Anda di halaman 1dari 15

KIMIA DASAR 1

( Hukum- Hukum gas kimia, Persamaan gas ideal dan Hubungan energi dalam reaksi kimia)
Dosen pengampu :
EKA GUNARTI NINGSIH, S.Pd.,M.Si

KELOMPOK 3

- FAJRI AL QODAR
- RIDWAN ARIF
WIDIYANTO
- SATRIO KATON
GUMILANG
HUKUM – HUKUM GAS KIMIA
 Gas merupakan salah satu wujud yang lazim kitatemuisehari-hari. Bahkan, hampirs etiap harik
itamemerlukanwujud gas dalamkehidupan, bisadibilang gas menjadikebutuhan vital bagimanusia.
Meskipadadasarnya gas tidakterlihat, namundapatdirasakanwujudnya.  Nah,
untukituadabaiknyakitabisamengenallebihdalamlagimengenai hukum gas,
 Padadasarnya, hukum gas ini menjelaskan hubungan besaran volume, tekanan dan suhu dalam suatu gas.
Untukmengetahui ataumenjelaskanhaltersebut, ada beberapa hukum gas yang harusdipelajari, diantaranya:
Hukum Boyle, Hukum Charles, Hukum Gay-Lussac, Hukum Gas Umum, dan Hukum TekananParsial
Hukum Boyle ( Hubungan tekanan – volume)

Hukum Boyle dicetuskanolehseorangilmuwanasalInggrisyaitu Robert Boyle, mengacukepadahasileksperimennya


yang berhasilmengemukakanhukum gas pertamaini. Dimana, ketikasuhudarisuatu gas tetapkonstanmakatekanan
gas akanberbandingterbalikdengan volume gas.Disinikitadapatmelihatuntuktekananrendahmaka volume gas
akantinggisedangkanuntuktekanantinggimaka volume gas akanrendah.
Dengandemikianhukumboyledapatdituliskansebagaiberikut :
Contohsoal:
Diketahui:
 Sejumlah gas ideal padamulanyamempunyaitekanan P dan volume V. Jika gas
tersebutmengalami
Tekananawal (P1) = P proses isotermalsehinggatekanannyamenjadi 4 kali
tekanansemulamaka volume
Tekananakhir (P2) = 4P Ditanya:
gasvolume akhir gas (V2)
berubahmenjadi…
Volume awal (V1) = V Jawab:
 Pembahasan: Hukum Boyle (proses isotermalatausuhukonstan):
P V = konstan
P1 V1 = P2 V2
(P)(V) = (4P)(V2)
V = 4 V2
V2 = V / 4 = ¼ V
Volume gas berubahmenjadi ¼ kali volume awal.
 Hukum Charles dan Gay Lussac ( Hubungan suhu – volume )
 Jikahukum Boyle membahaspengaruhtekanandan volume padasuhutetap,
tidakdemikiandenganhukum Charles. Hukum yang ditemukanoleh Jacques Charles
inimenyatakanbahwaketikatekanansuatu gas tetapkonstanmaka volume gas
akansebandingdengansuhunya. DengandemikianHukum Charles dapatditulissebagaiberikut :
ContohSoalHukum Charles pada Gas Ideal
 Dalamsuatuwadahtertutup gas mengalami proses isobarik. Ketikasuhu gas dinaikkanmaka
volume gas tersebutberubahmenjadi 4 kali volume mula-mula. Jika volume mula-mula gas
Diketahui:
adalah V dansuhunyaadalah T. Makatentukanlahberapabesarkenaikkansuh
Vi = Vo Ditanya :tentukanlah u gas tersebut?
Ti = To berapa besar
Vf = 4 Vo kenaikkan suhu gas
Pi = Pf (Mengalami Proses tersebut = .... ?
Isobarik atau tekanan konstan)

Jadi, berapa besark enaikkan suhu gas tersebut adalah 4 kali suhu mula-mula
Hukum Gay Lussac
Hukum Gay Lussac ditemukan oleh seorang ilmuwan kimia asal Prancis yaitu Joseph Louis Gay-Lussac padatahun
1802. AdapunpernyataanHukum Gay Lussacadalahpada volume yang konstantekanan gas
P1 = Tekananawal gas ideal (Pa, atm,  )
akansebandingdengansuhunya. Secaramatematisdirumuskansebagaiberikut : gas ideal (Pa, atm,  )
P2 = Tekananakhir
  T1 = Suhuawal gas ideal (Kelvin)
 T2 = Suhuakhir gas ideal (Kelvin)
* * *
V = Volume gas ideal ( )
 Contohsoal Hukum Gay Lussac (1) n = Jumlahmolekulzat (mol)
R = TetapanT.gas
 Diketahuisebuah gas memilikitekananawalsejumlah P, sementarasuhuawalnyaadalah ideal (0,082gas
Kemudian, L.atm/mol.Katau
8,314 J/mol.K)
tersebutmengalamiperubahantekananmenjadi 6P.
 Berapakah suhu gas tersebut sekarang?
 Pembahasan :

 P / T = 6P T2/T2 = 6P T / PT2 = 6T
 Jadi, suhu gas tersebutsekarangberubahmenjadi 6T.
Persamaan gas ideal

Persamaan gas ideal adalah persamaan keadaan suatu gas ideal. Persamaan ini
merupakan pendekatan yang baik untuk karakteristik beberapa gas pada kondisi
tertentu. Persamaan ini pertama kali dicetuskan oleh Émile Clapeyron tahun 1834
sebagai kombinasi dari Hukum Boyle dan Hukum Charles. Persamaan ini umum
dituliskan sebagai
 (Rumus: PV= n.RT ) dengan P adalah tekanan mutlak pada gas, V adalah volume, n
adalah jumlah partikel pada gas (dalam mol), T adalah temperatur dalam satuan
kelvin, dan R adalah konstanta gas ideal, yaitu 0,08205 L atm mol-1 K-1.
 Contoh soal : Gas oksigen (Mr = 32) berada dalam tabung yang volumenya 8,314 liter
dan bertekanan 2 atm (1 atm = 10⁵ Pa) jika suhu gas saat itu 47°C, maka massa gas
yang tertampung dalam t abung adalah … gram (R = 8,314 J/mol K)

Massa relatif gas oksigen: Mr O2 = 32


Volume gas: V = 8,314 liter = 8,314 dm3 = 8,314 ×
10–3 m3
Tekanan gas: p = 2 atm = 2× 10⁵ Pa
Suhu gas: T = 47°C = 47 + 273 = 320 °C
Konstanta umum gas: R = 8,314 J/mol K
Kerapatan dan massa molar zat berwujud gas

Massa molar, simbol M, adalah massa dari satu mol sebuah unsur atau senyawa
kimia. Ia merupakan sifat fisik dari tiap-tiap senyawa murni. Satuan SI untuk massa
adalah kilogram, namun atas alasan praktis dan historis, massa molar hampir selalu
dituliskan dalam satuan gram per mol (g/mol),

Contoh soal : diberikan dengan konsentrasi 0.5 mol/liter. Volume larutan 200 mili
liter. Hitung jumlah mol zat terlarut dalam larutan tersebut.
diberikan dengan konsentrasi 0.5 mol/liter. Volume larutan 200 mili liter. Hitung
jumlah mol zat terlarut dalam larutan tersebut.

Dari rumus yang diberikan kita tahu bahwa


Diketahui :
Molaritas larutan = 0.5 Molaritas larutan = Jumlah mol zat terlarut /
Volume larutan di atas = 200 mL = (200/1000) Volume larutan dalam liter
L = 0.2L Jadi, Jumlah mol zat terlarut = Molaritas
larutan × Volume larutan dalam liter
= 0.5 × 0.2 = 0.1
Stoikiometri gas
Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa,
hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda. Stoikiometri
diilustrasikan melalui gambar berikut, dengan persamaan reaksi setara : CH4 + 2 O2 →
CO2 + 2 H2O.

