• Model Garbage Can melihat bahwa proses pengambilan keputusan adalah proses mencocokan permasalahan, solusi,
partisipan dan ‘choice-opportunity’. Hal ini bisa digambarkan dengan ilustrasi orang memasukkan sampah; berupa problem,
berbagai alternatif solusi, serta energi yang dimilki; ke dalam keranjang sampah; yaitu konteks kelembagaan yang ada, dan
berharap bahwa rangkaian problem dan solusinya, yang sesuai dengan konteks kelembagaan dan energi yang dimiliki akan
muncul dari keranjang sampah tersebut
• Berdasarkan teori anarki organisasi, mengemukakan gagasan bahwa organisasi: memiliki preferensi yang tidak konsisten dan
tidak jelas, dan berlangsung atas dasar coba-coba; termasuk pemangku kepentingan yang hanya memahami sebagian proses
organisasi; dan memiliki pengambil keputusan yang sering bertindak irasional dan impulsif.
• Organisasi menghasilkan banyak solusi dimana tidak ada masalah langsung. Keputusan ini tetap berguna atau "dibuang di
tempat penyimpanan—tempat sampah" untuk digunakan di masa mendatang. Pemangku kepentingan di arena kebijakan
menyimpan "solusi" dengan asumsi bahwa masalah yang membutuhkan solusi akan muncul di masa depan dan pencarian
melalui "sampah" akan menghasilkan kecocokan dengan salah satu solusi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
pengertian ini, tong sampah benar-benar merupakan kaleng “peluang”.
CHOICE – OPPORTUNITY.
• Campuran berbagai peluang yang ada yang didasarkan pada realitas lingkungan organisasi saat ini dan masa lalu.
Relevansi tempat sampah tergantung pada seberapa cepat kaleng diisi dan seberapa cepat tempat sampah
dibuang.
• Keputusan yang dihasilkan merupakan dinamika interaksi antara problem yaitu kebutuhan dan solusi
proses pengambilan keputusan adalah proses mencocokkan antara permasalahan, solusi, partisipan
dan choice - opportunity.
• Proses pengambilan keputusan tidak semata berorientasi pada pemecahan masalah sebagai tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Dalam model Garbage-Can proses pengambilan keputusan dan keputusan yang dihasilkan
lebih ditentukan oleh dan berorientasi pada kombinasi yang dianggap cocok di antara empat arus di atas.
• Kombinasi keempat arus di atas, dengan menambahkan faktor waktu, dimana pengalaman permasalahan dan
solusi sebelumnya direproduksi terus-menerus, menciptakan apa yang disebut sebagai logika kepantasan (logic of
appropriateness}. Artinya, seperangkat nilai, norma, atau aturan; bisa tertulis ataupun tidak; yang terlembaga
dalam rutinitas keseharian dan selalu menjadi acuan bagi Sebagian besar orang ketika dihadapkan pada situasi yang
dianggap mirip.
• Karakter institusi sebagai sesuatu yang bersifat constraining - membatasi, namun juga sekaligus enabling –
mendorong, dalam proses pengambilan keputusan.
KONSEP MULTIPLE STREAM DALAM
PEMBUATAN KEPUTUSAN KEBIJAKAN
PUBLIK
• Kerangka multi-aliran, pertama kali dikonseptualisasikan oleh Kingdon (2003), memperluas model tong sampah
untuk menjelaskan bagaimana masalah diidentifikasi dan dibawa ke perhatian pembuat kebijakan pada tahap
penetapan agenda.
• Ide kebijakan, masalah dan solusi dibuang Bersama ke keranjang sampah sehingga kebijakan dapat dikembangkan
secara tidak menentu (chaotic), dipengaruhi oleh berbagai kepentingan dan agenda yang bersaing, seringkali tanpa
pemahaman penuh tentang masalah kebijakan yang harus ditangani.
• Metafora Aliran: Aliran kebijakan diatur ke dalam saluran. Saluran sebagian besar terpisah satu sama lain. Ketika
saluran bergabung, arung dihasilkan dari kekuatan saluran yang tidak sama. Aliran tidak statis, melingkar, melainkan
mengalir ke arah solusi kebijakan, meskipun tidak dengan cara yang rasional dan teratur. Aliran memiliki permukaan
yang terlihat tetapi kekuatan dan kecenderungan tersembunyi yang dalam. Peserta tidak begitu banyak
mengendalikan arus yang dibawa bersamanya, hanya sebagian yang dapat memandu arah arus tersebut.
Pembuatan keputusan sebagai proses yang dicirikan oleh anarki organisasi. Organisasi tidak berfungsi
seperti komputer yang memecahkan masalah optimasi. Sebaliknya berfungsi seperti tong sampah
dimana campuran masalah dan solusi yang mungkin dituangkan, dengan campuran yang tepat
menentukan hasil keputusan. Bauran mencerminkan berapa banyak bidang keputusan yang ditangani
oleh organisasi, bagaimana orang memiliki akses ke organisasi, beban keputusan organisasi, dan tingkat
atau sumber daya organisasi, waktu, energi, dan perhatian.
Model ini memandang proses kebijakan sebagai hasil dari tiga rangkaian proses, atau aliran – persepsi
masalah, solusi, dan sentimen publik (perubahan pemerintahan dan sejenisnya) – yang bertemu pada
waktu-waktu tertentu untuk menciptakan peluang perubahan agenda.
KONSEP MULTIPLE STREAM DALAM
PEMBUATAN KEPUTUSAN KEBIJAKAN
Dinamika Aliran:
PUBLIK
the policy stream (yang menunjukkan solusi terhadap masalah): berkisar pada pendefinisian solusi
kebijakan, seringkali dapat digambarkan sebanyak proses di mana solusi favorit melihat dari masalah
yang tepat sebagai salah satu di mana masalah mengarah pada solusi.
the politics stream (partisipan: sentimen publik, perubahan minat pemerintah, perubahan minat politik,
dan partisipan lain) . Berkisar pada pertentangan atas alternatif dan mencerminkan opini publik,
kelompok kepentingan, pakar, pemilihan, kekuatan partisan, dan badan legislatif, yudikatif, dan eksekutif.
the problem stream (persepsi terhadap masalah), yang memunculkan berbagai kemungkinan pilihan
(peluang dalam pengambilan keputusan). Berkisar pada proses penetapan agenda
Ketiga aliran ini dapat tercampur dan sering tidak terduga arahnya
DAMPAK DARI PERBAURAN INI: