Anda di halaman 1dari 72

RIA CERIANA

1
 Cabang ilmu biomedis yang mencakup kajian semua aspek
sistem imun

 Malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (peny.


Auto imun, hipersensitivitas, defisiensi sistem imun,
penolakan allograf)

Sistem imun:

Sistem pertahanan / perlindungan yang ada dalam tubuh


mahluk hidup trhdp pengaruh biologis luar oleh sel &
organ khusus pada suatu organisme
Modul 314 2 04/06/23
Antigen: Benda asing yang masuk dan merangsang antibodi

Imunogen: Zat asing yang masuk yang merangsang sistem imun

(= antigen)

Antibodi: Protein globulin yang terbentuk akibat ada antigen yg masuk

Imunogenitas: Derajat keimunogenan suatu zat

Epitop: Bagian dari antibodi yang bereaksi dgn antigen

Valence: Jumlah epitop dalam 1 molekul antigen

Adjuvans: Zat bukan antigen tapi jika diberikan bersama antigen


dapat
Modulmeningkatkan
314 respon imun 3 04/06/23
SISTEM SISTEM
PERTAHANAN PERTAHANAN
NEGARA TUBUH

Y
Y Y
Y
SISTEM SISTEM
PERTAHANAN PERTAHANAN
NEGARA TUBUH

SISKAMLING IMUNITAS BAWAAN


HANSIP = INNATE
POLRI = NON SPESIFIK
ANGKATAN DARAT IMUNITAS DIDAPAT
ANGKATAN LAUT = ADAPTIVE
ANGKATAN UDARA = SPESIFIK
SISTEM SISTEM
PERTAHANAN PERTAHANAN
NEGARA TUBUH

SISTEM KOMUNIKASI SISTEM KOMUNIKASI

RADIO SITOKIN
TELEPON KEMOKIN
SATELIT RESEPTOR
SISTEM SISTEM
PERTAHANAN PERTAHANAN
NEGARA TUBUH

MUSUH / LAWAN MUSUH / LAWAN

DARI LUAR DARI LUAR


DARI DALAM  BAKTERI
 SUBVERSI  PARASIT
 SEPARATISME  VIRUS & JAMUR
DARI DALAM
 MUTASI SEL
 SEL KANKER
PERTAHANAN FISIK / MEKANIK / BIOKIMIAWI
Kulit, Mukosa, Silia, Batuk / Bersin, Asam lambung, Lisozim

IMUNITAS BAWAAN / NON SPESIFIK


Monosit/ Makrofag, Netrofil, Basofil, Sel Mast, Eosinofil, NK Cell
Sitokin, Protein Fase Akut, Komplemen

IMUNITAS DIDAPAT / SPESIFIK


Sel B dan sel T
Antibodi
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penykt 
menghilangkan mikroorg./ substansi asing (bakteri, jamur,
parasit, virus, tumor)

2. Meghilangkan jaringan/ sel yang mati/ rusak untuk


perbaikan jaringan

3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sasaran utama: Bakteri patogen dan Virus

Leukosit  sel imun utama (disamping sel plasma,


makrofag dan sel mast)
Modul 314 9 04/06/23
A. Fase Deteksi

1. Sel2 imun menemukan dan mengenali benda


asing

2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon

3. Menghimpun bantuan dan kontrol respon

4. Menghancurkan/ menekan pengaruh invasi


Modul 314 10 04/06/23
B. Fase Respon

1. Fase Pengenalan  Terjadi ikatan antara antigen asing dgn


reseptor yang ada di lekosit matang (makrofag)

2. Fase aktivasi  Terjadi proliferasi dan deferensisasi dari sel


imunokompeten

3. Fase Efektor  Terjadi eliminasi antigen yang masuk. Fase ini


berbeda- beda tiap sel imunokompeten, seperti:

* Makrofag terjadi kematian sel

* Sel T  membentuk sitokin/ interleukin

* Sel B  produksi antibodi

* Sel NK  terjadi lisis sel tumor/sel


Modul 314 11
terinfeksi virus 04/06/23
1. HUMORAL  Melibatkan molekul yang
ada di sirkulasi (antibodi, komplemen)

2. SELULER  Diperankan oleh sel T (sel T


sitotoksik/ CD8, sel NK)

Modul 314 12 04/06/23


Modul 314 13 04/06/23
Pertahanan tubuh yang bereaksi secara langsung /
cepat

Secara genetik terbentuk lebih awal

Tidak mempunyai memori

Tidak spesifik

Kadang-kadang dapat menyebabkan kerusakan


pada jaringan normal
Non Spesifik

Natural/ sudah ada dalam tubuh/ bawaan  pertahanan


tubuh terdepan dlm melawan mikroorg. tertentu.