Contoh soal : Suatu senyawa memiliki rumus empiris CH2O. Jika Mr senyawa tersebut 150,
tentukan rumus molekul senyawa tersebut! (Ar H = 1, C = 12, dan O = 16)
Sebelum mencari rumus molekul senyawa tersebut,
tentukan dahulu massa molekul relatifnya (Mr)
Mr CH2 O = (1×Ar C) + (2× Ar H) + (1× Ar O)
= (1×12) + (2×1) + (1×16)
= 30

Selanjutnya harus menentukan nilai n menggunakan persamaan berikut.


Mr rumus empiris = Mr rumus molekul
30 × n = 150
n=5
Jika nilai n sudah diketahui, Quipperian bisa mencari rumus molekulnya
seperti
cara berikut:
Rumus Molekul =( rumus empiris )ⁿ
= (CH² O)5
= (C5 H10 O5)
Jadi, rumus molekul senyawa tersebut adalah :
C5 H10 O5
Hubungan energi dalam reaksi kimia
Sifat energi dan jenis – jenis energi
 Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Kerja adalah perubahan energi
yang langsung dihasilkan oleh suatu proses.
Kinetik merupakan energi yang dihasilkan oleh benda yang bergerak Energi Radiasi berasal
dari matahari dan merupakan sumber energi utama di Bumi memanaskan atmosfer dan
permukaan bumi, pertumbuhan tanaman (fotosintesis).
Energi Termal adalah energi yang berkaitan dengan gerak acak atom-atom dan molekul
makin kuat gerakan, makin panas, makin besar energi thermalnya.
PERUBAHAN ENERGI DALAM REAKSI KIMIA
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau melepaskan energi, umumnya dalam bentuk
kalor. Kalor adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya berbeda
Suhu adalah pengukur thermal energy. Suhu Energi Termal 70 0 C Suhu lebih besar 40 0
C Energi thermal lebih besar.

PROSES EKSOTERMIK DAN ENDOTERMIK Proses eksotermik adalah setiap proses yang
melepaskan kalor (yaitu, perpindahan energi termal ke lingkungan). 2H 2 (g) + O 2 (g) H
2 O (g) 2H 2 O (l) + energi H 2 O (l) + energi Proses endotermik adalah setiap proses
dimana kalor harus disalurkan ke sistem oleh lingkungan (menyerap kalor) energi +
2HgO (s) energy + H 2 O (s) 2Hg (l) + O 2 (g) H 2 O (l)eksotermik endotermik .
Pengantar Termodinamika
Ilmu yang mempelajari perubahan antar kalor dan bentuk-bentuk energi yang lain Fungsi
keadaan merupakan sifat-sifat yang ditentukan oleh keadaan sistem, terlepas dari
keadaan tersebut dicapai. energi, tekanan, volume, suhu E = E k.akhir - E k.awal P= P
k.akhir P k.awal V= V k.akhir - V k.awal
T= T k.akhir - T k.awal
Kerja yang Dilakukan pada Suatu Sistem Kerja bukan merupakan fungsi keadaan
Pemuaian gas kerja dilakukan oleh sistem V > 0 -P V < 0 w sis < 0 w w k.akhir - w k.awal 1
L.atm = 101,3 J Kondisi awal Kondisi akhir
Eltapi reaksi kimia
Entalpi (H) biasanya digunakan untuk menghitung aliran kalor ke dalam atau ke
luar sistem dalam suatu proses yang terjadi pada tekanan konstan. H=
H(produk) H(reaktan) H= kalor yg diberikan atau diterima selama rekasi pada
tekanan konstan DH = H (products) H (reactants) H products < H reactants DH <
0 H products > H reactants DH > 0
Entalpi Reaksi Kimia E = q + w Pada volume sistem konstan V = 0 tdk ada kerja
dilakukan E = q P V E = q v Pada tekanan konstan E = q p P V q p = E + P V P
konstan V konstan

Berapa kalor dihasilkan jika 266 g fosfor putih (P 4 ) dibakar di udara P 4 (s) + 5O
2 (g) P 4 O 10 (s) DH = -3013 kj Ar P = 31 g/mol 1 mol P 4 266 g P 4 x 124 g P 4 x -
3013 kj = - 6470 kj 1 mol P 4
KALORIMETRI
Kalor jenis suatu zat (s ) adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1 gram zat sebesar 1 derajat Celcius (J/g 0 C) Kapasitas kalor suatu zat (C) (J/ 0
C) adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sejumlah zat
sebesar 1 derajat Celcius C = ms Kalor (q) diterima atau dilepaskan : q positif
endotermik q negatif eksotermik q = msdt q = CDt Dt = t final - t initial
Contoh soal :
Berapa banyak kalor yang diberikan jika 869 g batang besi didinginkan dari suhu 94
0 C menjadi
jadi 50 C
s of Fe = 0.444 J/g 0 C Dt = t final t initial = 5 0 C 94 0 C = -89 0 C q = msdt = 869 g x
0.444 J/g 0 C x 89 0 C = -34,000 J
Eltapi pembentukan standar dan Eltapi reaksi
standar
Karena tidak terdapat cara untuk mengukur nilai absolut dari entalpi suatu zat, kita hanya
dapat menentukan nilai relatif terhadap suatu rujukan yang ditentukan Titik rujukan
permukaan air laut untuk semua ungkapan entalpi disebut entalpi pembentukan standar
( H 0 f) Pembentukan Keadaan 1 atm Entalpi Pembentukan Standar ( H 0 f) adalah
perubahan kalor yang dihasilkan ketika 1 mol suatu senyawa dibentuk dari unsur -
unsurnya pada tekanan 1 atm Entalpi pembentukan standar setiap unsur dalam
bentuknya yang paling stabil adalah nol DH 0 f (O 2 ) = 0 DH 0 f (C, intan) = 1.90 kj/mol DH
0 f (O 3 ) = 142 kj/mol DH 0 f (C, graphite) = 0
Entalpi perubahan standar ( H 0 reaksi) didefiniskan sebagai entalpi reaksi yang
berlangsung pada tekanan 1 atm reaksi DH 0 rxn aa + bb cc + dd = [ cdh 0 f (C) + ddh 0
(D)] - [ adh 0 f (A) + bdh 0 f (B)] DH 0 rxn f = SnDH 0 f (products) - SmDHf 0 (reactants) n
dan m menyatakan koefisien stoikiometri (dalam mol untuk reaktan dan produk) Hukum
Hess:bila reaktan diubah menjadi produk, perubahan entalpinya adalah sama.

Hitung entalpi pembentukan standar dari CS 2 (l) dimana: C(graphite) + O 2


(g) CO 2 (g) DH 0 rxn = -393.5 kj S(rhombic) + O 2 (g) SO 2 (g) DH 0 rxn = -296.1
kj CS 2 (l) + 3O 2 (g) CO 2 (g) + 2SO 2 (g) DH 0 = -1072 kj rxn
1.Tuliskan entalpi pembentukan standar untuk CS 2 C(graphite) +
2S(rhombic) CS 2 2. Tambahkan reaksi yg diberikan shg hasilnya merupakan
reaksi yg diharapkan C(graphite) + O 2 (g) CO 2 (g) DH 0 = -393.5 kj +
2S(rhombic) + 2O 2 (g) 2SO 2 (g) DH 0 = -296.1x2 kj rxn CO 2 (g) + 2SO 2 (g) CS
2 (l) + 3O 2 (g) DH 0 = +1072 kj rxn C(graphite) + 2S(rhombic) DH 0 rxn CS 2 (l)
rxn = -393.5 + (2x-296.1) + 1072 = 86.3 kj
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai