Anda di halaman 1dari 28

ALIRAN FEMINISME

PSIKOANALISIS &
GENDER (KULTURAL)
SUNARTO
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI – FISIP UNDIP
AKAR PEMIKIRAN
(1)
FEMINISME PSIKOANALISIS &
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Ketidaksetaraan gender berakar dari rangkaian pengalaman pada masa kanak2
awal, yang mengakibatkan bukan saja cara pria memandang dirinya sebagai
maskulin & wanita memandang dirinya sebagai feminin, melainkan juga cara
masyarakat memandang bahwa maskulin lebih baik daripada feminin
◦ Hipotesis
◦ Dalam masyarakat nonpatriarkal, maskulinitas & femininitas dikonstruksi secara berbeda
& setara
◦ Kita harus bergerak menuju masyarakat androgin dimana manusia yang utuh merupakan
campuran sifat maskulin-feminin
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦Melihat penindasan pada wanita lerletak
pada kondisi kejiwaan (psyche) kaum
wanita itu sendiri, pada cara bagaimana
wanita berpikir
◦Dipengaruhi teori seksualitas Sigmund
Freud
SIGMUND FREUD
◦ Semua “penyimpangan seksual”, “variasi” dan “ketidaknormalan”
pada dasarnya hanyalah tahapan dalam perkembangan seksualitas
manusia normal
◦ Anak-anak mengalami tahapan perkembangan psikoseksual yang
jelas. Gender dari setiap orang dewasa adalah hasil dari bagaimana ia
mengatasi tahapan ini
◦ Maskulinitas dan femininitas adalah produk dari pendewasaan
seksual. Jika anak laki-laki berkembang secara normal maka ia akan
menjadi maskulin dan anak perempuan akan menjadi feminin
SIGMUND FREUD
◦ Perkembangan seksualitas anak2 terbentuk melalui tahap:
• TAHAP ORAL (0-2 tahun)
• Bayi menemukan kenikmatan ketika menghisap payudara ibu & ibu jarinya
• TAHAP ANAL (2-3 tahun)
• Kenikmatan dari sensasi pengendalian pengeluaran kotoran
• TAHAP PHALIK (3-4 tahun)
• Menemukan potensi kenikmatan pada alat genital
• Sukses atau gagal menyelesaikan kompleks Oedipus & kastrasi
• Usia 6 tahun anak berhenti menunjukkan seksualitas terang2an & mulai masa laten hingga
masa pubertas remaja
• Kembangkan superego {internalisasi nilai2 ayah} & tekan id {insting})
• TAHAP GENITAL (remaja)
• Dorongan seksual muncul
• Libido remaja diarahkan keluar menjauh dari stimulasi otoerotis & homoerotis menuju
anggota seks lain
SIGMUND FREUD
◦ Tahap kritis drama psikoseksual terjadi pada tahap phallik (Oedipus
kompleks & kastrasi kompleks)
• Tahap ini menentukan “kenormalan” seksualitas anak laki2 & perempuan
• Keberadaan penis menentukan anak itu melihat diri & dunia sekitarnya
• Superioritas anak laki2 & inferioritas anak perempuan muncul
• Anak perempuan cemburu karena klitorisnya tidak seperti penis anak laki2 (penis
envy) mengakibatkan muncul sifat-sifat:
• Narsistik (mengalihkan tujuan seksual aktif menjadi pasif; semakin cantik,
semakin ingin dicintai)
• Kosong (vain) dengan focus pada penampilan fisik total
• Menjadi korban rasa malu (shame) melihat tubuh terkastrasi
• Ketakutan anak laki2 akan penisnya (dikastrasi) adalah ketakutan yang mampu
membuatnya keluar dari kompleks Oedipus untuk secara total tunduk pada Hukum
Ayah
SUBSTANSI PEMIKIRAN ALIRAN
FEMINISME PSIKOANALISIS:
KEBUDAYAAN MENGKONSTRUKSI
FEMININITAS UNTUK WANITA
(2)
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦Alfred Adler, Karen Horney & Clara Thompson
menolak teori seksualitas Freud yang sangat
biologis deterministik
◦Identitas gender perempuan (& laki2), perilaku
gender & orientasi seksual mereka bukan hasil dari
fakta biologis tapi merupakan produk nilai2 sosial
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Alfred Adler (DIRI KREATIF UNTUK MENGATASI DOMINASI)
◦ Pria dan Wanita pada dasarnya sama karena semua manusia lahir tidak berdaya.
