Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dwika Meirawati

NPM : A1A017046
Kelas : 7B
Tugas : Laporan Bacaan Topik 11 (Penjaringan Data)

PENJARINGAN DATA

Penjaringan data digunakan dalam pengertian pengumpulan sekaligus


pengklasifikasian data penelitian. Penjaringan data dapat disebut pula “pengumpulan data”
atau penyediaan data”. Dalam pelaksanaan penelitian, penjaringan dapat dikatakan selesai
apabila data yang terkumpul sudah diklasifikasikan dan siap dianalisis.

A. Penjaringan Data melalui Percakapan


Data dapat dijaring lewat percakapan atau kontak antara peneliti dan informan
(bahasa). Penjaringan data dengan cara demikian disebut penjaringan data dengan
menggunakan metode cakap. Metode cakap terkenal dengan istilah wawancara atau
interview. Data yang dijaring melalui percakapan adalah data yang berasal dari bahasa
lisan. Metode cakap diwujudkan lewat teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya
adalah teknik pancing, sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik cakap bertemu muka
dan teknik cakap tak bertemu muka.
1. Teknik Pancing
Metode cakap diterapkan pertama-tama dengan teknik pancing. Maksudnya, untuk
mendapatkan data penelitian, peneliti harus dengan segenap kecerdikan dan kemauannya
memancing informan agar berbicara (lih. Sudaryanto, 1993:137). Informan (bahasa)
adalah orang yang berfungsi sebagai narasumber bahan penelitian, pemberi informasi,
dan pembantu si peneliti dalam tahap pemerolehan data untuk dianalisis (Sudaryanto,
1993:138). Informan adalah orang yang memberikan keterangan tentang data bahasa (lih.
Kridalaksana, 2001:83)
Menurut Sudaryanto (1988:28-32), syarat informan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Normal, baik secara lahiriah yang menyangkut artikulasi maupun secara kejiwaan
yang menyangkut akal budi
b. Sudah dewasa dan belum renta dengan umur antara 20 sampai dengan 50 tahun
c. Cerdas dan kreatif karena dengan kecerdasan dan daya kreativitasnya dapat
dimungkinkan adanya perolehan data yang beraneka yang menunjukkan keanekaan
tipe penggunaannya
d. Bukan orang yang secara kejiwaan dikuasai oleh teori, karena dengan sifat kejiwaan
yang demikian itu dikhawatirkan jalan ke arah pemberian data yang palsu, yaitu
"data" yang logis menurut teori tertentu
2. Teknik Cakap Bertemu Muka
Penjaringan data lewat percakapan antara peneliti dan informan dapat dilakukan
dengan bertemu langsung atau tatap muka. Penjaringan data dengan teknik ini
dilaksanakan dengan syarat bahwa antara penjaring data dan informan berada dalam satu
ruang sehingga dapat saling melihat.
3. Teknik Cakap Tak Bertemu Muka
Kegiatan menjaring data dengan percakapan dapat pula dilakukan dengan percakapan
tidak langsung tidak bertatap muka, yaitu secara tertulis dalam bentuk kuesioner. Teknik
ini diterapkan apabila karena alasan tertentu bertemu langsung antara peneliti dan
informan tidak mungkin dilakukan. Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah
informan yang dipilih diandaikan "melek huruf" dan bahasa yang diteliti memiliki
"wujud tulis" (lih. Sudaryanto, 1988:8).
B. Penjaringan Data dengan Penyimakan
Penjaringan data dapat pula dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Metode
penjaringan data dengan cara ini disebut metode simak atau metode observasi. Dalam
pelaksanaan penjaringan data, metode simak diwujudkan lewat teknik dasar dan teknik
lanjutan pula. Teknik dasarnya disebut teknik sadap, sedangkan teknik lanjutannya
disebut teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap.
1. Teknik Sadap
Teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan
bahasa seseorang atau beberapa orang. Bahasa yang disadap dapat berbentuk lisan dan
tulisan.
2. Teknik Simak Libat Cakap
Kegiatan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang dapat
dilakukan dengan ikut terlibat atau berpartisipasi (sambil menyimak), entah secara aktif
atau reseptif, dalam pembicaraan. Kegiatan penyadapan data dengan cara demikian
disebut teknik simak libat cakap. Yang perlu diperhatikan dalam penjaringan data dengan
teknik ini adalah "diakui dan disadarinya keikutsertaan si peneliti dalam proses
pembicaraan oleh lawan(-lawan) bicaranya; dan si lawan(-lawan) bicara sama sekali
tidak tahu bahwa yang diperhatikan olehnya bukan isi pembicaraan lawan bicara,
melainkan bahasa yang digunakan oleh lawan bicara itu (Sudaryanto, 1988:3)". Data
yang dijaring lewat teknik ini adalah data dari sumber lisan
3. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Penjaringan data dapat dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut
berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Penjaringan data dengan teknik ini disebut
teknik simak bebas libat cakap. Dalam teknik ini, peneliti tidak dilibatkan langsung
untuk ikut menentukan pembentukkan dan pemunculan calon data, kecuali sebagai
pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dari peristiwa kebahasaan yang muncul
diluar dirinya (Sudaryanto, 1988:4). Data yang disimak menggunakan teknik ini dapat
berupa data lisan dan tertulis.
C. Teknik Rekam dan Teknik Catat
Ada dua teknik lain yang merupakan teknik lanjutan baik dalam metode cakap atau
simak. Kedua teknik itu adalah teknik rekam dan teknik catat.
Teknik rekam adalah teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan bahasa.
Perekaman itu dilakukan dengan menggunakan tape recorder. Yang direkam tentu saja
adalah penggunaan bahasa dalam bentuk lisan. Yang perlu diperhatikan dalam
pemanfaatan teknik rekam ini adalah perekaman itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kewajaran proses kegiatan pembicaraan yang sedang
berlangsung. Oleh karena itu, dalam praktiknya kegiatan merekam cenderung selalu
dilakukan tanpa sepengetahuan penutur sumber data (Sudaryanto, 1988:4).
Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data
pada kartu data. Data yang dijaring dari sumber tertulis, misalnya, dapat langsung dicatat
dalam kartu data. Kartu data yang digunakan untuk mencatat data itu dapat berupa kertas
HVS, manila, bufalo, atau yang lain. Pencatatan data pada kartu data dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis transkripsi, yaitu transkripsi fonetis,
fonemis, dan ortografis.
Transkripsi fonetis adalah transkripsi yang memanfaatkan lambang lambang fonetis.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam transkripsi fonetis ini adalah apabila bunyi yang
diucapkan berbeda, maka ditranskripsikan dengan lambang fonetis yang berbeda pula
dan semua bunyi yang terdengar dalam artikulasi ditranskripsikan. Data yang
ditranskripsikan diapit dengan tanda kurung siku [...], misalnya transkripsi fonetis untuk
kata ngiang adalah [ŋiaŋ]. Transkripsi fonetis ini berguna untuk mencatat data di bidang
fonetik.
Transkripsi fonemis adalah transkripsi yang menggunakan lambang-lambang fonemis.
Prinsip transkripsi ini adalah menggunakan satu lambang untuk menggambarkan satu
fonem saja tanpa melihat perbedaan fonetisnya (lih. Kridalaksana, 2001:219). Data yang
ditranskripsikan diapit dengan tanda garis miring /.../, misalnya transkripsi kata ngiang
adalah / ŋiaŋ /. Transkripsi fonemis ini berguna untuk mencatat data di bidang fonemik.
Transkripsi ortografis adalah transkripsi yang menggunakan ejaan. Data yang
ditranskripsikan diberi garis bawah. Transkripsi ortografis ini dapat dimanfaatkan untuk
mencatat data selain data di bidang fonetik dan fonemik.

Anda mungkin juga menyukai