Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dwika Meirawati

NPM : A1A017046
Kelas : 7B
Tugas : Laporan Bacaan Topik 12 (Analisis Data Penelitian Bahasa)

ANALISIS DATA PENELITIAN BAHASA


Analisis data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang
terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993:6). Penanganan itu tampak dari adanya tindakan
mengamati, membedah atau mengurai, dan memburaikan atau memorakkan masalah yang
bersangkutan dengan cara cara khas tertentu. Cara-cara khas tertentu yang ditempuh peneliti
untuk memahami problematik satuan kebahasaan yang diangkat sebagai objek penelitian
itulah yang disebut metode analisis data (lih. Sudaryanto, 1994:57). Metode analisis data
dapat dipilah menjadi dua jenis menurut letak alat penentunya, yaitu metode padan dan
metode agih.

A. Analisis Data dengan Metode Padan

Metode padan atau metode identitas (Sudaryanto, 1981:13, Subroto, 1992:55), adalah
metode analisis data yang alat penentunya berada di luar dan tidak menjadi bagian dari
bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993-13). Tujuan analisis
data dengan metode padan adalah untuk menentukan kejadian atau identitas objek
penelitian. Kejadian atau identitas aturan kebahasaan yang dijadikan objek penelitian itu
ditentukan berdasarkan tingginya kadar kesepadanan keselarasan, kesesuaian,
kecocokan, atau kesamaannya dengan alat penentu yang bersangkutan yang sekaligus
menjadi standard atau pembakunya (Sudaryanto, 1993:13).

1. Jenis-jenis Metode Padan


Alat penentu metode padan terdiri atas lima macam, yaitu referen bahasa, organ
wicara, bahasa (langue) lain, bahasa tulis, dan mitra wicara. Metode padan dapat
dibedakan menjadi lima subjenis, yaitu metode padan referensial, fonetis artikulatoris,
translasional, ortografis, dan pragmatis.
Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen
bahasa. Referen bahasa adalah kenyataan atau unsur luar bahasa yang ditunjuk satuan
kebahasaan (Kridalaksana, 2001:186). Metode padan referensial itu digunakan untuk
menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang ditunjuk.
Metode padan fonetis artikulatoris adalah metode padan yang alat penentunya berupa
organ pembentuk bahasa atau organ wicara (Sudaryanto, 1993:13). Metode ini dapat
digunakan, misalnya, untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa. Metode padan
translasional adalah metode padan yang alat penentunya bahasa lain. Bahasa lain yang
dimaksud adalah bahasa di luar bahasa yang diteliti. Metode ini digunakan untuk
mengidentifikasi satuan kebahasaan dalam bahasa tertentu berdasarkan satuan
kebahasaan dalam bahasa lain.
Metode padan ortografis adalah metode padan yang alat penentunya berupa bahasa
tulis. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi, misalnya, identitas kata-
kata homofon. Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya
lawan atau mitra wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya satuan
kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra
wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara.

2. Teknik-teknik Metode Padan


Metode padan diwujudkan melalui teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar
adalah teknik yang diterapkan mendahului atau sebelum teknik lanjutan digunakan.
Teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur penentu, sedangkan teknik lanjutannya adalah
teknik hubung banding. Menurut Sudaryanto (1993:28 30), penggunaan metode padan
memerlukan persyaratan sebagai berikut :
1) Metode padan hanya dapat digunakan dengan baik fika seluk-beluk penentu dikuasai
benar-benar. Untuk menguasai seluk-beluk penentu itu, diperlukan pengetahuan yang
memadai mengenai ilmu-ilmu yang meneliti hal-hal yang dalam rangka analisis
bahasa menjadi alat penentu. Misalnya : (a) fisiologi untuk metode padan yang alat
penentunya organ wicara; (b) ilmu yang objek penelitiannya sisi tuturan untuk metode
padan yang alat penentunya referen bahasa; (c) ortografi, grafologi, dan paleografi
untuk metode padan yang alat penentunya bahasa tulisan; (d) ilmu bahasa yang
khusus mengenai bahasa untuk metode padan yang alat penentunya bahasa (langue)
lain; (e) psikologi, fonetik auditif, dan pragmatik untuk metode padan yang alat
penentunya mitra wicara.
2) Metode padan dapat digunakan dengan baik jika kemampuan mencocokkan antara
data yang ditentukan dengan alat penentunya dikuasai benar benar. Tanpa
kemampuan itu, prinsip "kecocokan mendasar yang tampak sebagai bawaan atau
kecocokan inherent antara data yang ditentukan dengan alat penentunya haruslah
benar-benar ada" tidak akan dipahami dengan baik.

a. Teknik Pilah Unsur Penentu


Teknik pilah unsur penentu adalah teknik analisis data dengan cara memilah-milah
satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang
bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (lih. Sudaryanto, 1993:1). Daya pilah itu
dapat disebut daya pilah fonetis artikulatoris, translasional, referensial, ortografis, dan
pragmatis.Daya pilah fonetis artikulatoris adalah daya pilah dengan organ wicara sebagai
alat penentu. ldentitas konsonan /b/ dan /l/, misalnya, dibedakan satu sama lain menurut
organ wicara yang menghasilkan.
Daya pilah translasional berwujud bahasa lain sebagai penentu. Misalnya, identitas
kata dalam bahasa Indonesia dapat ditentukan berdasarkan identitas kata dalam bahasa
Inggris. Daya pilah referensial adalah daya pilah yang menggunakan referen atau sosok
yang diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu. Referen itu dapat berupa benda,
tempat kerja, sifat, dan keadaan yang diacu oleh satuan kebahasaan yang diidentifikasi.
Daya pilah ortografis adalah daya pilah yang menggunakan bahasa tulis sebagai penentu.
Daya pilah pragmatis adalah daya pilah yang menggunakan mitra wicara sebagai
penentu. Penjenisan kalimat menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah,
misalnya, ditentukan berdasarkan reaksi mita bicara.

b. Teknik Hubung Banding


Teknik hubung banding adalah teknik analisis data dengan cara membandingkan
satuan-satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu untuk mencari kesamaan,
perbedaan, dan kesamaan hal pokok di antara satuan-satuan kebahasaan yang
dibandingkan. Dengan demikian, teknik hubung banding itu dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu teknik hubung banding menyamakan, teknik hubung banding
memperbedakan, dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (Sudaryanto,
1993:27).
Teknik hubung banding menyamakan adalah teknik analisis data yang alat
penentunya berupa daya banding menyamakan di antara satuan-satuan kebahasaan yang
ditentukan identitasnya. Teknik hubung banding memperbedakan adalah teknik analisis
data yang alat penentunya berupa daya banding memperbedakan di antara satuan-satuan
kebahasaan yang ditentukan identitasnya. Teknik hubung banding menyamakan hal
pokok adalah teknik analisis data yang alat penentunya berupa daya banding
menyamakan hal pokok di antara satuan-satuan kebahasaan yang ditentukan identitasnya.

B. Analisis Data dengan Metode Agih


Istilah lain untuk metode agih (dalam Sudaryanto,1993) adalah metode distribusional
(dalam Sudaryanto, 1985). Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada
di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1985:5; 1993-15).
Kalau yang diteliti adalah satuan kebahasaan dalam bahasa Indonesia, misalnya, alat
penentunya adalah satuan kebahasaan lain yang ada dalam bahasa Indonesia itu pula.
Teknik dasar metode agih itu adalah teknik bagi unsur langsung, sedangkan teknik
lanjutannya ada sebelas jenis. Kesebelas teknik lanjutan itu adalah teknik lesap, teknik
ganti, teknik perluas, teknik sisip, teknik balik, teknik ubah ujud, tekruk ulang, teknik
baca markah, teknik pemerkuat, teknik pemorakan, dan teknik pengontrasan.

1. Teknik Bagi Unsur Langsung


Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu
konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur, unsur-unsur itu dipandang sebagai
bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (lih. Sudaryanto,
1993:21: Baryadi. 2000 148). Teknik bagi unsur langsung itu bermanfaat untuk
menentukan bagian-bagian fungsional suatu konstruksi. Hasil penerapan teknik bagi
unsur langsung itu menjadi dasar bagi analisis data selanjutnya. Alat penentu teknik bagi
unsur langsung adalah instuisi kebahasaan peneliti terhadap bahasa yang diteliti. Intuisi
kebahasaan adalah kesadaran penuh yang tak terumuskan tetapi tepercaya, terhadap apa
dan bagaimananya kenyataan yang bersifat kebahasaan (lih. Sudaryanto, 1993:32).

2. Teknik Lesap
Teknik lesap adalah teknik analisis data dengan cara melesapkan satuan kebahasaan
yang dianalisis. Alat penentunya adalah satuan kebahasaan yang dilesapkan (bdk.
Sudaryanto, 1993:40). Kegunaan teknik lesap adalah untuk membuktikan kadar keintian
satuan kebahasaan dalam suatu konstruksi. Penerapan teknik lesap menghasilkan dua
kemungkinan, yaitu satuan kebahasaan inti dan bukan inti. Hasilnya berupa satuan
kebahasaan inti apabila pelesapannya mengakibatkan konstruksi bagian sisanya tidak
berterima dan berupa satuan kebahasaan bukan inti apabila konstruksi bagian sisanya
tetap gramatikal.
3. Teknik Ganti
Teknik ganti, yang biasa pula disebut dengan istilah (teknik) distribusi (Verhaar,
1981:108), adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaan tertentu
di dalam suatu konstruksi dengan satuan kebahasaan yang lain di luar konstruksi yang
bersangkutan. Teknik ganti itu berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau
kategori satuan kebahasaan terganti dengan satuan kebahasaan penggantinya.

4. Teknik Per-luas
Teknik perluas adalah teknik analisis data dengan cara memperluas satuan kebahasaan
yang dianalisis dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu. Perluasan itu dapat
dilakukan ke kiri dan ke kanan sehingga lahirlah dua subjenis teknik perluas, yaitu teknik
perluas ke kiri dan teknik perluas ke kanan. Teknik perluas digunakan untuk menentukan
segi-segi kemaknaan satuan kebahasaan tertentu (Sudaryanto, 1993:55).

5. Teknik Sisip
Teknik sisip adalah teknik analisis data dengan cara menyisipkan satuan kebahasaan
lain di antara konstruksi yang dianalisis. Kegunaan teknik sisip ini adalah untuk
mengetahui kadar keeratan satuan-satuan kebahasaan yang dipisahkan oleh penyisip.
Bila adanya penyisip itu dimungkinkan berarti kadar keeratan satuan-satuan yang
dipisahkan rendah dan bila tidak dimungkinkan, berarti tinggi (lih. Sudaryanto, 1993:66).

6. Teknik Balik
Teknik balik adalah teknik analisis data dengan cara mengubah atau membalik
struktur satuan kebahasaan yang dianalisis. Kegunaan teknik balik itu adalah untuk
mengetahui (a) kadar ketegaran letak suatu satuan kebahasaan di dalam kalimat dan (b)
kadar tifon antara dua satuan kebahasaan yang sama informasinya (Sudaryanto, 1993:74,
79). Teknik balik dilaksanakan dengan mengubah struktur kalimat yang dianalisis.
Caranya adalah dengan memindahkan letak suatu konstituen ke tempat lain dalam
kalimat yang sama. Bila konstituen dapat dipindahkan letaknya berarti letaknya tidak
tegar tetapi bila letaknya tidak dapat dipindahkan berarti letaknya tegar.
Aposisi adalah satuan kebahasaan yang menjelaskan satuan kebahasaan lain yang
mendahului dalam suatu konstruksi. Ada kadar keapositifan antara yang diaposisi dan
yang mengaposisi. Kadar keaposistian itu tinggi bila letak satuan kebahasaan yang
diaposisi dan yang mengapsisisi dapat dibalik tanpa mengubah informasi yang
terkandung dan rendah bila pembalikan itu mengubah informasi yang terkandung.
7. Teknik Ubah Ujud
Teknik ubah ujud adalah teknik analisis data dengan cara mengubah wujud atau
bentuk satuan kebahasaan yang dianalisis. Penerapan teknik ini selalu mengakibatkan
berubahnya wujud atau bentuk salah satu atau beberapa unsur satuan kebahasaan yang
dianalisis (Sudarwanto, 1993:38). Menurut Sudaryanto (1993-95) kegunaan teknik ubah
ujud terdapat pada tataran sintaksi kegunaan itu antara lain adalah untuk menentukan
satuan makna atau peran konstituen sintaktis. Yang perlu diperhatikan adalah
pengubahan wujud suatu struktur atau konstruksi menghasilkan struktur atau konstruksi
parafrasa yang berterima, baik secara bentak maupun makna.