Dalam upaya mengatasi ketidakberdayaan dan inferioritasnya ini, manusia harus
mengembangkan “Diri kreatif” mereka untuk mengembangkan makna atas takdir
biologisnya. Keberadaan biologis itu tidak mengarahkan pada sifat psikologis
tertentu. Manusia dibentuk oleh pandangan masa depan bukan masa lalu. Dengan
demikian aspek biologis adalah material yang digunakan untuk membentuk Diri unik
manusia
◦ Hipotesis: Selama patriarki ada, Wanita “neurotic” akan terus ada karena Wanita
neurotic adalah semata-mata Wanita yang telah dihalang-halangi oleh patriarki untuk
mengatasi perasaan ketidakberdayaan masa kecilnya. Bukan Wanita yang sakit
(neurotic), tapi patriarki
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Karen Horney (KEBUDAYAAN MENGKONDISIKAN WANITA UNTUK
(MENERIMA) FEMININ
◦ Menekankan peran penting lingkungan dalam masa pertumbuhan seseorang
sebagai manusia
◦ Perasaan inferior Wanita bukan berasal dari kesadaran Wanita akan kastrasinya
tapi dari kesadaran akan subordinasi sosialnya
◦ Kebudayaan patriarkal memaksa Wanita menjadi feminine (pasif, masokistik,
narsistik) dan kemudian menyakinkan bahwa Wanita menyukai menjadi
feminine. Apabila Wanita menginginkan menjadi maskulin (sesuatu yang
dinilai berharga di masyarakat) maka Wanita akan dianggap “sakit”, menderita
“kompleks maskulin” yang berusaha melarikan diri dari kewanitaannya
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Karen Horney (KEBUDAYAAN MENGKONDISIKAN WANITA UNTUK
(MENERIMA) FEMININ
◦ Wanita yang berusaha melampaui “femininitasnya” semacam itu adalah
Wanita yang berproses menciptakan Diri ideal yang mencakup sifat-sifat
feminine dan maskulin. Hal ini terjadi sebagai akibat perjuangan untuk
mencapai keseimbangan ketiga penarik karakter dalam dirinya: penarik yang
tidak menonjolkan diri, penarik yang memendam diri, penarik yang ekspansif
◦ Keberhasilan Wanita mencapai Diri ideal akan menempatkannya dirinya dalam
posisi setara dengan pria sehingga masyarakat tidak mempunyai kuasa lagi
atas wanita
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Clara Thompson (KEBUDAYAAN MENGKONSTRUKSI INFERIORITAS
WANITA)
◦ Perkembangan manusia adalah tugas pembentukan diri
◦ Psikologi interpersonal berpandangan hubungan diri dan liyan sebagai suatu
hal penting bagi perkembangan kesejahteraan diri
◦ Pasivitas Wanita sebagai produk dari hubungan pria dan Wanita yang tidak
simetris karena adanya kepatuhan konstan kepada otoritas pria yang
menyebabkan Wanita mempunyai ego lebih lemah dibandingkan pria
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Clara Thompson (KEBUDAYAAN MENGKONSTRUKSI INFERIORITAS
WANITA)
◦ Identitas wanita dan pria tidak muncul dari biologis mereka yang tetap.
Identitas Wanita dan pria muncul dari gagasan social yang terus-menerus
berubah mengenai arti penting menjadi Wanita dan pria
◦ Perasaan bersalah, inferioritas dan kebencian terhadap diri sendiri dalam diri
Wanita bukan berasal dari fakta biologis melainkan dari interpretasi
kebudayaan terhadap fakta biologis ini
◦ Transformasi struktur hukum, politis, ekonomi dan social yang membangun
kebudayaan merupakan langkah penting untuk melakukan transformasi
psikologi wanita
SUBSTANSI PEMIKIRAN ALIRAN
FEMINISME PSIKOANALISIS:
PARENTING UNTUK MENGATASI
DOMINASI PRIA
(3)
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Dorothy Dinnerstein & Nancy Chodorow
◦ Fokus tahap pra Oedipal untuk memahami cara kerja masyarakat
patriarkal mengkonstruksi seksualitas dan gender yang menciptakan dan
memelihara dominasi pria
◦ Masyarakat patriarki membentuk seksualitas & gender dengan cara
menciptakan & menjaga dominasi laki2 melalui penempatan wanita
untuk melakukan fungsi pengibuan (mothering).
