Anda di halaman 1dari 22

METODE

PENELITIAN
LINGUISTIK
Bram Denafri, M.Hum
01
Landasan Teori
Pengertian Teori
Teori merujuk pada sekelompok asas-asas yang tersusun secara logis dan
biasanya bersifat general untuk menjelaskan suatu fenomena. Suatu teori
harus dapat diuji kebenarannya. Bila tidak dia bukan sebuah teori.
Fungsi Teori dalam Penelitian
1. Memperjelas dan mempertajam ruang lingkup konstruk variable
yang diteliti.
2. Pemandu untuk menemukan fakta
3. Untuk membahas hasil penelitian sehingga bisa digukan untuk
memberikan saran dalam pemecahan masalah.
Langkah-langkah dalam deskripsi teori
1. Tetapkan nama variable yang diteliti dan jumlah variabelnya
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian,
skripsi, tesis dan disertasi) yang relevan dengan setiap variable yang
diteliti.
3. Cari teori yang berkaitan dengan setiap variable yang akan diteliti,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber lain dan tentukan
teori yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
02
METODE
PENGUMPULAN
DATA
Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data dengan observasi langsung
a. Pengamatan yang tidak terstruktur
Peneliti tidak mengetahui aspek-aspek apa yang ingin diamatinya.
- Partisipan
- Setting
- Tujuan
- Prilaku social
- Frekuensi dan lamanya kejadian
b. Pengamatan Terstruktur
Peneliti sudah mengetahui aspek atau permasalahan yang diteliti.
- Mencatat pengamatan
- Hubungan antara pengamat dengan yang diamati (secara wajar)
- Membuat kategori
- Menentukan sampling (waktu, kejadian dan lain sebagainya)
2. Pengumpulan data dengan wawancara
3. Pengumpulan data melalui daftar pertanyaan (kuosioner)
03
METODE
PENGUMPULAN
DATA
(Sudaryanto)
Metode Simak
1. teknik dasar: teknik sadap
2. teknik lanjutan: teknik SLC
3. teknik lanjutan: teknik SBLC
4. teknik lanjutan: teknik rekam
5. teknik lanjutan: teknik catat
Metode Cakap
Metode Cakap beserta dengan aneka tekniknya Disebut "metode cakap" atau
"percakapan" karena memang berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti selaku
peneliti dengan penutur selaku narasumber. lni dapat disejajarkan dengan metode
wawancara atau interview juga dalam ilmu sosial khususnya antropologi

1. Teknik Dasar: Teknik Pancing

Pada praktiknya, percakapan atau metode cakap itu diwujudkan dengan pemancingan. Si
peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama harus dengan segenap kecerdikan dan
kemauannya memancing seseorang atau beberapa orang agar berbicara. Kegiatan
memancing itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya, dan disebut "teknik pancing".
2. Teknik Lanjutan I: Teknik Cakap Semuka  
Kegiatan memancing bicara itu dilakukan pertama-tama dengan
pereakapan langsung, tatap muka, atau bersemuka; jadi, lisan. Dalam
hal ini, tentu saja percakapan itu dikenali oleh si peneliti dan diarahkan
sesuai dengan kepentingannya yaitu mernperoleh data selengkap­
lengkapnya sebanyak tipe data yang dikehendaki atau diharapkan ada.
Ini merupakan teknik lanjutan yang pertama dan dapat disebut "teknik
cakap semuka" atau "teknik CS". Dalam hal ini, lalu baik diri peneliti
sendiri maupun diri orang yang dipancing datanya secara bersama-
sarna sebagai satu kesatuan yang dapat dipandang
sebagai alatnya.
 
3. Teknik Lanjutan II: Teknik Cakap Tansemuka
 
Keeuali dengan percakapan langsung, kegiatan memancing bicara itu dilakukan
pula dengan percakapan tidak langsung, tidak tatap muka, atau tidak
bersemuka; yaitu dengan tertulis. Jadi, seperti kuesioner dalam ilmu sosia!. Ini
juga merupakan teknik lanjutan dan dapat disebut "teknik cakap tansemuka"
atau "teknik CTS". Dalam hal ini, peranan peneliti sendiri sebagai alat
digantikan dengan "daftar aneka tanyaan", rneskipun untuk peranan orang yang
dipancing sebagai alat tidak tergantikan. Teknik ini digunakan sebagai
imbangan teknik yang pertama bila karena sebab tertentu kontak langsung
dengan pembantu bahasa tidak mungkin dilakukan. Teknik ini dilakukan
dengan pengandaian pembantu bahasa yang bersangkutan melek huruf dan
bahasa yang diteliti memiliki wujud
tulis.
4. Teknik Lanjutan III dan IV: Teknik Rekam dan Teknik Catat
Ketika teknik pertama dilakukan, yaitu teknik CS, maka dapat dilakukan pula
perekaman, sarna seperti apa yang terjadi dalam rangka pelaksanaan metode
simak. Lalu kemudian diikuti dengan pencatatan pada kartu (atau pada disket,
kalau memanfaatkan teknologi komputer); jadi, digunakan teknik catat.
Sementara itu, bila teknik kedua yang dilakukan, yaitu teknik CTS,
kelanjutannya langsung digunakan teknik catat itu. Hal yang terakhir itu dapat
pula terjadi bila telmik CS yang digunakan, yaitu manakala karena sebab
tertentu perekaman tidak mungkin dilaksanakan. Dalam hal ini, penggunaan
teknik catat juga sarna seperti apa yang terdapat dalam rangka pelaksanaan
metode simak. Kesemuanya itu, selanjutnya diakhiri dengan klasifikasi atau
pengelompokan "kartu data".
04
METODE
ANALISIS DATA
(Sudaryanto)
1. Metode Padan
Metode Padan sering pula disebut metode identitas ialah metode yang
dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual
penentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa,
terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang
bersangkutan (lihat Sudaryanto 1993). Sudaryanto (1993) membagii
metode padan atas lima macam, yaitu:
1. Metode referensial (referential [identity] method), di mana alat
penentunya adalah kenyataan atau segala sesuatu (yang bersifat luar
bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa.
2. Metode fonetis artikulatoris (articulatory phonetic [identity] method),
di mana alat penentunya organ atau alat ucap pembentuk bunyi bahasa.
3. Metode translasional (translational [identity] method), di mana alat
penentunya bahasa atau lingual lain.
4. Metode ortografis (ortographic [identity] method), di mana alat
penentunya perekam dan pengawet bahasa atau tulisan.
5. Metode padan pragmatis (pragmatic [identity] method}, di mana alat
penentunya adalah lawan bicara.
2. Metode Agih
Metode agih adalah metode analisa data dengan alat penentunya justru
bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto,1993:15).
Teknik-teknik analisis yang tercakup dalam metode Agih antara lain :
1) Teknik Urai Unsur Terkecil 'Ultimate Constituent Analysis' (UCA)
Teknik Urai Unsur Terkecil dimaksudkan mengurai suatu satuan lingual
tertentu atas unsur-unsur terkecilnya. Unsur terkecil yang mempunyai
makna biasanya disebut "morfem". Contoh : Berlari, unsur terkecilnya
adalah “ber-” dan “lari”.
2) Teknik Pilah Unsur Langsung 'Immediate Constituent Analysis' (ICA)
Teknik ini berdekatan dengan teknik urai unsur terkecil, yaitu memilah atau
mengurai suatu konstruksi tertentu (morfologis atau sintaksis) atas unsur-unsur
langsungnya. Contoh: Ia pergi ke Jogja ("ia", 'pergi", dan "ke Jogja").
3) Teknik Lesap (delisi)
Teknik delisi adalah suatu unsur atau suatu satuan lingual yang menjadi unsur
dari sebuah konstruksi (morfologi)dilesapkan atau dihilangkan serta akibat-
akibat struktural apa yang terjadi dari pelesapan itu. Teknik ini pada hakekatnya
adalah pengurangan unsur dari sebuah konstruksi. Contoh: Tadi pagi, ia pergi ke
Jogjakarta
Konstruksi "pergi ke Jogjakarta", apakah unsur "ke" pada contoh di atas bersifat
wajib atau tidak. Bila "ke" dihilangkan maka akan menjadi: "pergi Jogjakarta".
4) Teknik Ganti (substitusi)
Teknik ganti (substitusi) yaitu menyelidiki adanya kepararelan atau kesejajaran distribusi
antara satuan lingual atau antara bentuk linguistik yang satu dengan satuan lingual
lainnya. Contoh: ”Mereka pergi ke sekolah”, dan ”Amin pergi ke sekolah”
Kata "Mereka" sekelas, sekategori, dan sejenis dengan kata "Amin", maka pernyataan itu
berdasarkan fakta bahwa dalam satuan kalimat dan kekata tertentu keduanya saling
menggantikan atau saling digantikan
5) Teknik Perluas (ekspansi)
Teknik perluas adalah teknik memperluas satuan lingual tertentu (yang dikaji atau yang
dibahas) dengan "unsur" satuan lingual tertentu baik perluasan ke kiri atau ke kanan.
Teknik berguna untuk:
(a) mengetahui identitas satuan lingual tertentu, dan
(b) mengetahui seberapa jauh satuan lingual yang dikaji itu dapat diperluas baik ke kiri
maupun ke kanan. Contoh : "Rumah baru dapat diperluas menjadi "rumah [yang] baru",
"dalam rumah baru", "dalam sebuah rumah baru", "di dalam rumah yang baru", dan
sejenisnya.
6) Teknik Sisip (interupsi)
Teknik sisip adalah kemungkinannya menyisipkan suatu unsur atau satuan lingual tertentu
terhadap suatu konstruksi yang sedang kita analisis. Contoh : Orang besar, bisa disisipi
"yang" atau "yang agak", orang [yang] besar, orang [yang agak] besar, dan seterusnya.
7) Teknik Balik (permutasi)
Teknik balik ialah kemungkinannya unsur-unsur (langsung) dan sebuah satuan atau
konstruksi (morfologis atau fraseologis) dibalikkan urutannya. Teknik ini bertujuan
menguji tingkat keketatan relasi antarunsur (langsung) suatu konstruksi atau satuan
lingual tertentu. Contoh: (1) Bir baru, berbeda dengan "baru bir" dan (2) Ali memukul
Norton, berbeda dengan "Norton memukul Ali".
Frase "bir baru" yang termasuk frase endosentris atributif benar-benar berbeda dan "baru
bir" (belum produksi yang lain) yang dipakai dalam konstruksi mempertentangkan.
Kalimat Ali memukul Norton, berbeda dengan Norton memukul Ali, karena kalimat
pertama Ali berperan sebagai agentif (pelaku) dan Norton sebagai pasientif (penderita),
sedangkan dalam kalimat kedua Norton berperan sebagai agentif (pelaku) dan Ali sebagai
pasientif (penderita).

Anda mungkin juga menyukai