Anda di halaman 1dari 19

HUKUM TRANSPLANTASI

ORGAN TUBUH, BEDAH


MAYAT DAN EUTHANASIA
6.53
Oleh :
Rapikah Hasanah
Sabariah
TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
Transplantasi organ tubuh adalah
mengambil organ tubuh (yang mempunyai
daya hidup yang sehat) dari orang yang hidup
atau meninggal untuk ditanam pada tubuh
orang lain (menggantikan organ tubuh yang
tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik),
dalam kondisi darurat untuk menyelamatkan
hidupnya atau untuk membantu fungsi organ
vital supaya seseorang dapat bertahan hidup
dengan organ baru tersebut

7/1/20XX Pitch deck title 2


TRANSPLANTASI DALAM HUKUM POSITIF

Pengaturan tentang transplantasi organ tubuh terdapat dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Pasal 64 ayat ke-1 memperbolehkan dilakukannya penanaman obat atau alat medis, transplantasi
organ atau hanya sebagian dari jaringan organ, melakukan pembedahan bagian tubuh dan merekontruksi
bagian tubuh, selama hal tersebut dilakukan untuk kepentingan kesehatan. Ayat ke-2 dan ke-3 membahas
selama dilakukannya tindakan tersebut diperbolehkan asal tidak diperjual-belikan selanjutnya
Pasal 65 ayat ke-1 mewajibkan orang yang melakukan tindakan transplantasi dan tempat yang
memberikan pelayanan harus memenuhi standar yang dibuat, ayat ke-2 kesehatan pemberi donor dan
persetujuan tindakan donor, ayat ke-3 syarat dan tatacara transplantasi diatur dalam peraturan pemerintah,
Pasal 66 menjelaskan harus ada bukti keamanan dan manfaat sebelum dilakukannya transplantasi,
Pasal 67 ayat ke-1 orang yang mengambil, mengantar jaringan tubuh dan tempat pelayanan
kesehatan tersebut harus sesuai standar. Ayat ke-2 syarat dan tatacara ayat ke-1 diatur dalam peraturan
perundang-undangan”, Pasal 192 bila ada yang dengan sengaja memperdagangan organ akan di pidana
penjara selama 10 tahun dan denda Rp.1.000.000.000,00.

7/1/20XX Pitch deck title 3


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Pasal 47 ayat ke-1 mewajibkan semua pihak melindungi anak dari tindakan transplantasi
untuk kelompok lain, ayat ke-2 memperjelas ayat ke-1 terhadap perlindungan dari tindakan: a.
mengambil organ namun tidak memperdulikan kesehatan anak, b. perdanganan organ anak, c.
memakai organ anak untuk penelitian tanpa izin dan tidak memperdulikan kesehatan anak.
Pasal 84 hukuman pidana penjara selama 10 tahun dan denda Rp.200.000.000,00 kepada
oknum yang dengan sengaja melakukan transplantasi organ anak untuk kepentingan pribadi.
Pasal 85 dengan inti dari ayat ke-1 hukuman pidanan penjara selama 15 tahun dan denda
Rp. 300.000.000,00 kepada pihak yang memperdagangkan organ anak, ayat ke-2 hukuman
pidana penjara selama 10 tahun dan denda Rp.200.000.000,00 untuk pihak yang melanggar
pasal 47 ayat ke-2

