Anda di halaman 1dari 25

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR PADA

KULIT
FRANSISKUS DICKY SEPTIAWAN
INFEKSI JAMUR
Parameter Tinea Pitiriasis Versikolor Candidiasis

Mikroorganisme Trycophyton Sp., Epidermophyton Sp., Microsporum Sp. Malasezzia furfur. Candida albicans.

Lokasi Lesi Badan Kepala Kaki Daerah sering terkena • Kulit


(T. Korporis) (T. Kapitis) (T. Pedis) keringat • Lipatan lulit
• Perianal
(Diapper’s Rash)
• Vulvovagina
• Mukosa oral
Bentuk Lesi • Gatal • Graypatch • Interdigitalis • Lesi multiple • Lesi satelit
• Batas tegas (Ectothrix) • Terutama sela jari • Batas tegas (korimbiformis)
• Polisiklik • Black dot IV-V • Skuama halus • Maserasi (+)
• Pinggir aktif (Endothrix) • Skuama, fisur, • Hipopigmentasi
• Central Healing • Kerion (Bengkak maserasi sampai dengan
+ pus, seperti • Kronik hiperpigmentasi
sarang lebah • Hiperkeratotik
Pemeriksaan KOH Hifa sejati dan arthrospora Meatball and spaghetti Pseudihifa dan
blastospora
Lampu Wood Kuning kehijauan Kuning keemasan Fluorosensi (-)
PITIRIASIS VERSIKOLOR 4
Definisi

• Infeksi oportunistik yang disebabkan oleh jamur Malassezia sp.

Faktor Risiko

• Lingkungan yang panas dan lembab


• Hiperhidrosis → keadaan berkeringat

Malassezia sp.
Budimulja U. Mikosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta
: Balai Penerbit FK UI; 2011
PITIRIASIS VERSIKOLOR 4
Manifestasi Klinis

• Makula/papul hipopigmentasi/hiperpigmentasi → versikolor = banyak warna


• berskuama halus → pityriasis = skuama halus (fingernail sing)
• Predileksi: dada & punggung atas, lengan atas
• Dapat muncul gejala gatal ringan → diperberat saat berkeringat

Lesi Hipopigmentasi Lesi Hiperpigmentasi

Budimulja U. Mikosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta
: Balai Penerbit FK UI; 2011
PITIRIASIS VERSIKOLOR 4
Pemeriksaan Penunjang

• Lampu Wood: lesi kulit berpendar kuning-keemasan


• Mikroskopi KOH 20%
• Bahan: kerokan kulit
• Hasil positif: hifa pendek dengan blastospora→ spaghetii and meatballs

Budimulja U. Mikosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta
: Balai Penerbit FK UI; 2011
PITIRIASIS VERSIKOLOR 4

Tatalaksana

Sistemik Rumatan
Topikal
(Lesi luas/sulit (Kasus kronis
(Lini pertama )
sembuh) berulang)
PITIRIASIS VERSIKOLOR 4
Topikal

• Sampo ketokonazol 2% : dioleskan pada lesi 5 menit sebelum mandi, 1x/hari, 3 hari berturut-turut
• Sampo selenium sulfida 2,5% : dioleskan 15-20 menit sebelum mandi, 1x/hari, 3 hari, diulangi 1 minggu kemudian
• Sampo zync pyrithione 1% : dioleskan pada lesi 7-10 menit sebelum mandi, 1x/hari atau 3-4x/minggu
• Mikonazol krim : dioleskan pada lesi 2x/hari selama 7 hari (khusus daerah wajah dan genitalia)
• Terbinafin krim 1% : dioleskan pada lesi 2x/hari selama 7 hari

Sistemik

• Ketoconazole 1x200 mg selama 10 hari


• Itraconazole 1x200 mg selama 7 hari atau 1x100 mg selama 14 hari
• Fluconazole 400 mg (Dosis Tunggal) atau 300mg/minggu selama 2-3 minggu

Rumatan

• Topikal: terapi diberikan setiap 1-2 minggu


• Ketoconazole oral 2x200 mg/hari selama 1bulan
TINEA/DERMATOFITOSIS
Parameter Tinea
• Infeksi jamur supefisial yang
Mikroorganisme Trycophyton Sp., Epidermophyton Sp., Microsporum Sp. Definisi disebabkan oleh dermatofita

Lokasi Lesi Badan Kepala Kaki


(T. Korporis) (T. Kapitis) (T. Pedis)
Bentuk Lesi • Gatal • Graypatch • Interdigitalis • Lesi berbatas tegas, tepi
• Batas tegas (Ectothrix) • Terutama sela UKK aktif/meninggi, central healing
• Polisiklik • Black dot jari IV-V
• Pinggir aktif (Endothrix) • Skuama, fisur,
• Central Healing • Kerion maserasi
(Bengkak + • Kronik • Immunocompromised (mis: DM),
pus, seperti • Hiperkeratotik Faktor Risiko
higienitas buruk
sarang lebah
Pemeriksaan KOH Hifa sejati dan arthrospora

Lampu Wood Kuning kehijauan

Dermatophyte Kulit Rambut Kuku

Microsporum √ √
Trichophyton √ √ √
Epidermophyton √ √
TINEA KAPITIS 4
Ectothrix
• M. canis
• M. audouinii
• M. gypseum
• M. ferrugineum
• M. distortum
• T. rubrum (jarang)

Endothrix
• T. tonsurans
• T. violaceum
• T. soundanense
• T. gourvilli
• T. rubrum (jarang)

Favus
• T. schoenleinii

Etiologi : Trichophyton Sp., Microsporum Sp.


Kerion
Faktor Risiko : Immunocompromised (DM, HIV), Higienitas
• T. mentagrophytes
buruk
Widati S dan Budimulja U. 2015. Dermatofitosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
TINEA KAPITIS 4

Grey Patch Black Dot


• Inflamasi minimal, alopesia,
rambu daerah lesi berwarna abu- • Inflamasi minimal, alopesia,
abu, mudah patah sampai akar, mudah patah, meninggalkan
dan disertai skuama kumpulan titik hitam dengan
• Lampu Wood berfluorosensi skuama
hijau

Kerion/Inflammatory type Favus

• Inflamasi berat, alopesia, lesi • Bentuk berat dan kronis berupa


berupa nodul/pustule, gatal plak eritematosa perifolikular
• Dapat disertai nyeri dan dengan skuama
limfadenopati servikal posterior • Krusta tebal kekuningan dengan
mousy odor

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dermatofitosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
TINEA KAPITIS 4
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan larutan KOH 10%


• Pemeriksaan lampu Wood
• Hijau kekuningan (infeksi Microsporum, kecuali M. gypseum)
• Biru (infeksi T. schoenleinii)
• Kultur dengan Agar Sabaraud

Tatalaksana

• Topikal
• Sampo selenium sulfida 1% dan 2,5% 2-4 kali/minggu
• Sampo ketoconazole 2% 2 hari sekali selama 2-4 minggu
• Sistemik
• Griseofulvin fine particle 20-25 mg/kgBB/hari dan ultramicrosize 10-15mg/kgBB/hari selama 8 minggu
• Itrakonazole 50-100 mg/hari atau 5mg/kgBB/hari selama 6 minggu

Monoterapi topical tidak cukup → harus disertai dengan terapi


sistemik
TINEA KORPORIS DAN KRURIS 4
Predileksi

• Korporis: area kulit tubuh yang tidak berambut (badan, ekstremitas, wajah)
• Kruris: daerah lipat paha/inguinal, daerah perineum, dan sekitar anus yang dapat juga meluas ke
suprapubis

Manifestasi Klinis

• Lesi bulat/lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang dengan vesikel dan papul di tepi.
• Daerah tengah lebih tenang (central healing)

Etiologi tersering : T. rubrum


TINEA KORPORIS DAN KRURIS 4
Pemeriksaan Penunjang

• Kerokan kulit dengan KOH 20%


• Tampak hifa panjang dan atau arthrospora
• Kultur dengan Agar Sabaroud

Tatalaksana

• Topikal
• Terbinafin krim 1% 1x/hari selama 1-2 minggu
• Mikkonazole, ketoconazole, klotrimazol 2x/hari selama 4-6 minggu
• Sistemik
• Terbinafin oral 250mg/hari selama 2 minggu
• Itrakonazole 2x100mg/hari selama 2 minggu
• Griseofulvin 500mg/hari selama 2-4 minggu

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dermatofitosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
ONIKOMIKOSIS 3A
Definisi

• Semua infeksi pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, non-dermatofita, atau ragi
(yeasts)
• Mengenai kuku tangan dan kaki

Klasifikasi

• Onikomikosis Subungual Proksimal


• Onikomikosis Subungual Distal Lateral
• Onikomikosis Superfisial Putih
• Dapat ditemukan distrofi, hipertrofi, onikolisis, perubahan warna kuku

Jika disebabkan jamur dermatofita → Tinea unguium

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dermatofitosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
ONIKOMIKOSIS 3A
Klasifikasi

• Mulai dari distal atau distolateral kuku menjalar ke


proksimal
OSDL • Berkaitan dengan tinea pedis

• Menyebar dari arah proksimal ke distal


• Faktor Risiko : Immunocompromised (Misal: HIV)
OSP

• Invasi lapisan superfisial lempeng kuku → bercak putih,


Superfisial kuku lunak dan rapuh
Putih
TINEA UNGUIUM 3A
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan KOH 20% sampel kuku: tampak hifa panjang/sejati (bersekat/bercabang) + spora
berderet (arthrospora)