Terdiri atas

a. Pertahanan fisik  Kulit/ epitel, mukosa/ cairan sulkus,


silia saluran pernafasan

b. Pertahanan kimia  Bahan yang disekresi mukosa saluran


nafas, kel. Sebaseus kulit, kel.kulit, telinga, asam lambung,
lisosim, keringat, saliva, air mata & ASI (melawan kuman
Gram +)
Modul 314 15 04/06/23
Non Spesifik

c. Pertahanan Humoral

 Komplemen mengaktifkan fagosit  membantu


penghancuran bakteri (membran/ sel bakteri) dan
parasit

 Faktor kemotaktik mengarahkan makrofag ketempat


bakteri  memudahkan makrofag mengenali dan
memakannya

 Interferon (glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg


mengandung nukleus) dilepaskan sbg respon thd
Modul 314
infeksi bakteri 16 04/06/23
Non Spesifik

1. Perlu waktu untuk aktivasi

2. Hanya merespon antigen yang sdh pernah masuk

3. Sifat resistensi meningkat oleh infeksi ulang

4. Ada seleksi klonal. Reseptor yg berkembang adalah


reseptor yg sdh tersensitisasi

5. Hanya mengenal peptide kecil yg di presentasikan oleh sel


aksesori

6. Molekul sirkulasi berupa antibodi

7. Sel nya limfosit


Modul 314 17 04/06/23
SEL FAGOSIT
 Monosit / Makrofag
 Netrofil
SEL YANG MENGELUARKAN MEDIATOR
 Basofil
 Sel Mast
 Eosinofil
NATURAL KILLER CELL (sel NK)
Didapatkan pada hewan tingkat tinggi dan manusia

Bersifat sangat spesifik

Perlu waktu beberapa hari – minggu untuk membangkitkan


reaksi yang spesifik

Mempunyai memori

Rangsangan berikutnya oleh antigen yang sama akan


menimbulkan reaksi yang cepat dan lebih hebat
Spesifik

 Mempunyai kemampuan mengenali benda asing


Dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing
yang berbahaya

Umumnya terjalin kerja sama yang baik antara antibodi,


komplemen, fagosit, sel T dan makrofag.

Modul 314 20 04/06/23


SEL LIMFOSIT T
 T helper (CD4)
 T sitotoksik (CD8)

SEL LIMFOSIT B – SEL PLASMA


 Antibodi transmembran (reseptor sel B)
 Antibodi dalam sirkulasi
NON SPESIFIK

1.Bekerja segera (sbg pertahanan utama)


2.Respon non spesifik
3.Sifat resistensinya tetap tdk meningkat oleh infeksi ulang
4.Molekul mengenali permukaan semua sel yg ada secara alamiah.
Punya banyak reseptor pengenal

5.Mengenali bagian2 sel kuman


6.Molekulnya sbg komplemen
7.Selnya sbg fagosit (makrofag, denditrik, neutrofil, monosit)
Modul 314 22 04/06/23
Antigen dlm tubuh kita sendiri bersifat toleran
Jika ada ganguan toleransi  terjadi peny. Auto
imun

Pada molekul yang sifatnya tersembunyi (kornea


mata, protein histon) jika ada infeksi, molekul 
keluar  terjadi kontak  terjadi proses autoimun

Modul 314 23 04/06/23


Netrofil/ makrofag melawan antigen

Modul 314 24 04/06/23


1. T dependent antigen
- Protein
- Melibatkan sel T helper. Terutama antigen protein
- Antigen masuk  ditangkap makrofag  dipresentasi ke
sel T  sel T aktif menjadi Th1  menghasilkan
sitokin  merangsang sel B  sel B aktif berdeferensiasi
menjadi sel plasma

2. T independent antigen
- Non protein
- Tidak melibatkan sel Th, tanpa presentasi dari HLA
didptkan titer antibodi yg rendah
- Tidak merangsang timbulnya sel memori
- Modul
Jika314ada antigen masuk tidak25melibatkan sel T langsung
04/06/23

direspon sel B  sel B aktif menjadi sel plasma


3. Autoantigen

Dari tubuh kita sendiri sehingga tidak ada respon


imunologis krn HLA cocok (pd transplantasi)

4. Alloantigen

Individu beda tapi spesies sama. Ada reaksi imunitas


karena molekul HLA beda dan HLA bersifat polimorfi

5. Isoantigen

Dari individu beda tapi genetik sama, spt pada kembar


siam  belum tentu ada kecocokan HLA tapi setidaknya
perbedaannya sangat kecil
Modul 314 26 04/06/23
1. Zat antigen itu sendiri
* Makin asing makin bereaksi secara imunologis
* Makin besar, makin antigenik
* Makin komplek makin antigenik
* Makin mudah larut, makin antigenik
* Makin kaku, makin antigenik
2. Faktor Host
* Poten atau tidak
* Apa ada clone spesifik/ tidak
* Kemampuan sel aksesori utk respon
* Umur (dibawah 3 th dan diatas 40 th makin bereaksi
* Status nutrisi
*Modul
Apa 314
ada locus HLA/ tidak 27 04/06/23
3. Cara masuk

- Dosis

- Jalan masuk  lewat oral dan parental lebih kuat


antigen langsung kontak dengan sel imunokompeten

- Bentuk  apakah diberikan bersama adjuvans

- Jadwal  apakah diberikan sekali atau booster

Modul 314 28 04/06/23


EOSINOFIL
Fagosit yang lemah
Membunuh patogen dengan mengeluarkan
 Protein kationik
 Radikal bebas oksigen

Mengeluarkan leukotrien, prostaglandin, sitokin

BASOFIL & SEL MAST


Punya reseptor untuk IgE (Fcε-R)
Permukaannya terselubungi oleh IgE
Mengeluarkan histamin, prostagladin, leukotrien
Menghancurkan sel yang terinfeksi / sel ganas
Punya reseptor untuk IgG (Fcγ-R)
Mengikat sel target yang sudah diselubungi oleh IgG
Membunuh sel target tersebut dengan ADCC
Punya Killer Activating Receptor
Mengenali semua molekul permukaan sel berinti
Mengaktifkan perintah “bunuh”
Punya Killer Inhibitory Receptor
Mengenali molekul MHC klas I pada permukaan sel
berinti
Mencegah perintah “bunuh”
Sel yang tidak menunjukkan molekul MHC klas I akan
“dibunuh” dengan perforin dan granzyme
1. Sel B. Dipermukaan Sel ada IgG
2. Sel T. asal = sel B 
- Berkembang di tmpt beda

- Asal dr sum2 tlg  maturasi di timus

- Membtk interleukin/ sitotoksin

- Tidak dpt mengenal antigen langsung

Modul 314 31 04/06/23


3. Sel Fagosit.
- Yang utama Makrofag  Mendeteksi mikroba
- Di permukaan ada reseptor (opsonik dan non opsonik) 
mencegah kuman masuk  di ekstra seluler mudah di fagosit
- Membentuk formasi granulasi; sel imunokompeten lain  aktif &
mau datang ke tempat infeksi dgn cara mengelurkan sitokin dan
mediator inflamasi
- Sebagai sel aksesori pd aktivasi Limfosit. KRN makrofag mampu
mempresentasi dan membentuk co- stimulator
- Sebagai sel efektor krn dpt membunuh kumandan
menghancurkan diding seldalam sirkulasi
Modul 314 32 04/06/23
1. Membrane reseptor
- Scavenger reseptor  punya spectrum luas  dpt
mengenali bakteri Gram(+) dan Gram (–)

- C reseptor reseptor utk komplemen

- Fc gamma reseptor utk reseptor antibodi

- Sitokin reseptor, utk sitokin

- CD14 reseptor utk LPS

Modul 314 33 04/06/23


2. Memproduksi banyak sitokin
- IL-1 :mediator pro inflamasi yaitu pirogen endogen
- TNF alfa faktor proinflamasi
- Dpt merangsang molekul HLA tipe 1 da mengekpresikan
molekul
- IL-12 penetu perkembangan sel TH1
- IL-10 sitokin anti respon imun, dpt membentuk proses
inflamasi dan memblok aktivasi makrofag
Modul 314 34 04/06/23
Memproduksi banyak sitokin…

- IL-4: faktor pertumbuhan utk sel Limfosit, penentu


perkembangan sel TH2

- FGF untuk repair jaringan rusak

- Proses dan presentasi antigen

- Memproduksi enzim.Makrofag yang datang ke tempat infeksi,


jelek krn tidak dpt membedakan kawan dan lawan krn terjadi
kerusakan jaringan

- Membentuk bioaktif lipid. Reaksi oksigen dan nitrogen terjadi


kematian sel yg difagositosis
Modul 314 35 04/06/23
1. Pengenalan antigen

2. Melekat , antigen masuk, terbentuk fagosum

3. Maturasi fagosum yang sudah matur pH4

4. Fusi antara fagosom dan lisosom menjadi fagolisosom

5. Kematian kuman

6. Kematian mikroba karena pH turu

7. Pelepasan zat penting spt zat besi

8. Terbentuk senyawa oksigen dan nitrogen intermediat

9. Membentuk mediator solubel (kemotaktik)  merangsang sel


imunokompeten lain utk datang

10.Presentasi antigen ke CD8 melibatkan HLA bakteri ke CD4 membentuk


Modul 314 36 04/06/23
co stimulator
Y
RESPONS IMUN NORMAL

TERATUR SEIMBANG TERORGANISASI


Disfungsi Disorganisasi Disregulasi

Mekanisme
Sistem imun

Penyakit
Faktor genetik Faktor lingkungan
Adanya HLA spesifik Sensitisasi alergen
Polimorfisme FcεRI-β Terlalu “bersih”
Polimorfisme CD14 Antibiotika pada usia < 2 th
Polimorfisme gen lain Vaksinasi pencegahan

Atopi
Defek organ target Pencetus
Epitel bronkus Infeksi virus
Kulit Merokok
Saluran cerna Polusi

Inflamasi alergi yang dimediasi Th2


Pd normal  mekanisme pertahanan tubuh humoral/seluler
tgt aktivasi sel B & sel T. Aktivasi antigen berlebihan/
gangguan mekanisme  menimbulkan imunopatologik 
disebut hipersensitivitas.

 Reaksi hipersensitivitas ada 4 tipe (Gell & Coombs)


- Tipe I Anafilaktik/ cepat

- Tipe II Sitotoksik

- Tipe III Komplek Imun

- Tipe IV Cell-mediated (tipe lambat)


Modul 314 41 04/06/23
4 types of hypersensitivity reactions

(hives)

Allergies
Immune Delayed-type hypersensitivity
complex
disease
Reaksi Hipersensitivitas tipe cepat atau anafilaktik  Diperantarai IgE
Alergenproduksi IgE berikatan spesifik dengan reseptor di permukaan sel
mast dan basofil  tersensitisasi

Kontak berikutnya  sederetan reaksi biokimia  degranulasi dan


pelepasan mediator2 (histamin, leukotrien dan sitokin)  reaksi alergi

15-30 menit setelah terpapar antigen  hg keterlambatan (10-12 jam)


Dapat melibatkan kulit/ epitel (urtikaria dan eksema), mata (konjungtivitis),
nasofaring (rinitis), jaringan bronkopulmoner (asma), dan GI tract
(gastroenteritis)
• Sel mast & Basofil punya gambaran granula sitoplasma yg mencolok  berperan
penting melalui mediator yg dikandungnya (histamin & zat peradangan lain)

• Dibagi menjadi  Rx. Anafilaktik (tipe I.a) & Rx. Anafilaktoid (tipe I.b). Utk terjadinya
rx seluler (pd rx tipe I.a) perlu interaksi antara IgE yg berikatan dgn reseptor IgE pd sel
mast/ basofil dgn alergen bersangkutan.

• Dpt terjadi bbrp menit stlh terpapar antigen yg sesuai & dpt bertahan dlm beberapa
jam walaupun tanpa kontak dgn alergen lagi. Dpt terpapar dgn cara ditelan, dihirup,
disuntik, ataupun kontak langsung

Modul 314 45 04/06/23


Contoh: reaksi anafilaksis terhadap bisa hewan, hay fever, urtikaria, akibat
makanan, dermatitis atopik, rhinitis alergika, konjungtivitis, asma,

Gejala : ketidaknyamanan ringan hingga kematian

Berat ringan gejala dipengaruhi : Antibodi IgE, jumlah alergen, faktor-faktor


lain yang dapat meningkatkan respon (infeksi virus dan polutan)
Tes Diagnostik

Skin test (prick dan intradermal)


Kadar total IgE dan IgE spesifik terhadap alergen yang dicurigai (ELISA) 
IgE tinggi pada kondisi atopik

Terapi:

