Anda di halaman 1dari 11

ADAPTASI TERNAK

Adaptasi atau penyesuaian diri ternak terhadap


lingkungan adalah suatu fungsi, bentuk atau sifat
tingkah laku yang dilakukannya untuk bertahan
hidup dan/atau melakukan reproduksi dalam
lingkungan tertentu, khususnya dalam keadaan
lingkungan yang ekstrim. Kriteria yang digunakan
untuk mengukur kemampuan adaptasi ternak adalah
kelangsungan hidup ternak.
ADAPTASI TERNAK
ADAPTASI

Genetik: hasil Fisiologi: kemampuan


seleksi dari alam penyatuan panas fisiologi
dan manusia di dalam tubuhnya sendiri
terhadap kondisi
Biologi: penyesuaian lingkungan luar dan bahan
diri terhadap kondisi makanan untuk kebutuhan
biologis ternak hidupnya

Mempertahankan diri, tumbuh,


berproduksi maupun
berkembang biak
Terdapat berbagai cara untuk mengatasi atau
mengurangi stres pada ternak, di antaranya dengan
melakukan penyesuaian diri yang optimal dari
ternak tersebut terhadap lingkungannya melalui
adaptasi (genetik ataupun fenotipik), aklimasi,
aklimatisasi, dan habituasi
Istilah dalam prinsip adaptasi

Aklimatisasi: hasil penyesuaian diri dalam waktu lama


terhadap perubahan iklim yang komplek sehingga daya
adaptasi ternak tersebut menjadi lebih tinggi

Aklimasi: hasil penyesuaian diri terhadap rangsangan


satu unsur iklim, yang biasanya dilakukan pada kandang
fisiologis

Habituas: hilangnya daya tanggap (respon) tubuh secara


perlahan-lahan, sebagai akibat rangsangan yang
diberikan berulang-ulang
Adaptasi disebabkan karena

1. Suhu udara
2. Kelembaban udara
3. Radiasi matahari
4. Lama penyinaran
5. Kecepatan angin,
6. Tinggi tempat dari permukaan laut( ”altitude”),
7. Letak lintang tempat di permukaan bumi
(”latitude).
Faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap panas
tubuh ternak, sehingga ternak akan memberikan
respon cepat dan respon lambat.

Respon Cepat: perubahan tingkah laku, perubahan


denyut nadi, perubahan pernafasan

Respon lambat: perubahan sekresi kelenjar endokrin,


perubahan ensim, dan perubahan metabolisme
Individu ternak yang mengalami stres, tingkah laku
hidupnya akan berubah. Perubahan tersebut tampak
pada tingkah laku makan, minum, tidur, aktivitas
seksual, dan gerak-geriknya. Akibatnya, produktivitas,
reproduktivitas dan daya tahan tubuhnya menurun atau
merosot. Jika konsumsi ransum turun maka produksi
daging, telur, susu, wol, dan anak akan turun pula.
Demikian pula, apabila konsumsi air turun maka
konsumsi makanan atau ransum juga akan turun
Roses penyesuaiaan diri ternak terhadap perubahan
kondisi lingkungan misalnya ternak mendapat beban
panas lingkungan yang meningkat. Peningkatan panas
lingkungan tersebut pertama kali diterima oleh sensor
panas yang ada pada kulit.

Rangsangan tersebut kemudian akan disampaikan ke


hipotalamus melalui susunan saraf pusat. Sabagai akibat
dari adanya rangsangan peningkatan panas lingkungan
tersebut, hipotalamus mengatur proses mekanisme
yang terjadi di dalam tubuh.

Respon cepat akan diaplikasikan oleh ternak dalam hal


mengatur tingkah laku ternak
Sebagai contoh
1. ternak sapi yang mengalami beban panas meningkat
akan di respon dengan jalan berteduh (berlindung di
bawah pohon)
2. ada ternak babi, beban panas berlebihan akan di respon
dengan cara merendam badannya dalam tempat
kubangan.
3. Cekaman panas pada broiler pada masa
prestater (”brooding”) ditandai dengan tingkah laku
anak ayam yang menyebar menjauhi sumber panas.
4. Pada anjing dan ayam yang pernafasannya kelihatan
terengah- engah (”panting”).
Ternak melakukan hal tersebut dengan tujuan melepaskan
kelebihan beban panas yang ada dalam tubuh ternak.
Peningkatan denyut nadi juga merupakan respon cepat,
sebagai akibat mendapat beban panas lingkungan yang
meningkat. Peningkatan denyut nadi bertujuan untuk
meningkatkan peredaran darah di dalam tubuh , termasuk
peredaran darah di permukaan kulit (jaringan perifer).
Melalui peredaran darah ini, beban panas yang tertahan di
dalam tubuh ternak secara cepat dapat dikeluarkan dari
tubuh ke lingkungan sekitar dengan cara konduksi dan
konveksi.
Setelah sampai dipermukaan tubuh, panas tubuh akan
dilepaskan ke lingkungan dengan cara pancaran (radiasi) atau
dengan cara konveksi melalui gerakan udara yang menyentuh
permukaan kulit ternak. Kondisi cekaman panas
(”hipertermia”) yang berlangsung lama menyebabkan terjadi
perubahan sekresi hormon dari kelenjar endokrin yang
mengakibatkan konsentrasi hormon dalam darah akan
berubah. Cekaman juga akan menyebabkan perubahan pada
sistem pembentukan ensim yang akan berpengaruh terhadap
proses metabolisme maupun katabolisme. Perubahan yang
terjadi pada respon cepat dan lambat ini bertujuan untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh ternak.
Keberhasilan ternak untuk menyeimbangan energi kimia dan
peredaran darah di dalam tubuhnya dapat dikatakan ternak
tersebut telah berhasil menyesuaikan diri terhadap
perubahan kondisi lingkungan

Anda mungkin juga menyukai