Anda di halaman 1dari 10

ANAK GADIS PADA

MASA PUBERTAS
PEMBAHASAN
• Pubertas
• Day Dreaming
• Rasa Malu Yang Berlebih
• Antagonisme Sosial
• Antagonisme Sex
• Emosional
Pengertian Pubertas
Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada
kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal
yang terutama terjadi selama masa remaja awal.
Harlock mengatakan bahwa “puberty is a the period in
the developmental span when the child changes from an sexual
being” remaja adalah masa dalam perkembangan manusia, ketika
anak berubah dari makhluk aseksual menjadi seksual artinya
organ-organ reprodduksi sudah masak sehingga mereka siap
untuk bereproduksi.
Arti pubertas secara klinis adalah timbulnya ciri-ciri
kelamin sekunder dan berakhir bila sudah ada kemampuan
reproduksi.
Day Dreaming
Istilah mimpi basah, atau datang bulan, sama-sama
menandakan kematangan seorang remaja. Mimpi
basah akan terjadi pada laki-laki berusia 9-14 tahun,
umumnya terjadi secara periodic berkisar sekitar 2-3
minggu sekali. Mimpi basah merupakan pengeluaran
cairan sperma yang terjadi secara alamiah. Sperma ini
di produksi oleh testis, yang merupakan salah satu
organ reproduksi laki-laki ketika alat reproduksi ini
mulai berfungsi maka testisnya mulai berproduksi.
Rasa Malu Berlebihan

Setiap manusia haruslah memiliki rasa malu, karena rasa malu merupakan salah
satu control dalam kehidupan seseorang, tetapi apabila rasa malu itu berlebihan dan tidak
masuk akal maka itu akan menjadi masalah. Karena rasa malu berlebihan akan
menghambat kehidupan social seseorang yang sekaligus bisa berdampak terhadap
kemajuan dan kesuksesan dalam hidup dan kehidupan seseorang. Rasa malu juga
merupakan kombinasi dari kegugupan social dan pengkondisian social, rasa malu dan
rendah diri memiliki keterkaitan dan apabila di telusuri banyak orang yang merasa malu
yang di sebabkan karena dia merasa rendah diri, rasa malu juga dapat di gambarkan
semacam perasaan tidak nyaman, sementara orang yang menderita rendah diri apabila
orang tersebut kurang berharga di banding dengan orang lain.
Antagonisme Sosial
Bagi anak perempuan, keberadaannya mulai diakui sebagai wanita
dewasa apabila ia jatuh cinta. Anak perempuan juga memiliki
keterlibatan emosi yang mendalam dengan anak laki-laki yang
menjadi pujaannya. Pada masa puber ini muncul sifat khas wanita
yaitu pasif-penerima. Perilaku gadis puber lebih terkendali oleh
perasaan dan terikat oleh tradisi serta peraturan keluarga.
Adanya hambatan pada kematangan seksual dalam usia
ini, akan menyebabkan penyimpangan dalam sikap dan perilaku
yang relatif menetap, jadi adanya penerimaan pengakuan
dari kelompok atau lawan jenisnya terhadap keberadaannya sangat
mempengaruhi pembentukan diri dikemudian hari begitu juga
dengan penerimaan dari penolakan terhadap berbagai perubahan
dalam tubuhnya akan sangat mempengaruhi kesiapannya memasuki
periode selanjutnya.
Antagonisme Sex

Antagonisme sex dapat di artikan sebagai suatu


perasaan tidak senang atau menentang suatu yang
berhubungan dengan sex, yang di aplikasikan dalam
sikap dan prilaku. Seorang yang mengalami hambatan
sexual, tidak dapat merasakan ataupun membedakan,
antara jender yang ada pada dirinya
Lanjutannya...

Terhadap ibu atau teman sejenis tetapi pada saat yang


bersamaan juga muncul perasaan heteroseksual yaitu tertarik
dengan lawan jenis. Sehingga akan memunculkan relasi
segitiga (relasi triangulaire) bagi anak gadis.
1. Ada unsur cinta diri (selflove)
2. Ada objek cinta “homoseksual” dalam pribadi ibu atau
teman sendiri
3. Objek cinta heteroseksualdalam wujud seorang
pria/pemuda.
Emosional
Anak puber cenderung memiliki tingkat emosionalitas
yang belum bisa dikendalikan. Ingin kami tambahkan masalah
bahaya identifikasi yang terlalu melekat antara anak gadis dan
orangtuanya. Untuk melepaskan diri dari ikatan orang tuanya
beserta kewibawaannya, pada waktu anak gadis
menemukannya dan merasa dirinya super kuat ada kalanya
anak gadis bertingkah laku membarontak dan melarikan diri
dari rumah. Jika peristiwa ini tidak disertai konflik-konflik yang
serius, biasanya usaha tersebut dapat diselesaikan dengan
kompromi.
Lanjutannya...
Pada umumnya usaha melarikan diri dari rumah
disebabkan karena:
1.Kerisauan seksual pada diri anak, tanpa disertai perasaan
heteroseksual yang sejati.
2.Kurangnya kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan diri,
terutama emosi-emosinya.
3.Kebimbangan-kebimbangan karena belum menemukan norma
yang mantap.

Anda mungkin juga menyukai