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang


Pasal 1 angka ke-7 transplantasi organ untuk memperoleh keuntungan baik materiil
maupun immateriil merupakan bagian dari eksploitasi
Pasal 2 ayat ke-2 pihak yang melakukan eksploitasi akan dihukum pidana yang sama
dengan ayat ke-1
7/1/20XX Pitch deck title 4
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia
Pasal 10 ayat ke-1 ketentuan transplantasi harus diperhatikan sesuai dengan pasal 2 huruf a dan b, ayat ke-2 tatacara
transplantasi diatur oleh Menteri Kesehatan
Pasal 11 ayat ke-1 Menteri Kesehatan menunjuk rumah sakit dan dokter yang boleh melakukan transplantasi, ayat ke 2
dokter yang melakukan transplantasi harus berbeda dengan dokter yang merawat donor.
Pasal 12 harus ada 2 dokter yang menentukan kematian dan dokter tersebut tidak boleh ada hubungan medis terhadap
dokter yang melakukan tindakan transplantasi
Pasal 13 persetujuan tertulis atas tindakan transplantasi harus menggunakan materai dan 2 orang saksi
Pasal 14 bila melakukan pengambilan organ dari koban meninggal harus mendapatkan persetujan tertulis dari keluarga
terdekat korban
Pasal 15 ayat ke-1 pendonor harus mendapatkan penjabaran mengenai proses operasi, efek samping, komplikasi dan
prognosis yang mungkin terjadi sebelum memberikan tanda tangan persetujuan, ayat ke-2 pemberi informasi harus
memastikan bahwa pendonor benar-benar memahami penjelasan tersebut.
Pasal 16 orang yang memberi donor atau keluarga tidak boleh menerima imbalan materiil dalam bentuk apapun sebagai
balasan dari transplantasi
Pasal 17 organ tubuh di larang untuk diperdagangkan
Pasal 18 proses pengiriman organ tubuh dari dalam maupun ke luar negeri tidak diperbolehkan
Pasal 19 guna kepentingan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang diberikan oleh Menteri Kesehatan maka larangan
pada pasal 17 dan 18 ditiadakan
Pasal
7/1/20XX20 ayat ke-1 ancaman hukuman pidana selamaPitch
3 bulan
deck title dan denda Rp. 7.500,- bila melanggar ketentuan dalam
5
bab II-VIII
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 38 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Transplantasi
Organ
Pasal 13 ayat ke-1 bila ada pihak yang bersedia mendonorkan organ dan tidak menerima imbalan maka
diperbolehkan, ayat ke-2 orang yang memberi donor boleh masih hidup atau sudah mati batang otak, ayat ke-3 orang
yang memberi donor boleh memiliki hubungan darah atau tidak dengan penerima donor
Pasal 14 ayat ke-1 orang yang mendonorkan organ nya saat masih hidup disebut pendonor hidup, ayat ke-2 orang
yang mendonorkan organ nya saat masih hidup hanya boleh memberikan 1 dari ginjal, sebagian dari pancreas, paru-paru
dan hatinya
Pasal 15 ayat ke-1 orang yang mendonorkan organnya setelah di nyatakan mati batang otak disebut pendonor mati
batang otak, ayat ke-2 saat masih hidup pendonor harus sudah teregirtasi di komite transplantasi nasional, ayat ke-3 yang
menyatakan mati batang otak harus tim dokter yang berbeda dengan tim dokter yang melakukan transplantasi
Pasal 16 ayat ke-1 orang yang melakukan donor dan mempunyai hubungan darah boleh memberikan organ nya
untuk penerima donor tertentu, ayat ke-2 ayah, ibu, anak, dan saudara kandung merupakan pendonor sedarah
Pasal 17 komite transplantasi nasional yang berhak menentukan penerima donor dari pendonor yang tidak
memiliki hubungan sedarah
Pasal 18 persyaratan administrative dan medis merupakan syarat untuk mendaftar sebagai orang yang mendonor
Pasal 19 ayat ke-1 syarat yang dimaksud adalah a. keterangan sehat, b. kartu tanda penduduk, c. pernyataan
bersedia mendonorkan organ tanpa imbalan secara tertulis, d. punya argumen memberikan organ tubuh nya secara cuma-
cuma, e. mendapatkan persetujuan dari keluarga kandung, f. ada surat tertulis bahwa pendonor sudah memahami
prosedur sebelum, saat dan setelah operasi termasuk segala resiko yang mungkin terjadi, g. ada surat tertulis bahwa
antara pemberi donor dan yang menerima donor tidak melakukan transaksi apapun, ayat ke-2 hubungan sedarah antara
pemberi donor dan penerima donor harus dibuktikan dengan
7/1/20XX Pitch decksurat
title dari pemerintah daerah yang memiliki hak. 6
TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT HUKUM
ISLAM
Transplantasi dalam hukum Islam dapat dikategorikan kedalam tiga tipe
1. Donor dalam keadaan sehat, dalam hukum islam apabila transplantasi organ tubuh di
ambil dari orang dalam keadaan hidup sehat hukumnya haram. dengan alasan: orang
yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada orang lain, ia
akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan mata atau
ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang manusia.
Bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, ia sulit untuk ditolong kembali. Maka sama
halnya, menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit baru bagi
si donor. Hal ini tidak diperbolehkan karena dalam kaidah fiqh disebutkan:
“Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan)
lainnya”

