Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dwika Meirawati

NPM : A1A017046
Kelas : 7B
Tugas : Laporan Bacaan Topik 10
(Hakikat Penelitian Bahasa dan Tahap-tahap Penelitian Bahasa)

HAKIKAT PENELITIAN BAHASA (Penelitian Bahasa 2)


Ilmu bahasa adalah ilmu tentang bahasa (Djajasudarma, 1993:24) atau studi ilmiah
tentang bahasa (Lyons, 1971:1; Crystal, 1985:181). Ilmu bahasa berurusan dengan bahasa
sebagai objeknya atau sebagai objek yang dikhususkan (lih. Sudaryanto, 1992:24). Salah satu
komponen wujud kegiatan ilmiah ilmu bahasa adalah dimilikinya metode.
A. Metode, Teknik, dan Prosedur
Kata metode berasal dari kata Yunani methodos. Kata methodos merupakan gabungan
dari kata depan meta yang artinya menuju, melalui, mengikuti, sesudah dan kata benda
hodos yang artinya jalan, perjalanan, cara, arah' (Bakker, 1986:10). Secara harfiah,
metode berarti 'cara atau jalan' (Hassan dan Koentjaraningrat, 1979:16). Beberapa ahli
mengemukakan pandangannya tentang metode, antara lain sebagai berikut :
 Metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami
objek ilmu yang bersangkutan (Hassan dan Koentjaraningrat, 1979:16)
 Metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu (Bakker, 1986:10)
 Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud
atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (lih. Djajasudarma, 1993:1; Alwi
dkk. 2001:740)
 Maksud metode adalah agar kegiatan praktis terlaksanakan secara rasional dan
terarah untuk mencapai hasil optimal (Bakker, 1986:10).
Metode yang digunakan dalam penelitian bahasa disebut metode penelitian bahasa.
Metode penelitian bahasa adalah cara kerja yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan fenomena objek ilmu bahasa atau merupakan cara mendekati, mengamati,
menganalisis, dan menjelaskan masalah di dalam objek ilmu bahasa itu (Kridalaksana,
2001:106; Hartmann dan Stork, 1972:141). Di samping metode, dikenal pula istilah
teknik dan prosedur. Dua istilah itu hadir karena sifat metode yang abstrak. Maksudnya,
metode hanya dapat dikenali lewat teknik-tekniknya dan teknik-teknik) dapat dipahami
lewat prosedur-prosedurnya. Teknik itu menyangkut jabaran metode yang sesuai dengan
alat beserta sifat alat yang dipakai, sedangkan prosedur menyangkut tahapan atau urutan
penggunaan teknik (Sudaryanto, 1992:26).
Dalam penelitian bahasa, prosedur memberikan gambaran urutan pekerjaan yang
ditempuh dalam penelitian, teknik mengatakan alat-alat yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu penelitian, sedangkan metode memandu peneliti ke arah urutan
bagaimana penelitian dilakukan (Djajasudarma, 1993:2). Jadi, dalam pelaksanaan
penelitian bahasa, orang dapat mengenal metode hanya lewat teknik-tekniknya,
sedangkan teknik-teknik yang bersangkutan selanjutnya dapat dikenali dan
diidentifikasikan hanya lewat alat-alat yang digunakan beserta dengan sifat alat-alat yang
bersangkutan (Sudaryanto 1992:26-27). Dengan kata lain, metode adalah cara yang harus
dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode sehingga sebagai cara, kejatian
teknik ditentukan oleh adanya alat yang dipakai (Sudaryanto, 1993:9).

B. Penelitian, Riset, dan Survei


Penelitian adalah segala aktivitas berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan,
menjelaskan, menganalisis, dan menafsirkan fakta-fakta serta hubungan-hubungan antara
fakta-fakta alam, masyarakat, kelakuan, dan rohani manusia guna menemukan prinsip-
prinsip pengetahuan dan metode-metode baru dalam usaha menanggapi hal-hal tersebut
(Koentjaraningrat, peny 1979:6; Moeliono dkk. 1987:109). Penelitian (research) dapat
berupa pencarian teori, pengujian teori, atau pemecahan masalah (lih. Sevilla dkk.
1993:24). Penelitian menyangkut serangkaian kegiatan ilmiah yang meliputi kurun
pencarian masalah, kurun penemuan masalah, dan kurun pemecahan masalah
(Sudaryanto, 1993:1). Kurun pemecahan masalah terdiri atas beberapa tahap, yaitu tahap
penjaringan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian analisis data.
Di samping penelitian, terdapat pula istilah penyelidikan riset (research), dan survei
(survey). Riset dan survei merupakan dua wujud penelitian atau penyelidikan. Riset
adalah penelitian suatu masalah secara sistematis kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau penafsiran yang lebih
baik (Alwi dkk. 2001:751) Survei dipandang sebagai suatu jenis penelitian yang khusus
(Koentjaraningrat, peny, 1979:6). Survei adalah teknik riset yang bertugas untuk
mengadakan pemeriksaan, penyelidikan, dan peninjauan (Alwi dkk. 2001:874). Suatu
penelitian yang didasarkan pada survei disebut penelitian survei (Singarimbun dan
Sofian, peny., 1989:3).
C. Metode Penelitian Bahasa
Metode penelitian bahasa adalah cara kerja untuk memahami objek ilmu bahasa.
Objek ilmu bahasa adalah bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa keseharian biasa
yang digunakan manusia yang berkelompok-kelompok membentuk berbagai masyarakat
penutur yang ada tersebar di seluruh dunia (Sudaryanto, 1995:1). Metode penelitian
bahasa bertugas sebagai cara menemukan jawaban akan rasa ingin tahu manusia yang
berupa pengetahuan baru tentang bahasa. Cara yang dimaksud meliputi cara
mengumpulkan atau menyediakan dan menganalisis data serta mempelajari fenomena-
fenomena kebahasaan (lih. Djajasudarma, 1993;3). Metode penelitian bahasa
menyangkut cara kerja dalam rangka memerikan bahasa. Bahasa yang dimaksudkan
dibaca dan dipahami sebagai "satuan-satuan kebahasaan. Satuan-satuan kebahasaan itu
antara lain berupa kalimat-kalimat dan kata-kata.

D. Pentingnya Metode Penelitian Bahasa


Menurut Sudaryanto (1992:25), ada empat komponen yang dapat dicatat sebagai
pembentuk wujud kegiatan ilmiah yang disebut ilmu bahasa atau linguistik, yaitu:
a. Objek khusus yang berupa bunyi tutur atau berwujud bahasa tutur
b. Kerangka pikiran mengenai bahasa (langage)
c. Dugaan mula mengenai asas tertentu yang mengatur aspek tertentu bahasa tertentu
(langue)
d. Metode
Metode itu menjadi ciri utama kehadiran suatu ilmu. Peranan penting itu terlihat pada
terwujudnya tujuan ilmu bahasa (lih. Sudaryanto, 1992:25). Tanpa metode, tidak
mungkin terwujud tujuan ilmu bahasa, yaitu untuk memahami asas-asas yang mengatur
kerja bahasa yang dicari atau, jika mengikuti pendapat Uhlenbeck (1982:5), untuk
memperoleh pengertian yang selengkap-lengkapnya tentang gejala bahasa secara umum.
Terkait dengan betapa pentingnya metode bagi ilmu pengetahuan, Bakker (1986:15)
berpendapat sebagai berikut :
"Setiap ilmu mewujudkan metodenya sendiri sambil berjalan; setiap metode
membukakan objek penelitian sambil berjalan. Oleh karena itu, penentuan metode
pertama-tama termasuk kompetensi masing-masing ilmu pengetahuan sebab menuntut
adanya pengetahuan mendalam mengenai objek formal pribadi. Masing-masing ilmu
memikirkan dan membicarakan metodenya sendiri, menurut metode ilmiah itu sendiri.”
Dengan demikian, metode penelitian bahasa merupakan petunjuk kekhasan ilmu
bahasa. Metode yang dimiliki ilmu bahasa merupakan pembeda ilmu bahasa dari ilmu-
ilmu lain yang sama-sama termasuk ke dalam ilmu empiris. Yang khas dari ilmu bahasa
adalah objeknya, yaitu bahasa, dijelaskan dengan menggunakan bahasa pula.
Dalam pelaksanaan penelitian bahasa, metode yang baik haruslah sesuai dengan sifat
objek penelitian. Suatu metode penelitian dipilih dengan mempertimbangkan
kesesuaiannya dengan objek penelitian. Oleh karena itu, agar ada kecocokan antara
metode dan objek penelitian, metode mana yang akan dipilih untuk digunakan ditentukan
oleh identitas objek penelitian, dan bukan sebaliknya. Metode penelitian bahasa
menduduki tempat yang sangat penting dalam penelitian bahasa. Betapa pentingnya
metode itu perlu dihayati sepenuhnya oleh peneliti sebab, salah-benarnya penjelasan
fakta kebahasaan yang dijadikan objek penelitian atau berhasil-tidaknya sebuah
penelitian bergantung pada tepat-tidaknya metode penelitian yang diterapkan atau
digunakan.