Antihistamin, adrenalin, bronkodilator, kortikosteroid, menghindari paparan


alergen dan immunoterapi

Modul 314 47 04/06/23


Waktu reaksi : menit  jam
Contoh: reaksi transfusi, drug-induced hemolytic anemia, granulositopenia,
dan trombositopenia

Diperantarai IgM atau IgG dan komplemen


Fagosit dan sel K berperan
Interaksi antigen-antibodi pd permukaan sel, IgM/IgG dgn antigen
Mengaktifkan sistem komplemen dan sel yang terlibat dihancurkan.
Terapi  anti-inflamasi dan agen immunosupresif
Modul 314 48 04/06/23
Reaksi Komplek Imun / reaksi Arthus
3-10 jam setelah terpapar antigen
Diperantarai kompleks imun (rx. antigen-antibodi)
Antigen eksogen (bakteri, virus, atau parasit); endogen (SLE/ Systemic lupus
erythematosus)

Contoh: serum sickness,SLE,rx Arthus,lupus nephritis,RA,dll


Terbentuk kompleks antigen-antibodi  toksik terhadap jaringan di tempat
diendapkan (ginjal, paru-paru) infiltrasi dinding pembuluh darah kecil 
aktivasi kaskade komplemen pelepasan bahan aktif secara biologis.
Diagnosis
Biopsi jaringan (endapan Ig dan komplemen)
Kompleks imun pada darah dan penurunan jumlah
komplemen

Terapi:
Anti-inflamasi
Tipe seluler atau tipe lambat (delayed type hypersensitivity)
> 12 jam
Contoh klasik: reaksi tuberkulin (Mantoux) yang memuncak 48 jam
setelah injeksi antigen

Contoh lain: dermatitis kontak, penyakit autoimun dan infeksi


seperti tuberkulosis, lepra, granulomatosa, toksoplasmosis.
Diagnosis:

Mekanisme perusakan melibatkan limfosit T dan monosit dan/ atau makrofag


Sel T sitotoksik (Tc) menyebabkan kerusakan langsung sedangkan sel T
helper (TH1) mensekresi sitokin  aktivasi Tc, makrofag serta monosit 
kerusakan

 Mantoux test dan patch test


Terapi:

 Kortikosteroid dan agen imunosupresif


Tipe Mekanisme Imun Lesi Gangguan
Histopathology Prototipe

Hipersensitifitas Produksi antibodi IgE Dilatasi vaskuler, Anafilaksis,

tipe I → pelepasan segera edema, kontraksi Alergi,Asthma

(Immediate) amina vasoaktif dan otot polos, Bronkial

  mediator lainnya dari produksi mukus, (Atopik)

  sel mast, kemudian jejas jaringan,  

  sel-sel inflamasi inflamasi  

Hipersensitifitas Produksi IgG, IgM → Fagositosis dan Anemia

Tipe II(Antibody- mengikat antigen pada lisis sel;inflamsi ; Hemolitik

mediated) sel target atau jaringan pada beberapa Autoimun;

  → fagositosis atau penyakit, Sindroma

  lisis sel target dengan Kelainan Goodpasture

Modul 314 53 04/06/23


  mengaktivasi fungsional tanpa  
komplemen atuu cedera sel atau
reseptor Fc, jaringan
pemanggilan leukosit  

Hipersensitifitas Pengendapan Peradangan, Lupus


Tipe III kompleks antigen- vaskulitis nekrosis eritematosus

(Immune omplex antibodi → Aktivasi (nekrosis fibrinoid) sistemik;

Mediated) komplemen;pemanggil   beberapa bentuk

  an leukosit oleh   glomerulonefritis

  produk komplemen   ; penyakit serum

  dan reseptor Fc   ; reaksi Arthus

  →pelepasan enzim    

  dan molekul toksik    

  lainnya    

Hipersensitifitas Limfosit T yang Infiltrat seluler Dermatitis


Tipe IV(Cell- diaktivasi → (1) perivaskular ; kontak; Multiple

Mediated) pelepasan sitokin, edema; sklerosis;

  peradangan dan bentukan diabetes tipe 1;

  aktivasi makrofag ; (2) granuloma ; tuberculosis

  sitotoksisitas yang penghancuran sel  

  diperantari sel T    
Modul 314 54 04/06/23
Urutan kejadian dalam hipersensitivitas
segera (tipe I). Reaksi hipersensitivitas
segera diawali oleh pengenalan alergen,
yang merangsang respons TH2 dan
produksi IgE pada individu yang rentan
secara genetik. IgE berikatan dengan
reseptor Fc (FcεRI) pada sel mast, dan
selanjutnya paparan alergen mengaktifkan
sel mast untuk mensekresikan mediator
yang bertanggung jawab atas manifestasi
patologis pada hipersensitivitas
segera.Lihat teks untuk singkatan.

Modul 314 55 04/06/23


mediator sel mast.
Setelah aktivasi, sel
mast melepaskan
berbagai kelompok
mediator yang
bertanggung jawab
untuk reaksi segera
dan fase akhir.
PAF(Platelet Activating
Factor)

Modul 314 56 04/06/23


RINGKASAN
Hipersensitifitas Tipe I Segera
Ini juga disebut reaksi alergi, atau alergi
Mereka diinduksi oleh antigen lingkungan (allergen), yang merangsang
kuat respon TH2 dan produksi IgE pada individu yang rentan secara
genetis
IgE melapisi sel mast dengan ikatan terhadap reseptor Fcε; terpapar
kembali oleh allergen menyebabkan ikatan silang IgE dan FcεRI, aktivasi
sel mast dan pelepasan mediator.
Mediator-mediator utama adalah histamin, protease dan isi granula
lainnya, prostaglandin dan leukotrien dan sitokin.
Mediator-mediator yang respon terhadap reaksi segera vaskuler dan
otot polos juga reaksi fase akhir (inflamasi).
Manifestasi klinis mungkin bersifat lokal atau sistemik dan berkisar dari
rinitis ringan yang mengganggu sampai anafilaksis fatal.

Modul 314 57 04/06/23


Mekanisme cedera yang dimediasi antibodi. A, Opsonisasi sel oleh antibodi dan komponen
komplemen dan konsumsi oleh fagosit. B, Inflamasi yang diinduksi oleh antibodi yang mengikat
reseptor Fc pada leukosit-leukosit dan produk-produk pemecah komplemen. C. antibodi
antireseptor mengganggu fungsi normal reseptor. Dalam contoh ini, antibodi terhadap reseptor
acetylcholine (ACh) mengganggu transmisi neuromuskular pada myasthenia gravis, dan antibodi
terhadap reseptor hormon tiroid-stimulating hormone (TSH) mengaktifkan sel tiroid pada penyakit
Modul 314 58 04/06/23
Graves.
Penyakit Graves Reseptor TSH Stimulasi reseptor Hipertiroidisme
(hipertiroidisme)
Reseptor Insulin
Diabetes yang resisten Antibodi yang Hiperglikemia,
terhadap Insulin menghambat ikatan ketoasidosis
dengan
Insulin

Anemia pernisiosa
Faktor Intrinsik sel Netralisasi faktor Eritropoesis Abnormal
parietal lambung intrinsik, penurunan
absorbs
vitamin B12

Modul 314 59 04/06/23


    myelin oleh aktivasi paralisis
makrofag
Insulin (inflamasi kronis
Diabetes Melitus Tipe Antigen sel β pankreas Inflamasi yang dimediasi sel
di pulau kecil)
1 (insulin,asam glutamate T, destruksi sel-sel pulau destruksi sel β;
diabetes
dekarboksilase, kecil sel oleh CTLs
lainnya
Bakteri enterik; antigen Infkamasi dimediasi oleh Peradangan usus
Inflammatory Bowel
sendiri? sitokin TH1 dan TH17 kronis, Obstruksi
disease
Psoriasis Tidak diketahui Inflamasi dimediasi Destruksi plak pada
terutama oleh sitokin TH1 kulit
dan TH17
Berbagai bahan kimia Inflamasi dimediasi oleh
Sensitifitas kontak Nekrosis Epidermal,
lingkungan (misalnya, sitokin
urushiol dari poison ivy TH1 (dan TH17?) inflamasi dermal,
atau poison oak)
menyebabkan ruam
pada kulit
dan melepuh

Modul 314 60 04/06/23


* Penyakit diabetes melitus dipengaruhi oleh tipe
hipersensitivitas tipe 2 dan 4.

Modul 314 61 04/06/23


Modul 314 62 04/06/23
Pensinyalan reseptor 4 seperti tol di MC. Pemicu TLR4 terjadi setelah
dimerisasi kompleks TLR4/MD2. Meskipun CD14 telah terdeteksi di MC
pada tingkat mRNA, fungsinya dalam pengenalan LPS belum sepenuhnya
dijelaskan. Pensinyalan dari reseptor TLR4 pada MC dapat terjadi dari PM
atau endosom, namun, aktivasi yang bergantung pada internalisasi dan
independen dari beberapa elemen kaskade masih harus dibuktikan (lihat
teks untuk referensi lebih lanjut). Jalur yang bergantung pada MyD88
membutuhkan partisipasi Src kinase Fyn dan Lyn. Lyn menginduksi
aktivasi IRAK1/4, yang akibatnya mengaktifkan protein TRAF6 dan TAK1;
di sisi lain, Fyn mengontrol sumbu PP2A/PKCα/βII yang secara negatif
mengatur pensinyalan. Pada TAK1, sinyal bercabang menjadi jalur yang
bergantung pada IKK dan MAPK. IKK mengaktifkan faktor transkripsi
NFkB, yang mentranslokasi ke nukleus untuk memulai produksi sitokin
inflamasi. Di sisi lain, fosforilasi MAPKs mengaktifkan AP-1 dan ATF2,
yang berkontribusi pada reaksi inflamasi. Kaskade pensinyalan juga terkait
dengan kontrol sekretori karena PKCα/βII mengatur vesikel VAMP3+, IKK
memfosforilasi SNAP-23, dan ERK1/2 mengaktifkan TACE, yang
semuanya mengontrol pelepasan TNF-α. Molekul lain telah dijelaskan
untuk berpartisipasi dalam pensinyalan TLR4 seperti Ca2+, dan kaskade
PI3K/AKT, yang juga berkontribusi pada sekresi TNF-α. Gambar dibuat
dengan Biorender.com.

Modul 314 63 04/06/23


Modul 314 64 04/06/23
Kontrol pensinyalan yang dimediasi TLR4 di MC. Morfin, GTS-21 dan
adenin telah terbukti mengendalikan produksi sitokin yang diinduksi TLR4
pada MC (sisi kiri). Morfin mengerahkan efeknya dengan bekerja pada
reseptor opioid /δ sementara GTS-21 (lihat referensi [54]) menghambat
respons yang bergantung pada LPS melalui aktivasi reseptor nAchRα7.
Meskipun adenin telah terbukti menghambat respons yang diinduksi TLR4,
reseptor atau mekanisme yang memediasi efek tersebut belum dijelaskan.
Simbol dari molekul yang berbeda dimasukkan di bagian dalam sel untuk
menggambarkan titik blokade jalur pensinyalan TLR4. ET pada MC (sisi
kanan) dapat dikembangkan dengan mekanisme langsung (biru) atau tidak
langsung (merah). Toleransi langsung tergantung pada peningkatan
ekspresi SHIP, IRAK-M dan SOCS1/3 dan penghambatan fosforilasi IKK,
p65-NFκB, p38 dan ERK1/2. Penghambatan demetilasi histon H3K9 juga
berperan dalam fenomena ini. Toleransi silang mencakup produksi dan aksi
autokrin TGF-β dan 2-AG. TGF-β berkontribusi pada ekspresi SHIP, namun
aktivasi spesifik reseptor belum dijelaskan. Dengan aktivasi reseptor CB2,
2-AG menginduksi ekspresi SHIP dan IRAK-M dan menghambat fosforilasi
IKK dan p65-NFκB, dengan demikian, menghambat produksi TNF-α.
Gambar dibuat dengan Biorender.com.
Modul 314 65 04/06/23
Modul 314 66 04/06/23
Peristiwa molekuler yang terlibat dalam respons MC terhadap mediator yang
dihasilkan oleh kerusakan sel dan stres. HMGB1, IL-33, adenosine dan ATP
adalah alarm berkarakter terbaik yang mampu mengaktifkan MC setelah
kerusakan jaringan. Bersama dengan lingkungan mikro hipoksia, sinyal-
sinyal itu mengaktifkan jalur pensinyalan berbeda yang mengarah ke
produksi sitokin di MC. Pengikatan HMGB1 ke RAGE mengarah pada
aktivasi jalur pensinyalan yang bergantung pada MyD88 yang mengarah ke
faktor transkripsi NFκB dan mempromosikan produksi TNF dan IL-1β. IL-33
mengaktifkan reseptor ST2 dan juga memicu jalur pensinyalan yang
bergantung pada MyD88. Efektor hilir MyD88 (MK2/3) sangat penting untuk
sekresi IL-6 dan IL-13. Selain itu, IL-33 mendukung produksi TNF dengan
partisipasi ERK dan PI3K. ATP mengaktifkan purinoreseptor P2X7 dan
menginduksi masuknya kalsium dengan degranulasi konsekuen. Aktivasi
reseptor adenosin A3 oleh adenosin memicu ERK dan PI3K dan
meningkatkan produksi mediator inflamasi dan angiogenik. Hipoksia
menyebabkan stabilisasi HIF1α, produksi ROS dan VEGF yang bergantung
pada Fyn dan sekresi IL-6. Produksi ROS mempromosikan glutathionylation
(GSH) dan translokasi subunit 1c dari saluran Ca2+ yang bergantung pada
tegangan tipe-L Cav1.2 L (LVDCCs) dari kumpulan intraseluler ke membran
plasma. Masuknya ROS dan kalsium mendorong akumulasi mRNA CCL2
untuk, akhirnya, menginduksi sekresi kemokin tersebut. Jalur stimulasi
diwakili dengan garis padat, sedangkan jalur diduga ditampilkan dalam garis
putus-putus.
Modul 314 Dibuat dengan Biorender.com.
67 04/06/23
Modul 314 68 04/06/23
Pensinyalan sel mast melalui EV. Pelepasan EV oleh MC dapat dipicu baik oleh
ligan seperti IL-4 atau IFN-α atau kondisi jaringan seperti hipoksia. Setelah
stimulasi, EV dapat dihasilkan oleh tunas membran plasma atau dengan
pembentukan badan multivesikular (MVB), yang diperlukan untuk pelepasan
selanjutnya. EV membawa beberapa kargo, termasuk RNA fungsional, protein
seperti MHC-II, ICAM-1, KIT, p62, dan penanda EV CD63. Transfer RNA
fungsional (miRNA dan mRNA) ke MC lain dapat merangsang sintesis protein
baru. Kargo lain seperti MCH II atau ICAM-1 dapat menginduksi pematangan
dan aktivasi sel imun, yang dapat menghambat proliferasi sel tumor. EV turunan
MC yang mengandung protein KIT atau p62 dapat merangsang proliferasi dan
migrasi dari sel tumor (panel atas). Di sisi lain, EV yang diturunkan dari tumor
dapat diambil oleh MC dan memicu aktivasinya melalui pensinyalan c-KIT/SCF
yang mengarah pada pelepasan tryptase, yang dapat mendorong proses
angiogenik, atau dapat mengikat EV yang dilepaskan oleh sel tumor dan
menghambat proliferasi dan ekspansi mereka. Selain itu, serapan MC dari EV
dapat menginduksi peningkatan fosforilasi ERK1/2 dan, selanjutnya,
peningkatan regulasi gen seperti VEGF, IL-8, IL-6, dan amphiregulin (AMPR).
Ada kemungkinan bahwa gen-gen ini dapat dimasukkan ke dalam EV melalui
mekanisme yang tidak diketahui. Akhirnya, EV dapat menginduksi pelepasan
TNF-α dan MCP-1/CCL2 melalui mekanisme yang bergantung pada ektoenzim
adenosin dan CD73. Mediator TNF-α dan MCP-1 masing-masing dapat
menginduksi status pro-inflamasi dan perekrutan sel imun ke tumor (panel
bawah). 69 04/06/23
*Kesimpulan:

1.Hipersensitivitas dipengaruhi oleh jumlah


dan struktut atau fungsi reseptor.
2.Perubahan sinyal dapat mempengaruhi
respon pada sel.
3.Diabetes melitus dapat disebabkan oleh
hipersensitivitas tipe 2 dan 4.

Modul 314 70 04/06/23


* leukosit
Selain sel epitel, air liur mengandung semua
bentuk leukosit, dari mana sel-sel utama adalah PMN. Itu
jumlah PMN bervariasi dari orang ke orang pada waktu yang berbeda
hari dan meningkat pada gingivitis. PMN mencapai rongga mulut
dengan migrasi melalui selaput sulkus gingiva. Hidup
PMN dalam air liur kadang-kadang disebut sebagai orogranulocytes,
dan
tingkat mereka migrasi ke dalam rongga mulut disebut
orogranulocytic
Tingkat migrasi. Beberapa peneliti percaya laju migrasi
berkorelasi dengan keparahan inflamasi gingiva dan
Oleh karena itu indeks diandalkan 72
Modul 314
untuk menilai gingivitis.11104/06/23

Anda mungkin juga menyukai