7/1/20XX Pitch deck title 7


2. DONOR DALAM KEADAAN KOMA
Hukumnya tetap haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera
meninggal, karena hal itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah.
Orang yang sehat seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma
tersebut, meskipun menurut dokter bahwa orang sudah koma tersebut tidak ada harapan lagi
untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali sebagian kecil, padahal
menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup. Karena itu, mengambil
organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut Islam dengan alasan kaidah
sebagai berikut:
“Tidak boleh membuat mudharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
mudharat pada orang lain”

7/1/20XX Pitch deck title 8


3. DONOR DALAM KEADAAN MENINGGAL

Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata, atau ginjal) yang sudah
meninggal secara yuridis dan medis, hukumnya mubah yaitu dibolehkan menurut
pandangan Islam dengan syarat bahwa: resipien (penerima sumbangan organ tubuh)
dalam keadaan darurat yang mengancam jiwamya bila tidak dilakukan transplantasi
itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal baik medis maupun non-medis, tetapi
tidak berhasil

7/1/20XX Pitch deck title 9


BEDAH MAYAT
Bedah mayat adalah proses pembedahan
atau penelitian terhadap tubuh manusia yang telah
meninggal. Tujuan dari bedah mayat bisa
bervariasi, seperti untuk tujuan medis, ilmiah, atau
pendidikan dan untuk penyidikan. Dalam bedah
mayat, tubuh manusia yang telah meninggal
dipecahkan menjadi bagian-bagian kecil untuk
mempelajari berbagai struktur tubuh, fungsi organ,
atau untuk meneliti penyakit atau kondisi medis
tertentu.

7/1/20XX Pitch deck title 10


ADA 3 MACAM BEDAH MAYAT / OTOPSI

Otopsi Anatomi Otopsi Klinik Otopsi forensik


adalah otopsi yang dilakukan untuk ialah yang dilakukan untuk
kepentingan pendidikan, yaitu dengan adalah otopsi yang dilakukan untuk kepentingan peradilan, yaitu
mempelajari susunan tubuh manusia kepentingan kesehatan, seperti untuk membantu penegakan hukum dalam
yang normal. penelitian dan pengembangan ilmu rangka menemukan kebenaran
pengetahuan. materil.

7/1/20XX Pitch deck title 11


BEDAH MAYAT DALAM HUKUM POSITIF
Pengaturan tentang bedah mayat terdapat dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 118 Berisi tentang prosedur permintaan bedah mayat (autopsy). Dalam ayat ini dijelaskan bawa jika
ditemukan mayat yang tidak diketahui identitasnya maka perlu diadakan upaya identifikasi penyidik.
Pasal 119 Berisi tentang untuk pengembangan pelayanan kesehatan pelaksanaa bedah mayat klinis (autopsy
klinis) bisa dilaksanakan di rumah sakit. Kemudian dijelaksan tentang tujuan dari bedah mayat, dan penjelasan tentang
pentingnya bedah mayat klinis untuk mendiagnosa penyakit dan mengetahui sebab kematian dari seseorang mutlak
harus dilakukan.
Pasal 121 Berisi tentang pihak yang berkewenangan melaksanakan bedah maya (autopsy) adalah dokter yang
sesuai keahliandan kewenangannya. Kemudian dijelaksan pada saat melaksanakan bedah mayat klinis dan bedah
mayat anatomi terhadap tubuh mayat kemudian ditemukan adanya dugaan tindak pidana maka dokter yang
melaksanakan bedah mayat berhak melaporkannya kepada penyidik.
Pasal 122 Berisi tentang bedah mayat untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan bedah mayat jenis
bedah mayat forensik, untuk jenis bedah mayat ini boleh dilakukan oleh dokter ahli forensik dan pelaksanaannyan juga
harus dilakukan ditempat instalasi forensik di rumah sakit tersebut. Kemudian dalam pasal tersebut juga dijelaskan
yang bertanggung jawab atas tersedianya pelayanan bedah mayat forensik diwilayahnya ialah pemerintah daerah.
Jadi hukum bedah mayat di ataur dalam Undang-undang kedokteran, hal inilah yang menjadi dasar bagi seorang
penegak hukum dan ahli forensik dalam melaksanakan tugas dan wewenang mereka dalam kesejahteraan hidup
masyarakaat.
7/1/20XX Pitch deck title 12
BEDAH MAYAT DALAM HUKUM ISLAM

bedah mayat yang diperbolehkan dalam islam

1. Pembedahan mayat untuk menyelamatkan janin


Status hukum pembedahan untuk menyelamatkan bayi adalah
boleh. Dengan beberapa syarat di antaranya yaitu apabila usia
kandungannya telah mencapai usia 6 bulan atau lebih, atau pun dengan
perkataan para dokter apabila di bedah mempunyai harapan besar untuk
hidup. Akan tetapi jika usia kandungan tersebut belum mencapai 6 bulan
atau tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup maka haram melakukan
pembedahan pada mayat tersebut dan harus menunggu sampai janin itu
mati baru boleh menguburkan mayat.
7/1/20XX Pitch deck title 13
2. PEMBEDAHAN MAYAT UNTUK MENGELUARKAN
BARANG-BARANG BERHARGA DARI DALAM PERUT

Hal tersebut dianggap mendesak karena ada tuntutan hak orang


yang masih hidup agar benda berharga yang ditelan oleh si mayat itu
dapat dikembalikan kepada yang berhak. Jika tidak, maka hal ini akan
menjadi beban bagi si mayat. Mayat tersebut akan selamanya disiksa
dialam kubur jika pemilik tidak pernah mengikhlaskan benda yang
ditelan oleh simayat. Maka dari itu orang hiduplah yang yang memiliki
kewajiban untuk menolongnya.

7/1/20XX Pitch deck title 14


3. BEDAH MAYAT UNTUK PENEGAKAN HUKUM

Menjatuhkan sangsi hukuman bagi terdakwa, tidak boleh dihalang-halangi


oleh siapapun dan dengan alasan apapun; misalnya pelaku atas meninggalnya
korban tidak diketahui dan tidak ada tanda-tanda atau alat bukti yang dapat
dijadikan bukti. Hal ini berarti sulit untuk diketahui siapa pelaku atas meninggalnya
korban dan juga tidak dapat dibuktikan melalui penyelidikan diluar badan mayat,
maka dibolehkan dalam Islam untuk membedah mayat sebagaimana salah satu cara
untuk mencari data-data yang diperlukan untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Pembedahan mayat ini pula dianggap mendesak karena penegakan hukum secara
adil membutuhkan data yang lengkap dan konkret. Misalnya; untuk mengeluarkan
peluru yang tembus keperut simayat, atau untuk benda lain serta untuk keperluan
otopsi. Jika penegak hukum tidak mau mengusut kejahatan karena yang dianiaya
sudah mati, lalu takut mengadakan pengusustan dengan melalui pembedahan
mayat, maka berarti ia memberi jalan kepada penjahat untuk tidak takut beraksi.
7/1/20XX Pitch deck title 15
4. PEMBEDAHAN MAYAT UNTUK KEPENTINGAN ILMU
KEDOKTERAN

Di dunia ini masih ada jenis-jenis penyakit yang belum diketahui


obatnya dan dengan melakukan aotopsi klinis, para dokter atau
ilmuwan kesehatan akan membedah mayat untuk mencari tahu jalan
keluar dan jawaban dari keraguan atau ketidaktahuan mengenai
persoalan medis yang mereka hadapi. Jika memang dibutuhkan mayat
sebagai sarana penelitian untuk pengembangan ilmu kedokteran, maka
dalam islam dibolehkan. Karena pengembangan Ilmu Kedokteran
bertujuan untuk mensejahterakan umat manusia, sedangkan misi Islam
sejalan dengan tujuan tersebut.

7/1/20XX Pitch deck title 16


EUTHANSIA

7/1/20XX Pitch deck title 17


KESIMPULAN

Transplantasi organ tubuh adalah memindahkan organ tubuh


seseorang yang masih berfungsi kepada tubuh orang lain yang
membutuhkan dengan kondisi darurat. Menurut hukumnya boleh
selama tidak menetang aturan agama maupun aturan negara.
Bedah mayat adalah proses pembedahan atau penelitian terhadap
tubuh manusia yang telah meninggal. Menurut hukumnya di bolehkan
selama tidak menetang aturan agama maupun negara

7/1/20XX Pitch deck title 18


THANK YOU

7/1/20XX Pitch deck title 19

Anda mungkin juga menyukai