● Asyukru secara bahasa: Al-Madhu: Pujian atas kebaikan atau nikmat yang diterima. Karenanya,
bersyukur dengan mengucap ‘Alhamdulillah’.
● Imam Asy-Syaukani: “Bersyukur adalah memuji Allah atas nikmat yang diberikan dengan cara
melakukan ketaatan kepada-Nya” (Fath Al-Qadir, 4:312).
● Nikmat waktu sering dialpakan oleh manusia:
غ
ُ ح ُة َوال ْ َف َرا ِّ ير ِم ْن الن ّ َِاس
َ ّ الص ٌ يه َما ك َ ِث
ِ ون ِف ِ َِن ْع َمت
ٌ ُان َم ْغب
“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Al-Bukhari)
● Jika nikmat berupa harta, maka dimanfaatkan untuk berinfak, bersedekah, dan
menolong dalam kebaikan.
● Jika nikmat berupa ilmu, maka diamalkan dalam ibadah dan muamalah, dan
menyampaikan kepada yang lain (Syarah Riyadhus Shalihin)
❏ Hadits Nabi saw mengisyaratkan bahwa bersyukur itu sejalan dengan banyak
mengingat Allah dan beribadah dengan sebaik-baiknya
● Al Qodhi ‘Iyadh, “Hadits ini dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan
tertutupnya pintu Jahanam dan terbelenggunya setan-setan sebagai
tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.”
● Dapat juga bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan
berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa
dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya
َّ َّ ع َّز َو َج َّل ِإ ال
الص ْو َم َفِإن ّ َُه َ الله
ُ ال َ عماَئة ِض ْع ٍف َق ِ ْع ْش ُر َأ ْمثَا ِل َها ِإ ل َى َسب َ اع ُف ال َْح َسن َ ُة
َ آد َم ي ُ َض َ ك ُ ُّل
َ ع َم ِل ابْ ِن
ام ُه ِم ْن َأ ْج ِلي َأ َأ
َ لِي َو نَا ْج ِزي ِب ِه ي َ َد ُع َش ْه َوتَ ُه َو َط َع. “
“Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebaikan
dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Lalu Allah swt
berfirman, “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang
memberi ganjarannya. Orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan
makannya demi Aku semata.” (HR. Muslim)
➢ Imam Nawawi: “Maksud ungkapan ‘Dan Aku-lah yang memberi ganjarannya,’
adalah penjelasan yang nyata tentang besarnya karunia Allah dan melimpah
pahala-Nya. Sebagaimana seorang dermawan, jika mengabarkan bahwa dia
sendiri yang akan membalasanya, ini menunjukkan betapa besar kadar
balasan yang dipersembahkan dan betapa luas pemberian yang diberikan
Puasa yang Imanan wa Ihtisaban
وأما صوم العموم فهو كف:إعلم أن الصوم ثالث درجات صوم العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص
وأما صوم الخصوص فهـو كف السمع والبصر واللسان واليد،البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيله
وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية واألفكار الدنيوية،والرجل وسائر الجوارح عن اآلثام
وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية ويحصل الفطر في هذا الصوم بالفكر فيما سوى الله عز وجل واليوم اآلخر
“Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan
puasa paling khusus. Yang dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan
kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus ialah menahan telinga,
pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa. Sementara
puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan,
memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT. Untuk puasa yang ketiga ini
(shaumu khususil khusus) disebut batal bila terlintar dalam hati pikiran selain Allah
SWT dan hari akhir.”
Persiapan Do’a
- Al-Hafidz Ibnu Rajab menyebutkan satu riwayat dari Mu’alla bin Al-Fadhl :
كانوا يدعون هللا تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم
“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah
mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah
ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.” (Lathaif
Al-Ma’arif, hlm. 264)
- Diantara doa sebagian sahabat ketika datang Ramadhan,
- Ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat puasa dikaitkan dengan Waris, Qishash, dan
Interaksi ekonomi dan sosial antar sesama
- Kelengkapan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah “Syahrun Mubarok’, karena di
dalamnya berbagai jenis ibadah spritual, moral, financial dan sosial
ٌام ُرٌؤ َصاِئم َأ َأ ْ َان يَ ْو ُم َص ْو ِم َأ َح ِدك ُْم َفال َ ي َ ْرف
ْ ب َفِإ ْن َسابَّ ُه َح ٌد ْو َقاتَل َُه َفل ْي َ ُق ْل ِإ ِن ّي
ْ خ
َ ُث َوال َ يَ ْص ِّ َو
َ الصيَا ُم ُجن َّ ٌة َوِإ َذا ك
“Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang diantara kalian berpuasa, maka
hendaknya dia tidak berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika seseorang mencela
dan mencacinya, hendaknya ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang
berpuasa.’” (HR. Bukhari Muslim)