Anda di halaman 1dari 14

MODEL ANALISIS GARBAGE

CAN (KERANJANG SAMPAH)


DALAM
PERUMUSAH/PENGAMBILA PERTEMUAN KE-9
ANALSIS KEBIJAKAN
AN KEPUTUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
DUA MAZHAB DALAM
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
1. Rational- Comprehensive
2. Garbage – Can

\Kedua model dasar ini banyak dipakai untuk menjelaskan logika dalam
proses kebijakan publik. Perbedaan keduanya adalah pada keyakinan yang
mereka letakkan di atas rasionalitas.
PERBEDAAN KEDUA MAZHAB
NEXT PERBEDAAN KEDUA
MAZHAB
MODEL MIXED - SCANNING.

Diantara kedua model tersebut, ada model yang berusaha


mengambil jalan tengah, yang disebut sebagai Model Mixed -
Scanning. Ketiga model tersebut memiliki definisi-nya sendiri
tentang proses kebijakan
NEXT MODEL MIXED-SCANNING
Model Mixed-Scanning mencoba mengambil posisi di antara keduanya.
Model ini mengakui keterbatasan nalar manusia, dan melihat proses
kebijakan tidak semata-mata ditentukan oleh perhitungan rasional – efektif –
efisien, tetapi juga perhitungan rasional – politis, yang mengakibatkan proses
kebijakan diwarnai oleh proses tawarmenawar antar berbagai aktor dan
kepentingan yang terlibat. Proses tawar-menawar ini juga dianggap terjadi
dalam sebuah konteks sosial yang spesifik, dengan nilai, norma, dan
kebiasaan yang mengkerangkai proses administratif dan politik yang terjadi.
MODEL RATIONAL-
COMPREHENSIVE
Model Rational-Comprehensive mendefinisikan proses kebijakan
sebagai proses yang sepenuhnya rasional. Proses kebijakan
meliputi aktivitas kalkulasi, proyeksi, perencanaan, dan formulasi
yang njlimet. Segala keputusan diambil berdasarkan informasi
yang lengkap dan perhitungan yang komprehensif.
MODEL GARBAGE – CAN
Model Garbage – Can melihat proses kebijakan yang
sedikit sekali melibatkan proses yang rasional, dalam
artian ilmiah. Proses kebijakan lebih digerakkan oleh
kebiasaan-kebiasaan yang sudah pernah dilakukan di
masa sebelumnya atau ditempat lain.
NEXT
Analis yang bekerja dengan Model Garbage – Can atau Keranjang Sampah,
ketika melakukan analisis untuk pengambilan keputusan kebijakan, mungkin
sekali hanya dituntut untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
mirip dengan kondisi yang sekarang dianalisis. Kemudian mengidentifikasi
keputusan apa yang ‘biasanya’ diambil dalam situasi yang dianggap serupa
itu dan seberapa besar keputusan itu berhasil. Formula dan desain kebijakan
dirancang secara garis besar dan sangat mungkin untuk mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan situasi yang dihadapi. Namun pilihan atas
model ini juga menghadirkan konsekuensi bahwa analis harus selalu siap
dengan perubahan situasi yang bisa terjadi seketika.
NEXT
Pendekatan Garbage – Can melihat bahwa proses pengambilan keputusan lebih didasarkan
pada nalar kebiasaan atau kelaziman, dan sedikit sekali mempertimbangkan hal-hal terkait
dengan efektivitas dan efisiensi keputusan. Ini disebabkan karena model ini mengasumsikan
bahwa realitas proses pengambilan keputusan lebih sering berada dalam situasi di mana
informasi tidak tersedia secara lengkap, tujuan pengambilan keputusan seringkali kabur,
waktu yang terbatas, dan masing-masing aktor yang terlibat memiliki kepentingan yang
berbeda-beda
ASUMSI-ASUMSI YANG PERLU DIKETAHUI DALAM PENDEKAKAN
GARBAGE - CAN

Pertama, mahasiswa perlu diingatkan bahwa model Garbage – Can ‘tidak’ mengandaikan
bahwa proses pengambilan keputusan kebijakan berjalan dalam proses yang acak, di mana
pengambil keputusan secara serampangan mengambil satu isu sebagai permasalahan dan
kemudian mencocokannya dengan satu solusi yang dipilih dengan cara yang sama. Model
Garbage - Can sama sekali tidak menggambarkan proses seperti itu.
 Kedua, dalam model Garbage - Can, asumsi yang paling dasar adalah bahwa seluruh
proses pengambilan keputusan terjadi dalam sebuah konteks kelembagaan tertentu.2 Konteks
kelembagaan tersebut mencakup pula nilai, norma, kebiasaan, dan aturan-aturan, baik tertulis
maupun tidak tertulis, yang tereproduksi terus-menerus dalam rutinitas keseharian.
ALUR ANALISIS GANBAGE -
CAN
CONTOH KASUS
Kasus-kasus yang cocok dengan gambaran pengambilan keputusan dalam model Garbage - Can
banyak kita temui dalam kerja birokrasi, baik pemerintah maupun privat. Di situ, jika kita cermati,
seringkali, di level birokrasi, suatu situasi atau permasalahan yang dihadapi akan direspons dengan
serangkaian langkah yang dalam logikanya lebih mengedepankan aspek prosedural daripada
substansi permasalahan yang dihadapi tersebut. Keputusan untuk merespons situasi atau
permasalahan tersebut lebih berfokus pada upaya bagaimana secara prosedural situasi atau
permasalahan tersebut harus direspons.
Misalnya, seorang kepala kantor atau manajer mendapatkan disposisi dari atasannya untuk
melakukan sesuatu. Disposisi ini menghadirkan sebuah problem atau situasi yang harus direspons
oleh kepala kantor atau manajer tersebut. Dalam merespons situasi atau problem tersebut, kepala
kantor atau manajer harus membuat keputusan. Menurut model Garbage - Can, si manajer atau
kepala kantor ini, dalam mengambil keputusan, cenderung akan lebih, atau hanya berpikir bagaimana
disposisi ini bisa segera dilaksanakan, apapun hasilnya, dan dilaksanakan sesuai dengan koridor prosedur
yang ada. Alternatif-alternatif yang dipertimbangkan biasanya lebih mengacu pada kesesuaian masing-masing
alternatif yang ada dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
SILAHKAN BERLATIH

SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai