Mediastinal TB Timoma
Tumor Neurogenik
Epidemiologi
Pada tumor tiroid, umumnya kadar TSH normal atau menurun tidak
bermakna, dan T3 dan T4 dalam batas normal atau meningkat tidak
terlalu bermakna.
Diagnosis : Tindakan diagnostik
BRONKOSKOPI
1. Dilakukan untuk memberikan informasi
tentang pendorongan atau penekanan tumor
terhadap saluran napas dan lokasinya
2. menilai invasi tumor ke saluran napas
3. membedakan tumor mediastinum dari kanker
paru primer
4. Memberikan informasi kepada bedah toraks
lokasi (bronkoskopi pre-op)
Tindakan bronkoskopi (Tampak stenosis kompresi 1/3
proksimal trakea dan BUKI,
MEDIASTINOSKOPI Stenosis infiltratif di RB5)
ESOFAGOSKOPI
TORAKOSKOPI DIAGNOSTIK
Diagnosis : Tindakan diagnostik
Biopsi jarum halus (BJH) atau fine needle aspiration biopsy (FNAB) ]
Sitologi cairan pleura dan biopsi pleura
Biopsi transtorakal (TTB) dapat dilakukan bila ukuran tumor besar
dan lokasinya tidak berisi banyak pembuluh darah.
Biopsi transtorakal dengan tuntunan fluoroskopi atau CT Scan dapat
menurunkan risiko terjadi komplikasi seperti pneumotoraks,
perdarahan dan false negative.
Teknik Percutaneneous core needle biopsy (PCNB) untuk tumor
mediastinum memiliki sensitivitas 91,9% dan spesifisitas 90,3%
dengan komplikasi pneumotoraks 11% dan hemoptisis 1,6% dari 70
pasien
EMG (Elektromiografi) salah satu modalitas pemeriksaan penunjang
untuk kecurigaan timoma, yaitu untuk mencari kemungkinan
miastenia gravis atau myesthenic reaction.
PENATALAKSANAAN
Bergantung pada sifat tumor, jinak atau ganas.
Jinak bedah
Ganas berdasarkan jenisnya multimodaliti
yaitu bedah, kemoterapi dan radiasi.
TIMOMA
TIMOMA : Definisi & Epidemiologi
Gambar 1 (A) Foto toraks PA, massa di parahiler dan Gambar 2. CT scan toraks dengan hasil
parakardial kiri. (B) Foto toraks lateral kiri, massa tumor mediastinum anterior (timoma)
terletak di anterior
Massa solid berbatas tegas
menyebabnya hilangnya
sebagian siluet jantung
c. MRI
d. Ultrasonografi
e. Bronkoskopi https://www.humpath.com/spip.php?article
19028
f. Biopsi
g. Mediastinoskopi atau torakotomi
https://www.webpathology.com/image.asp?n=5
&Case=654
TIMOMA : Klasifikasi
Menurut WHO
Sekitar 70% dari pasien dengan tumor ganas sel germinal dapat disembuhkan
20-30 % dengan penyakit tahap lanjut gagal dalam mencapai respon komplit dan meninggal
karena penyakitnya.
Sensitif
dengan Kemoterapi Resisten dengan radiasi Reseksi komplit Multimodaliti
dan radiasi (Bedah, kemoterapi,
radiasi)
Resectable: Metastasis
tanpa gejala (asymptomatic),
terbatas di mediastinum anterior
tidak ada metastasis lokal/jauh
Kemoterapi
Atau
Kemoterapi + Radiasi
Multimodaliti
(Bedah, kemoterapi, radiasi)
Regimen Kemoterapi: Vinblastin + Bleomycin + Cisplatin
Hipoganadisme Idiopathic
Acute myeloid leukemia,
Azoospermia trombositopenia
Acute nonlymphocytic
Kadar GnRH tingggi
leukemia
Kromosom X tambahan
Acute megakaryocytic
leukemia,
Terjadi pada 18% kasus
Erythroleukemia,
non seminoma
Myelodysplastic syndrome
Malignant histiocytosis
Rejimen:
Cisplatin, bleomisin dan etoposid.
Tetapi ada rejimen yang terdiri dari sisplatin dan bleomisin yang diberikan 4
siklus.
Penatalaksanaan
TUMOR SEL GERMINAL
(TERATOMA)
TERATOMA
Sering pada usia dewasa muda
Insidensi hampir sama laki-laki dan perempuan
80% mempunyai pertumbuhan jinak dan 20% ganas.
Ektodermal: kulit, gigi, dan rambut Jarang ditemukan, hanya 1% dari semua
Mesodermal: tulang, kartilago, dan otot teratoma mediastinal
Endodermal: epitel bronkial dan
gastrointestinal
Massa batas tegas dengan densitas heterogen Campuran area kistik, lemak, dan kalsifikasi banyak
dengan campuran komponen jaringan lunak, ditemukan pada teratoma imatur
cairan, lemak. Hipodens sentral menandakan Kapsul lebih padat dan menyangat dengan kontras
nekrosis atau perdarahan.
Fat fluid level merupakan ciri khas teratoma
matur
TERATOMA: Patologi
TERATOMA : Penatalaksanaan
Teratoma jinak bedah
Pembesaran kelenjar limfe berupa massa yang keras, terfiksasi, bila mengenai
kulit tampak merah, edema, nyeri, dan pada stadium lanjut berupa ulserasi.
Keterlibatan satu daerah kelenjar getah bening (I) atau keterlibatan satu organ atau satu
tempat ekstralimfatik(IIE)3,4
Stadium II:
Keterlibatan 2 daerah kelenjar getah bening atau lebih pada sisi diafragma yang sama (II)
atau keterlibatan lokal pada organ atau tempat ekstralimfatik dan satu atau lebih daerah
kelenjar getah bening pada sisi diafragma yang sama (IIE). Rekomendasi lain: jumlah
daerah nodus yang terlibat ditunjukkan dengan tulisan di bawah garis (subscript) (misalnya
II3)
Stadium III:
Keterlibatan daerah kelenjar getah bening pada kedua did diafragma (III), yang juga dapat
disertai dengan keterlibatan lokal pada organ atau tempat ekstralimfatik (IIIE) atau
keduanya (IIIE+S)
Stadium IV:
Keterlibatan yang difus atau tanpa disertai pembesaran kelenjar getah bening. Alasan
untuk menggolongkan pasien ke dalam stadium IV harus dijelaskan lebih lanjut dengan
menunjukkan tempat itu dengan simbol.
DIAGNOSIS : MEDIASTINAL NON HOGKIN LIMFOMA
Penatalaksanaan
Editorial Team
Editor in Chief: Dr. rer. medic., dr. M Ichwan, M.Sc, Faculty of
Medicine Universitas Sumatera Utara.
More Editorial Team: http://bit.ly/2lH0n7j
Contact Person
respirology.usu@gmail.com
link journal: http://ijrm.respirology- usu.id/index.php/ijrm
link web: http://respirology-usu.id/