TAHAP-TAHAP PENELITIAN BAHASA (Penelitian Bahasa 3)


Ilmu bahasa berusaha mencari keteraturan atau kaidah kaidah yang hakiki dari bahasa
yang ditelitinya (Chaer, 1994:11). Untuk menemukan kaidah-kaidah itu, diperlukan
penelitian yang sistematis. Penelitian yang sistematis adalah penelitian yang dilaksanakan
dengan melewati tiga tahap, yaitu :
A. Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian adalah tahap ketika peneliti mulai mempersiapkan diri
untuk merencanakan penelitian. Pada tahap ini, ada tiga langkah yang dapat dilakukan,
yaitu :
1) Menentukan topik penelitian. Topik penelitian dapat ditentukan lewat pengalaman
di lapangan atau studi kepustakaan. Yang dipertimbangkan dalam penentuan topik
penelitian adalah apakah topik penelitian layak untuk diteliti. Pertanyaan yang perlu
dijawab dalam penentuan topik adalah "sejauh manakah topik penelitian itu sudah
pernah diteliti sebelumnya?" (Steinhauer, 1990:49).
2) Melaksanakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan bermanfaat untuk
memantapkan tujuan penelitian. Dengan studi kepustakaan, peneliti akan memperoleh
gambaran yang memadai tentang kerangka acuan, ruang lingkup masalah yang diteliti,
dan gambaran hasil penelitian. Menurut Semi (1993:11), studi kepustakaan dapat
membantu dalam pengembangan teori penelitian, bahkan dapat pula sekaligus
melakukan perumusan masalah atau menyempurnakan perumusan masalah yang
sudah dibuat sebelumnya.
3) Menyusun rancangan penelitian. Yang dimuat dalam rancangan penelitian meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, tinjauan pustaka,
landasan atau kerangka teori, hipotesis (kalau ada), cara penelitian, dan jadwal
penelitian. Rancangan penelitian itu disusun demi keterarahan penelitian yang akan
dilaksanakan.

B. Pelaksanaan Penelitian
Ada dua tahap yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian di bidang bahasa, yaitu
penjaringan, atau penyediaan (menurut istilah Sudaryanto, 1993:131-143), dan
pengorakan data.
Penjaringan data digunakan dalam arti pengumpulan, penyediaan, pengklasifikasian,
dan penataan data secara sistematis". Prinsip yang dipegang dalam penjaringan data
adalah data tidak sama dengan objek penelitian, data ada di atas objek penelitian dan
dalam data itulah objek penelitian dapat dikenali. Penjaringan data hanya dapat dilakukan
dengan baik apabila peneliti menghayati objek yang diteliti. Penghayatan yang dimaksud
bukan sekadar hal mengetahui, melainkan perlu dilakukan pemahaman. Yang perlu
diperhatikan dalam penjaringan data adalah bukan banyak atau melimpahnya data,
melainkan kehandalan, kesahihan, dan kelengkapan data yang terjaring. Data dinyatakan
handal jika mewakili corak bahasa yang menjadi objek penelitian dan diperoleh dari
sumber tertulis dan/atau lisan yang terpercaya, sahih jikalau handal dan berhubungan
dengan masalah yang menjadi objek penelitian, dan lengkap jika melingkupi seluruh
masalah yang dihadapi dalam objek penelitian (lih. Steinhauer, 1990:51).
Penjaringan data berakhir apabila telah tertranskripsi dan tertata secara sistematis (lih.
Sudaryanto, 1992:58) Transkripsi berkaitan dengan pencatatan data, sedangkan
ketertataan secara sistematis berhubungan dengan klasifikasi data. Transkripsi itu dapat
berupa transkripsi fonetis, transkripsi fonemis, atau transkripsi ortografis. Klasifikasi data
yang baik adalah klasifikasi yang gayut dengan masalah yang diteliti dan diorakkan.
Pemorakan atau analisis data dilakukan setelah data yang terjaring diklasifikasikan
dan ditata secara sistematis. Menganalisis data berarti mengamati, membedah atau
mengurai, dan memburaikan atau memorakkan masalah yang terkandung dalam data itu
(bdk. Subroto, 1992:55). Prinsip yang dipegang dalam pemorakan data itu adalah
menyamakan hal-hal yang sama dan membedakan hal-hal yang memang berbeda.
Analisis data berakhir setelah semua masalah yang dihadapi terporakkan atau teranalis
dengan hasil yang berupa kaidah bagi objek sasaran yang diteliti. Kaidah yang
ditemukan itu, menurut Sudaryanto (1993:7), menampakkan tiga jenis aspeknya berikut.
1. lingkup jangkauan domain, ranah) berlakunya kaidah yang dibatasi atau dikendalai
oleh constraint nya)
2. macam jenis, atau tipenya (ada berapa macam)
3. hubungan pendasaran antarkaidah (mana dari sekian kaidah yang ditemukan itu
merupakan kaidah pokok atau kaidah dasar)

C. Pelaporan Hasil Penelitian


Suatu penelitian dinyatakan selesai apabila hasil pemorakan atau penganalisisan data
yang telah dikerjakan oleh peneliti telah ditulis dan disajikan dalam laporan (yang dapat
berbentuk makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi). Hasil pemorakan
data dapat dilaporkan secara skematis, matematis, dan atau deskriptif. Prinsip yang
dipegang dalam menyusun laporan hasil penelitian itu adalah "mengedepankan" hal-hal
yang penting dan "mengemudiankan" hal-hal yang kurang penting.

Anda mungkin juga menyukai