◦ Jika pria terlibat dalam proses mothering, anak laki-laki dan perempuan
akan tumbuh dengan kesadaran bahwa baik ayah maupun ibu mempunyai
kelemahan dan kekuatan yang menyebabkan mereka tidak bisa
dipersalahkan atas kondisi manusiawinya
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Dorothy Dinnerstein (PENGASUHAN GANDA MENGATASI DOMINASI PRIA)
◦ Pengaturan gender di masyarakat sangat dipengaruhi oleh bagaimana pria dan
Wanita memandang dirinya sendiri dan diri liyan: Wanita sebagai mermaid (penuh
tipu muslihat, seduktif) dan pria sebagai minotaur yang menakutkan, bertubuh
raksasa, infantile (tidak berpikiran, serakah, selalu lapar)
◦ Gambaran semacam itu tumbuh dalam tahapan pra-Oedipal
◦ Hubungan bayi-ibu simbiotis karena bayi tidak mampu membedakan dirinya dengan
ibunya
◦ Ketergantungan bayi pada ibu besar (ibu sumber kenikmatan dan rasa sakit bagi bayi yang
tidak pernah yakin apakah ibunya dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya
sehingga bayi tumbuh dengan perasaan ambivalen terhadap figure ibu)
◦ Karena tidak ingin mengalami lagi kebergantungan yang dalam pada kekuatan yang
sangat kuat, pria berusaha menguasai Wanita dan alam
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Dorothy Dinnerstein (PENGASUHAN GANDA MENGATASI DOMINASI
PRIA)
◦ Kebutuhan pria untuk meguasai Wanita dan kebutuhan Wanita untuk dikuasi
pria mengarah pada beberapa pengaturan gender destruktif:
1. Keposesifan seksual pria lebih besar
2. Pembisuan dorongan impulsive erotis Wanita (erotisme Wanita hanya untuk pria)
3. Kesukacitaan seksual dan sentiment pribadi harus menyatu bagi Wanita tetapi
tidak untuk pria
4. Wanita dipandang sebagai “benda” dan pria sebagai “Saya”
5. Ambivalensia terhadap tubuh (tubuh dibenci karena membatasi dan mati, serta
dicintai karena memberi kenikmatan. Ambivalensi intensif terjadi pada Wanita)
6. Perjanjian tidak tertulis, pria ke ranah public dan Wanita ke ranah domestik
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Dorothy Dinnerstein (PENGASUHAN GANDA MENGATASI DOMINASI
PRIA)
◦ Pengaturan gender destruktif terjadi karena pola pengasuhan (mothering)
tunggal oleh Wanita. Untuk mengatasinya diperlukan pengasuhan ganda
(parenting) dengan melibatkan pria dalam proses mothering
◦ Penngasuhan ganda akan memungkinkan penghentian proyeksi semua ambivalensi
pada Wanita sebagai ibu
◦ Mengatasi ambivalensi tentang pertumbuhan
◦ Mengatasi ambivalensi terhadap eksistensi manusia yang terpisah
◦ Mengatasi ambivalensi terhadap usaha-usaha publik
FEMINISME PSIKOANALISIS
◦ Nancy Chodorow (PENGASUHAN GANDA MENGATASI KEKURANGAN WANITA DAN
PRIA)
◦ Mengapa Wanita ingin menjadi ibu, bahkan Ketika mereka tidak harus menjadi ibu?
◦ Hal itu bisa dijelaskan dengan memahami tahapan perkembangan psikoseksual pra-Oedipal
◦ Pengalaman “relasional-objek” berbeda antara bayi laki-laki dan Wanita dengan ibunya
◦ Bayi laki-laki dipicu secara seksual. Motivasi seksual ini berhenti pada tahap Oedipal karena anak laki-laki
tidak mau mengambil resiko dimarahi ayahnya. Terjadilah tahap pemisahan antara anak laki-laki dengan
ibunya. Anak laki-laki mengarahkan orientasi seksualnya pada Wanita lain. Anak laki-laki tumbuh normal
◦ Bagi bayi Wanita terjadi “symbiosis diperpanjang” dan “over-identifikasi narsistis”. Pada tahap Oedipal,
symbiosis ini melemah karena anak perempuan mengarahkan hasratnya pada sesuatu yang disimbolkan
oleh ayahnya (otonomi dan kemandirian sebagai karakter subjek/ Saya dan kemampuan memuaskan
Wanita secara seksual)
◦ Pengasuhan ganda bisa mengatasi ketimpangan kapasitas wanita untuk keterhubungan yang terlalu
berkembang dan pria yang kurang berkembang serta kapasitas keterpisahan terlalu berkembang
pada pria dan kurang berkembang pada wanita
SUBSTANSI PEMIKIRAN ALIRAN
FEMINISME GENDER (KULTURAL):
KETIKA MORALITAS KEPEDULIAN
MENGATASI MORALITAS KEADILAN
(4)
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Mungkin memang ada perbedaan biologis dan juga perbedaan psikologis atau penjelasan
kultural atas maskulinitas pria dan Wanita
◦ Nilai-nilai yang secara tradisional dihubungkan dengan Wanita (kelembutan, kesederhanaan,
rasa malu, sifat mendukung, empati, kepedulian, kehati-hatian, sifat merawat, intuisi,
sensitivitas, ketidakegoisan) secara moral lebih baik daripada kelebihan nilai-nilai yang secara
tradisional dihubungkan dengan pria (kekerasan hati, ambisi, keberanian, kemandirian,
ketegasan, ketahanan fisik, rasionalitas, kendali emosi)
◦ Wanita harus berpegang teguh pada femininitas dan bahwa pria harus melepaskan bentuk
ekstrim dari maskulinitas
◦ Nilai etika kepedulian (ethics of care) feminis harus menggantikan etika keadilan (ethics of
justice) maskulin
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Tertarik pada perbedaan yang membedakan psike pria dan Wanita
◦ Tidak menekankan perkembangan psikoseksual, tapi psikomoral dimana anak laki-
laki dan Wanita tumbuh menjadi pria dan Wanita dewasa dengan nilai-nilai dan
kebaikan yang khas yaitu
◦ Merefleksikan pentingnya keterpisahan pada kehidupan pria dan pentingnya keterikatan pada
kehidupan Wanita
◦ Berfungsi untuk memberdayakan pria dan melemahkan Wanita dalam masyarakat patriarkal
◦ Apakah pembebasan Wanita paling baik dilakukan dengan Wanita mengadopsi nilai-
nilai dan kebaikan pria dan pria mengadopsi nilai-nilai dan kebaikan Wanita atau
setiap orang mengadopsi gabungan nilai-nilai dan kebaikan pria dan Wanita? Siapa
yang harus menegakkan moralitas ini pada pria dan Wanita?
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Carol Gilligan (MORALITAS KEPEDULIAN MENGATASI MORALITAS KEADILAN)
◦ Penekanan pria pada keterpisahan dan otonomi mengarahkan mereka untuk mengembangkan gaya
penalaran sebagai normal (dan pemikiran) yang menekankan pada keadilan, ketidakadilan dan hak
◦ Penekanan Wanita pada hubungan dan keterikatan mengarahkan mereka untuk mengembangkan gaya
penalaran moral (dan pemikiran) yang menekankan pada keinginan, kebutuhan dan kepentingan dari
sekelompok orang tertentu
◦ Hipotesis: Gaya moral Wanita tidak lebih valid daripada gaya moral pria
◦ Kebanyakan ahli dalam teori perkembangan moral telah secara keliru menggunakan norma pria sebagai
norma manusia yang digunakan untuk mengukur perkembangan moral Wanita dan pria, kebanyakan
mereka telah keliru menyimpulkan bahwa secara moral Wanita kurang berkembang dibandingkan pria
◦ Hal ini bukan realitas sehingga bukan Wanita yang harus diubah, melainkan standar yang digunakan
untuk menilai perkembangan Wanita sebagai manusia moral
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Carol Gilligan (MORALITAS KEPEDULIAN MENGATASI MORALITAS KEADILAN)
◦ Mengkritik skala pengukuran perkembangan moral Lawrence Kohlberg yang menjelaskan ada 6 tahap
perkembangan moral (suatu proses yang dapat diukur yang harus dilalui seorang anak untuk menjadi agen
moral yang berfungsi secara utuh)