Tatalaksana

• Lini Pertama
• Kuku tangan: terbinafine 1x250 mg/hari selama 6 minggu
• Kuku kaki: terbinafine 1x250 mg/hari selama 12-16 minggu
• Lini Kedua
• Kuku tangan: Itrakonazole dosis denyut 2x200mg/hari selama 1 minggu, istirahat 3 minggu (2 denyut) atau
200mg/hari selama 2 bulan
• Kuku kaki: Itrakonazole dosis denyut 2x200mg/hari selama 1 minggu, istirahat 3 minggu (3-4 denyut) atau
200mg/hari selama 3 bulan
KANDIDIASIS MUKOKUTAN
Definisi

• Infeksi kronis dan rekuren pada kulit, kuku, dan mukosa akibat Candida

Etiologi

• Candida albicans
• Faktor risiko: Immunocompromised (Misal: HIV)

Predileksi

Kandidiasis Manifestasi Klinis


Kutis Intertriginosa Lesi eritema berbatas tegas, erosi, bersisik, dan dikelilingi lesi satelit (korimbiformis)
Oral Oral thrush → bercak putih kekuningan (pseudomembran) dengan dasar merah
Vulvovaginitis Vaginal thrush → bercak putih kekuningan, kental. Lesi eritema, erosi, dan lesi satelit pada labia
dan kulit sekitar
Unguium Diskromia, onikolisis, lempeng kuku lepas dari dasar kuku, dan hipertrofi kuku
KANDIDIASIS KUTIS 4
UKK dan Manifestasi Klinis

• Tampak bercak eritematosa berbatas tegas, bersisik, basah dikelilingi lesi satelit berupa papul, vesikel, dan pustul
kecil disekitarnya.

Predileksi

• Mengenai derah intertriginosa yang lembab misalnya sela paha, ketiak.


KANDIDIASIS KUTIS 4
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan KOH 20%: ditemukan pseudohifa dan blastospora


• Kultur dengan Agar Saboraud: tampak koloni mukoid berwarna putih, tumbuh dalam 2-5 hari

Tatalaksana Pseudohifa & Blastospora

• Topikal
• Krim Imidazol (miconazole 2% atau klotrimazole 1%) selama 14-28 hari
• Bedak nystatin atau miconzole
• Sistemik
• Fluconazole 50mg/hari atau 150mg/minggu
• Itrakonazole 100-200mg/hari

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dermatofitosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
KANDIDIASIS MUKOSA 3A
Predileksi & Manifestasi Klinis

• Kandidiasis pseudomembran akut (thush) : bercak berwarna putih (pseudomembran), tebal, diskret atau dapat
berkonfluen pada mukosa bukal, lidah, dan palatum, saat diangkat meninggalkan dasar eritem.
• Kandidiasis atrofik akut (kandidiasis eritematosa) : papilla lidah menipis tertutup oleh pseudomembran tipis
pada dorsal lidah.
• Kandidiasis atrofik kronik (denture stomatitis) : mukosa palatum yang kontak dengan gigi tiruan tampak edema
dan eritem, bersifat kronik, dan akan dijumpai kelitis angularis.
• Kandidiasis hiperplastik kronik (leukoplakia) : plak putih atau translusen yang tidak dapat dilepaskan pada
mukosa bukal.
• Keilosis kandidal (kelitis angularis/perleche) : pada sudut mulut tampak eritem, fisura, maserasi yang nyeri.

• Kandidiasis area genital


• Kandidiasis vulvovaginal

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dermatofitosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
KANDIDIASIS MUKOSA 3A
Manifestasi Klinis Kandidiasis Oral

Kandidiasis Pseudomembran
Kandidiasis Eritematosa Denture Stomatitis
Akut
KANDIDIASIS MUKOSA 3A
Manifestasi Klinis Kandidiasis Oral

Kandidiasis pada Lidah Kandidiasis Mukosa Bukal KOH 10%

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan KOH 10%: ditemukan pseudohifa dan blastospora


KANDIDIASIS MUKOSA 3A
Tatalaksana

• Perbaiki status gizi dan menjaga kebersihan oral


• Mengontrol penyakit predisposisi
• Nystatin 100.000-400.000 IU/ml dioleskan 2-3x/hari

Edukasi
• Kontrol Kembali dalam 3 hari apabila tidak ada perbaikan
• Rujuk apabila terdapat penyakit yang mendasari, seperti HIV

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dermatofitosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS 4
Definisi

• Infeksi pada vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida sp.

Manifestasi Klinis

• Gatal pada vulva


• Vulva lecet dan dyspareunia
• Duh pada vagina berwarna putih seperti susu, bergumpal, dan tidak berbau
• Dapat ditemukan lesi satelit dan plak eritem pada genitalia eksterna

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS 4
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan KOH 10% dan pewarnaan gram


• Kultur dengan Agar Saboraud pada suhu 28C selama 1-4 minggu

Tatalaksana

• Klotrimazol 500mg intravaginal dosis tunggal


• Klotrimazol 200mg intravaginal selama 3 hari
• Nystatin 100.000 IU intravaginal selama 7 hari
• Flukonazol 150mg, per oral, dosis tunggal
• Itrakonazol 2x200mg per oral selama 1 hari

Widati S dan Budimulja U. 2015. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai