Anda di halaman 1dari 14

HUKUM KESEHATAN adalah kaidah atau

peraturan hukum yang mengatur hak dan


kewajiban tenaga kesehatan, individu dan
masyarakat dalam pelaksanaan upaya
kesehatan, aspek organisasi kesehatan dan
aspek sarana kesehatan. Selain itu, hukum
kesehatan dapat juga dapat didefinisikan
sebagai segala ketentuan atau peraturan
hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan dan pelayanan kesehatan.
Sumber Hukum di Bidang Kesehatan:

1. KUHP
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
5. Dll
Tindak pidana dalam UU Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (KUHP)
a) Memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan,
cacat diancam dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun; jika keterangan
tersebut diperuntukan agar pasien masuk rumah sakit jiwa dipidana penjara paling lama
8 (delapan ) tahun 6 (enam) bulan (Pasal 267)
b) Membeberkan rahasia pasien diancam pidana penjara paling lama 9 (sembilan) bulan
denda paling banyak Rp 9000,- (Pasal 322);
c) Merampas nyawa pasien walaupun telah disetujui oleh pasien (Euthanasia) diancam
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun (Pasal 344);
d) Kealpaan yang mengakibatkan kematian diancam pidana paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun (Pasal 359);
e) Keaalpaan mengakibatkan luka – luka berat diancam dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun atau pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun (Pasal 360 ayat 1);
f) Kealpaaan menyebabkan luka – luka yang menyebabkan timbul penyakit diancam
pidana penjara paling lama 9 (sembilan) bulan atau pidana kurungan 6 (enam) bulan
(Pasal 360 ayat (2);
g) Jika kejahatan sebagaimana termuat dalam poin (c) sampai dengan (e) dilakukan dalam
menjalankan suatu jabatan atau pencaraian maka pidana ditambah sepertiga dan yang
bersalah dicabut haknya untuk menjalankan pencariannya (Pasal 361)
BEDAH MAYAT (AUTOPSI)
 Pasal 134 KUHAP:
(1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-
jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan
tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga
atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat
(3)undang-undang ini.

 Pasal 222 KUHP:


“Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.”
Jenis Delik dalam UU 36/2009
a) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan/tenaga kesehatan yang melakukan praktik
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama dipidana penjara paling
lama 2 tahun dan denda maks Rp 200 juta; bila terjadi kecacatan pada pasien
dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda maks Rp 1 miliar (Pasal 190 ayat
(1) dan (2))

b) Setiap orang yang memperjualbelikan tanpa izin/mengkomersilkan :


 Organ/jaringan tubuh, diancam pidana penjara minimal 3 dan maks 10 tahun
dan denda maks Rp 1 miliar (Pasal 192);
 Darah, diancam pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda maks Rp 500
juta (Pasal 195)

c) Setiap orang yang melakukan :


 praktik pelayanan kesehatan tradisonal tanpa izin diancam pidana penjara
paling lama 1 tahun dan denda maks Rp 100 juta (Pasal 191);
 bedah plastik dengan tujuan merubah identitas seseorang diancam pidana
penjara paling lama 10 tahun (Pasal 193);
 aborsi, diancam pidana paling lama 10 tahun (Pasal 194);
 praktik farmasi tanpa memiliki keahlian farmasi dikenakan pidana denda
maks Rp 100 juta (Pasal 198);
Jenis Delik dalam UU 36/2009 (lanjutan)

d) Barangsiapa memproduksi/mengedarkan :
 Sediaan farmasi/alat kesehatan yang tidak memenuhi standar diancam dengan
pidana paling lama 10 tahun dan denda maks Rp 1 miliar (Pasal 196);
 Sediaan farmasi/alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar diancam pidana
dengan pidana paling lama 15 tahun dan denda maks Rp 1,5 miliar (Pasal 197);
 Rokok dengan tidak mencantumkan peringatan kesehatan diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda maks Rp 500 juta (Pasal 199);
e) Barangsiapa yang melanggar kawasan tanpa rokok diancam pidana denda Rp 50
juta (Pasal 199 ayat 2);
f) Barangsiapa menghalangi program pemberian air susu ibu diancam pidana
penjara paling lama 1 tahun dan denda maks Rp 100 juta (Pasal 200);
g) Apabila tindak pidana berdasarkan ketentuan Pasal 190 ayat 1, Pasal 192, Pasal
196 – Pasal 200 dilakukan oleh sebuah korporasi akan dikenakan 3 (tiga) kali
pidana denda berdasarkan ketentuan pasal tersebut dan pencabutan izin usaha
(Pasal 201);
a) Praktik Kedokteran dan Dokter Gigi Tanpa :
 Izin Registrasi diancam pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda maksimal Rp 100 Juta rupiah (Pasal 75)
 Izin Praktik diancama pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda maksimal Rp 100 Juta rupiah (Pasal 76)
b) Setiap orang yang menggunakan identitas dan izin palsu layaknya
Dokter dan Dokter Gigi diancam pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda maksimal Rp 150 juta (Pasal 77)
c) Setiap orang yang menggunakan alat medis dan memberikan
pelayanan layaknya Dokter dan Dokter Gigi diancam pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda maksimal Rp 150 juta (Pasal 78)
d) Setiap Dokter dan Dokter Gigi yang dengan sengaja :
 Tidak Membuat papan nama;
 Tidak Membuat rekam medis;
 Tidak Memberikan pelayanan medis sesuai kebutuhan pasien;
 Tidak Memberikan pasien rujukan kepada dokter lain yang lebih memiliki keahllian;
 Membeberkan rahasia kesehatan pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia;
 Tidak Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
 Tidak menambah ilmu pengetahuan tentang perkembangan ilmu kedokteran
Diancam pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda maksimal Rp 50 juta (Pasal
79)
e) Setiap orang yang memperkerjakan orang yang tidak memiliki izin praktik sebagai
Dokter dan Dokter Gigi diancam pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda maksimal Rp 300 juta, dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka
pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin. (Pasal 80)
(1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien
harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
setelah pasien diberikan penjelasan lengkap
(3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya mencakup :
a.    Diagnosis dan tatacara tindakan medis
b.    Tujuan tindakan medis dilakukan
c.    Alternatif tindakan lain dan resikonya
d.    Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
e.    Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.
TINDAK PIDANA DALAM
UU NOMOR NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT

Adapun jenis delik pidana yang diatur:


a. Setiap orang yang mendirikan rumah sakit tanpa izin
diancam pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
denda maksimal Rp 5 Miliar (Pasal 62)
b. Bila dilakukan oleh korpoprasi maka korporasi
diancam dengan pemberatan 3 (tiga) kali pidana denda
dan pencabutan izin usaha (Pasal 63)

Anda mungkin juga menyukai