1. Orientasi hukuman dan kepatuhan (anak melakukan perintah yang diberikan)
2. Orientasi relativitas instrumental (memuaskan kebutuhan sendiri dan orang lain)
3. Orientasi kesesuaian interpersonal (remaja mulai menyesuiakan diri dengan norma yang berlaku untuk mencari
persetujuan orang lain sebagai “anak laki-laki yang baik dan anak perempuan yang manis”)
4. Orientasi hukum dan tatanan (remaja melakukan tugasnya, menghargai otoritas dan memelihara tatanan yang ada
untuk kepentingan tatanan itu sendiri)
5. Orientasi legalistic social-kontrak (orang dewasa mengadopsi moral utilitarian esensial yang memungkinkan setiap
orang melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa membahayakan orang lain)
6. Orientasi prinsip etis universal (orang dewasa mengadopsi moral esensial universal Immanuel Kant dimana orang
dewasa tidak lagi diatur oleh kepentingan pribadi atau konvensi legal tapi oleh prinsip-prinsip yang diatur sendiri dan
dilaksanakan sendiri, misalnya, keadilan, resiprositas dan penghargaan terhadap harga diri manusia)
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Carol Gilligan (MORALITAS KEPEDULIAN MENGATASI MORALITAS KEADILAN)
◦ Hasil pengukuran moral Wanita pada skala Kohlberg hanya sampai pada tahap 3 menunjukkan adanya
kecacatan dalam skala pengukuran tersebut yang menggunakan metoda pria dalam mengukur moral Wanita
◦ Mengembangkan skala pengukuran moral pada Wanita yang menunjukkan bahwa apapun latar belakang Wanita
(usia, klas sosial, status perkawinan, etnis), setiap Wanita mempunyai pemikiran tentang moral yang sangat
berbeda dengan pemikiran pria. Kaum Wanita melihat masalah moral sebagai masalah hubungan antar manusia
◦ Ada 3 tingkatan moral Wanita
1. Diri di atas segalanya (memikirkan kepentingan sendiri)
2. Kepentingan Liyan dominan (memikirkan kepentingan orang lain)
3. Kesimbangan kepentingan Diri dan Liyan (transisi dari kebaikan pada kebenaran)
◦ Nilai moral ideal lebih menekankan pada etika kepedulian daripada etika keadilan
◦ Karena kebudayaan memberikan penilaian terlalu tinggi pada pemikiran ilmiah, objektif dan rasional, para guru
mengajari murid-muridnya untuk menggunakan kepalanya daripada hatinya
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Nel Noddings (ETIKA KEPEDULIAN MENGATASI ETIKA KEADILAN)
◦ Wanita dan pria berbicara dalam Bahasa moral berbeda
◦ Kebudayaan lebih menguntungkan etika keadilan yang maskulin daripada etika kepedulian yang
feminine
◦ Etika adalah mengenai hubungan tertentu yang bermakna suatu rangkaian pasangan yang teratur yang
berasal dari aturan tertentu yang menggambarkan pengaruh atau pengalaman subjektif dari anggota-
anggotanya
◦ Etika kepedulian bukan saja berbeda, melainkan lebih baik dari etika keadilan
◦ Hubungan kepedulian alamiah adalah kondisi manusia, secara sadar atau tidak, dipandang sebagai
sesuatu yang baik. Seseorang menolong orang lain secara alamiah manakala seseorang itu memang
menginginkan untuk melakukannya
◦ Tidak sependapat dengan Immanuel Kant bahwa kepedulian etis adalah lebih baik daripada kepedulian
alamiah: melakukan sesuatu karena kita SEHARUSNYA melakukannya adalah lebih baik daripada
melakukan sesuatu karena kita INGIN melakukannya. Keharusan itu dibangun berdasarkan keinginan
FEMINISME GENDER (KULTURAL)
◦ Nel Noddings (ETIKA KEPEDULIAN MENGATASI ETIKA KEADILAN)
◦ Suatu etika yang dibangun atas kepedulian berusaha untuk mempertahankan sikap
mempedulikan dan karena itu bergantung pada, dan tidak lebih baik daripada, kepedulian
alamiah
◦ Bagi Wanita, kejahatan adalah suatu peristiwa yang membahayakan, sesuatu yang dapat
melukai seseorang. Bagi pria, suatu kejadian jahat terjadi manakala melanggar peraturan
◦ Etika relasional adalah suatu jenis etika yang memang merupakan kecenderungan Wanita
untuk bekerjasama mempertahankan hubungan
◦ Karena tidak memiliki kekuatan politik dan ekonomi, Wanita belajar untuk membujuk,
meminta, memohon, bersimpati, menginterpretasi, menghadiahi dan di atas semuanya
mengatribusikan motif paling baik yang mungkin yang selaras denga realitas kedua pihak
yang berselisih.
◦ Kepedulian tidak menghasilkan persaingan

Anda mungkin juga menyukai