8. Teknik Ulang
Teknik ulang adalah teknik analisis dengan cara mengulang satuan kebahasaan yang
dianalisis. Kegunaan teknik ulang adalah untuk menentukan kejatian atau identitas
satuan kebahasaan yang diulang. Pengulangan terdiri atas dua jenis, yaitu pengulangan
berdasarkan rupa satuan kebahasaan yang diulang (Kridalaksana, 2001:28) dan
berdasarkan makna penggabungan dua bentuk yang mengandung makna yang sinonim
(lih Simatupang, 1983:45) Oleh karena itu, teknik ulang dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu teknik ulang bentuk dan teknik ulang makna (Sudaryanto, 1993:94).
Teknik ulang bentuk dapat digunakan untuk menentukan perbedaan makna satuan
kebahasaan yang tidak diulang dan yang diulang. Teknik ulang bentuk dapat digunakan
untuk menentukan perbedaan penggunaan satuan-satuan kebahasaan yang sinonim.
Teknik ulang makna dapat digunakan pula untuk menentukan makna satuan kebahasaan
hasil pengulangan.

9. Teknik Baca Markah


Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara “membaca pemarkah”
dalam suatu konstruksi. Istilah lain untuk pemarkah adalah penanda. Pemarkah itu adalah
alat seperti imbulan kata penghubung kata depan dan artikel yang menyatakan ori
ketatabahasaan atau fungkata atau konstruksi (lih. Kridalakan, 2001161 Pemarkahan itu
menunjukkan kejatian atau identitas satuan kebahasan tertentu dan kemampuan
membaca peranan pemaarkah itu (marker) berarti kemampuan menentukan kesan yang
dimaksud (Sudaryanto, 1991:05).
Teknik baca markah dapat digunakan untuk menentukan peran konstituen kalimat.
Caranya adalah dengan membaca satuan kebahasaan yang menjadi pemarkah peran
konstituen kalimat yang dimaksud. Pemarkah itu dapat berupa imbuhan dan kata.
10. Teknik Pemerkuat
Teknik pemerkuat adalah teknik analisis data dergan cara menghadirkan satuan
kebahasaan lain yang merupakan perifrasa dari satuan kebahasaan yang dianalisis.
Perifrasa menunjuk kepada pengungkapan yang panjang sebagai pengganti
pengungkapan yang lebih pendek (Kridalaksana 2001:169). Teknik pemerkuat berguna
untuk menentukan kekhasan identitas suatu konstituen dalam suatu konstruksi.

11. Teknik Pemorakan


Teknik pemorakan disebut pula teknik sodor data lawan. Teknik ini diperkenalkan
oleh Baryadi (2000:158). Teknik pemorakan adalah teknik analisis dengan cara
mengajukan data lawan (counter data) terhadap satuan kebahasaan yang dianalisis.
Teknik ini diterapkan pada data yang tidak dapat dianalisis dengan menggunakan teknik
balik.

12. Teknik Pengontrasan


Istilah lain untuk teknik pengontrasan (Baryadi, 2000:158) adalah teknik oposisi
(Subroto, 1992:70-73). Teknik pengontrasan itu adalah teknik analisis data dengan
mengontraskan satuan kebahasaan data tertentu dengan data lain. Teknik pengontrasan
dapat dimanfaatkan untuk menentukan fonem. Pengontrasan itu dilakukan dengan
menggunakan pasangan minimal, yaitu pasangan yang berupa kata tunggal dengan
perbedaan sebuah unsur bunyi (vokal atau konsonan) (lih. Subroto, 1992:70). Teknik
pengontrasan dapat pula digunakan untuk menentukan kategori morfologis kata lewat
kaidah pembentukan kata. Teknik pengontrasan dapat pula digunakan untuk
membuktikan kadar keaktifan kalimat aktif.

Anda mungkin juga menyukai