Anda di halaman 1dari 22

Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

RESPON DAN ADAPTASI HEWAN/TERNAK


Oleh
(Ir.Umbu L. Sobang, M.Si)

PENDAHULUAN

Lingkungan mempengaruhi kehidupan ternak dalam berbagai situasi dimanapun ternak


itu berada, maka hewan/ternak akan meresponnya dengan berbagai cara yang memungkinkan
hewan/ternak dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam modul ini menguraikan Respon
Ternak terhadap lingkungannya, mekanisme termoregulasi pada ternak, Konsep Adaptasi,
Mekanisme Adaptasi, Prinsip-prinsip Adaptasi dan Bentuk-bentuk Adaptasi, respon adaptasi
terhadap suhu panas, tespon adaptasi terhadap suhu dingin dan respon adaptasi terhadap suhu
ekstrem..
Manfaat dan releansi pokok bahasan ini dengan mata kuliah dasar ilmu lingkungan adalah
mahasiswa mampu melihat bagaimana interaksi dari unsur-unsur lingkungan mempengaruhi
ternak dan bagaimana respon dan adaptasi yang memiberikan ternak agar mampu hidup dan
berkembangbiak.
Kompetensi /Kemampuan akhir yang diharapkan adalah mahasiswa mampu menganalisis
tentang respon dan adaptasi ternak atau hewan pada lingkungan dimana ternak tersebut mampu
bertahan hidup dan berkembangbiak dengan tepat.
Keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah pada modul ini aplikasi kehidupan
ternak yang mana setiap unsur lingkungan ternak bersama-sama mempengaruhi ternak dan
selanjutnya agar ternak mampu bertahan maka ternak harus melakukan adaptasi terhadap
lingkungan tersebut.
Dalam mempelajari modul ini, untuk menambah wawasan mahasiswa diharapkan dapat
menelusuri pustaka yang berkaitan dengan topik pokok bahasan ini untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan dalam bentuk paper. Apabila mahasiswa mengerjakan latihan mendapat nilai
mininmal 70 dan mengerjakan tugas dengan baik maka mahasiswa akan lulus dengan nilai skor
minimal B.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-95


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

PENYAJIAN MATERI

I.Respon Ternak Terhadap Lingkungannya


Respons ternak terhadap lingkungannya tergantung pada Umur, tipe breed, tingkat laktasi,
bulu dan wool, derajat aklimasi, kondisi nutrisi, ransum, frekwensi pemberian pakan,
kondisi tubuh, tingkat insulasi, perkandangan, praktek manajemen, tingkah laku (individual
atau kelompok).
Ternak/hewan dalam melakukan respons terhadap pengaruh lingkungan, maka akan terjadi
beberapa perubahan yaitu :
(a) Tingkah laku makan (ingestive behavior)
Minum lebih banyak
Penurunan konsumsi pakan (forage)
Kebutuhan mineral dan elektrolit meningkat
(b). Perubahan Efisiensi Reproduksi
Aktivitas dan intensitas seksual menurun
Kualitas sperma dan ovum menurun
Lingkungan uterus berubah
Perubahan siklus birahi
Fertilisasi dan Embryonic survival
(c). Biologis
Suhu tubuh meningkat
Nafas lebih cepat
Perubahan denyut jantung pulsus
Aliran darah lebih cepat
Perubahan hormonal (level atau kadarnya)
Komposisi darah berubah dan perubahan sekresi urinasi
Perubahan motilitas cerna dan fermentasi
Meningkat kepekaan susceptibility terhadap penyakit

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-96


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

(d). Perubahan Karakter Produksi


Produksi air susu, telur, kuantitas dan kualitas turun
Pertumbuhan (growth) dan kondisi tubuh buruk
Penurunan kuantitas dan kualitas wool
(e). Perubahan Behavior
Ternak menjadi agresif atau sebaliknya (aversiness)
Pola makan (feeding pattern)
Sosial order atau displacement
Insolasi atau crowding dan vokalisasi

I.1.Mekanisme Termoregulasi Pada Ternak


Semua ternak merupakan homeoterm (berdarah panas), sehingga selalu berupaya untuk
memelihara suhu tubuhnya pada kondisi yang normal. Untuk itu ternak selalu menjaga
keseimbangan panas tubuh melalui termoregulasi. Ternak yang mengalami stress dapat
menyebabkan penurunan imunitas atau kekebalan, seperti terlihat pada bagan/gamber
berikut.

Gambar 1. Penurunan imunitas atau kekebalan akibat stres

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-97


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

Mekanisme stress pada ternak dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar2. Mekanisme stress pada ternak


Ternak mempertahankan keseimbangan panas badannya melalui Vasomotor kontrol yaitu
pengaturan jumlah darah periper yang menuju daerah kulit melalui vasodilatasi atau
vasokonstriksi.Vasodilatasi stimulate pusat pilomotor untuk menipiskan kulit, sehingga
proses pelepasan panas dari dalam tubuh berjalan dengan baik, melalui :
 Disipitasi panas lebih baik melalui : a. konduksi, b. konveksi, dan c. radiasi.
 Panas tubuh juga berkurang melalui : a. paru-paru (evaporasi) dan b. kulit (perspirasi)
 Bila temperatur ambient meningkat water lost melalui perspirasi (insensible) meningkat,
sebelum perkeringatan aktif dimulai
 Sirkulasi darah memindahkan panas tubuh ke periper dan terjadi disipitasi melalui
evaporasi keringat
 Respiration dan sweating rate meningkat (nafas lebih dangkal)

Termoregulasi dapat tercapai apabila terjadi keseimbangan antara produksi panas tubuh dengan
kehilangan panas dari dalam tubuh. Beberapa factor yang mendorong peningkatan panas tubuh

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-98


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

pada ternak dan mekanisme yang mendukung kehilangan panas dari dalam tubuh, seperti
disajikan pada bagan berikut.
Gambar 3. Heat Gains pada ternak

Gambar 4. Heat losses pada ternak


Bila ternak tidak dapat mempertahankan homoetherm maka :
a. Konsumsi pakan menurun
Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-99
Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

b. Sekresi etabol thermogenik menurun yang menyebabkan etabolism basal menurun dan
produktivitas ternak menurun.
Apabila mekanisme termoregulasi gagal dilakukan oleh ternak, maka akan terjadi stress akut
(berlaku beberapa saat setelah mengalami temperature tinggi) selanjutnya memasuki tahap
kronis, dimana ternak melakukan adaptasi dan apabila mampu melewati tahap kronis, maka
ternak mengalami pemulihan kembali (compensantory) tetapi jika gagal, maka ternak dapat
mengalami kematian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Gambar 5. Efek mekanisme termoregulasi terhadap kemampuan adaptasi

II. ADAPTASI TERNAK


II.1.Konsep Adaptasi
Perubahan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap hewan. Hewan mengadakan respon
terhadap perubahan kondisi lingkungannya tersebut. Respon hewan terhadap kondisi dan
perubahan lingkungannya dinyatakan sebagai respon hewan terhadap lingkungannya. Respon
tersebut berupa perubahan fisik, fisiologis, dan tingkah laku. Respon hewan tersebut ada yang
bersifat reaktif dan ada yang bersifat terpola, artinya berasal dari nenek moyangnya.
Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup terhadap
lingkungannya. Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang
merupakan produk masa lalu. Organisme yang ada kini dapat hidup pada lingkungannya karena
kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-100


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

Dengan kata lain adaptasi adalah suatu proses modifikasi baik secara hayati, genetis, faali dari
individu untuk memperkecil dan mengatasi bahaya lingkungan sehingga memperbesar
kesesuaian individu tersebut terhadap lingkungan.

II.2. Mekanisme Adaptasi


Sifat yang dimiliki oleh suatu populasi yang ada sekarang merupakan sifat yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain populasi yang ada sekarang merupakan
populasi yang lolos dari seleksi alam sebagaimana yang dinyatakan oleh Darwin.
Di alam organisme terkumpul dalam kelompok-kelompok populasi yang diantara
anggotanya terjadi hubungan kawin. Setiap kelompok disebut Deme. Kelompok besar yang
terbentuk dari banyak deme disebut jenis organisme. Deme-deme tersebut ada yang menempati
daerah-daerah geografis yang berbeda, misalnya Kanguru yang hidup hanya di Australia dan di
Irian. Daerah-daerah geografis tersebut merupakan lingkungan hidup yang sempit dan bersifat
khas dibanding dengan daerah penyebaran jenis organismenya. Deme yang menempati daerah
geoegrafis khusus itu bisa mempunyai sifat genetik yang berbeda dengan deme yang menempati
daerah lain, jika di antara deme-deme itu terjadi isolasi geografis sehingga antar deme tidak
dapat terjadi pertukaran informasi genetik. Kelompok yang terisolasi itu disebut klin (Cline)
yang merupakan sub jenis organisme atau sub populasi.
Perbedaan sifat genetik dari suatu klin dengan klin lain terbentuk dari perbedaan
perubahan lingkungan dalam suatu rentangan tertentu, yang disebut gradien ekologik. Variasi
sifat individu pada landaian ekologis yang berbeda disebut ekotip. Perbedaan sifat itu dalam hal
bentuk, warna dan lain-lain. Contohnya adalah kupu-kupu Biston bitularia yang hidup di hutan
jauh dari industri berwarna abu-abu keputihan sesuai dengan warna batang pohon substratnya,
tetapi kupu-kupu yang sama hisup di daerah industri di Inggris berwarna gelap karena tertutup
oleh asap dan jelaga pabrik.

II.3.Prinsip-prinsip Adaptasi
Bagi hewan dan organisme lain sifat adaptif sangat penting untuk bertahan hidup pada
lingkungan baru atau jika ada perubahan lingkungan habitatnya. Kemampuan hewan/ternak
dalam beradaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda yang dipengaruhi oleh:

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-101


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

1. Sifat genetik,
Sifat genetik hewan mempengaruhi kemampuan hewan tersebut untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Sebagai contoh ternak sapi Eropa (Bos Taurus) merupakan genetic yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang lebih dingin, sebaliknya Bos indicus merupakan
genetik sapi yang dapat bertahan dengan lingkungan yang panas.
2. Kemampuan berkembang biak.
Suatu ukuran yang menunjukkan bahwa ternak/hewan tertentu dapat beradaptasi dengan
lingkungannya apabila memiliki kemampuan untuk berkembang biak dengan baik, karena
hanya ternak/hewan yang mampu beradaptasi saja yang dapat berkembang populasinya.
3. Frekwensi perubahan lingkungan.
Kemampuan adaptasi ternak/hewan sangat tergantung dari frekuensi perubahan lingkungan.
Pada kondisi frekuensi perubahan lingkungan yang berat dapat menyebabkan ternak/hewan
kegagalan dalam beradaptasi. Contoh, sapi Bos taurus yang dimasukkan di daerah tropis
apabila perubahan lingkungan dari daerah asalnya dengan daerah barunya tidak dilakukan
secara bertahap, maka ternak tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.
Kemampuan hewan untuk beradaptasi terbatas oleh:
1. Ketahanan hidup (survival)
2. Perbedaan kemampuan setiap jenis organisme
3. tumpang tindih dengan kondisi sebelumnya sehingga adaptasi merupakan proses yang
lambat
4. Melibatkan seluruh kegiatan hidup.

II.4. Bentuk-bentuk Adaptasi


Bentuk-bentuk adaptasi hayati sangat berhubungan dengan sifat-sifat adaptif yang
dimiliki hewan, seperti sifat morfologik, anatomi, fisiologi dan tingkah laku. Oleh karena itu
bentuk-bntuk adaptasi sesuai dengan sifat yang dimiliki.

1.Adaptasi morfologi
Adaptasi yang berhubungan dengan konformasi tubuh. Sebagai contoh ternak sapi di
daerah tropik memiliki kaki yang lebih tinggi yang menjauhkan permukaan tubuh bagian bawah

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-102


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

dengan permukaan tanah yang merupakan sumber panas pantulan, ternak kambing mampu
bertahan di daerah panas karena mempunyai rumen yang lebih luas 45% dari masa tubuh
dibanding ternak ruminansia lainnya (15-25%, sapi 30%) dan Onta mampu menyimpan air
dalam lambung dalam jumlah banyak.

2.Adaptasi Anatomi
Adaptasi anatomic adalah adaptasi yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap
bentuk anatomis ternak. Sebagai contoh untuk ternak sapi di daerah tropik memiliki bulu yang
halus, pendek, jarang dan daun telinga yang lebih panjang serta badan yang lebih kecil. Hal
tersebut berhubungan dengan upaya pelepasan panas ketika suhu lingkungan meningkat. Adanya
gelambir dan punuk juga merupakan bentuk penyesuaian anatomis ternak di daerah tropis untuk
memperluas permukaan tubuhnya sehingga memudahkan pelepasan panas pada saat suhu
lingkungan tinggi. Ternak di daerah tropis memiliki ketebalan kulit yang lebih rendah sehingga
memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh.
Dalam membahas adaptasi anatomik dapat dihubungkan dengan Dalil BERGMAN
(1847) DAN WILSON (1854), yaitu bangsa ternak berukuran besar terdapat di daerah
sedang/sub tropis dan bangsa ternak berukuran kecil terdapat di daerah tropis. Pada Bos
indicus juga dilengkapi lipatan kulit pada tubuh, gelambir, perut bagian bawah, daun telinga
lebih besar, vulva lebih besar dan berlipat. Jelas bahwa Luas permukaan tubuh Bos indicus per
satuan berat tubuh lebih besar dari Bos taurus ini berarti kehilangan panas tubuh Bos indicus
per satuan berat lebih cepat dari Bos taurus. Bos indicus mempunyai toleransi panas lebih
baik. Dalil Wilson menyatakan bangsa ternak di daerah sedang/sub tropis memiliki rambut
halus, panjang (spt wol), rebah dan lapisan lemak sub cutan tebal, dan sebaliknya bangsa
ternak di daerah tropis berambut pendek, licin, mengkilat, lurus dan kaku, kulit tipis, serta
lemak sub kutan tipis atau bahkan tidak ada.

3.Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah adaptasi yang menyangkut kesesuaian proses-proses fisiologis
hewan dengan kondisi lingkungan dan sumberdaya yang ada di habitatnya. Diantaranya ada
yang berhubungan dengan adaptasi struktural, terutama pada bagian dalam tubuh. Misalnya pada

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-103


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

proses respirasi, pencernan makanan dan lain-lain yang menggambarkan adanya adaptasi
terstruktur.
Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi faali jangka lama akibat stress klimat yang
kompleks yang terus menerus dan berulang-ulang dan biasanya terjadi di lapangan. Aklimasai
merupakan perubahan adaptasi sebagai respon iklim atau klimtologik yang biasanya terjadi pada
climatic chamber

4. Adaptasi Tingkah Laku


Adaptasi tingkah laku adalah respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk
perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut biasanya muncul dalam bentuk gerakan untuk
menanggapi rangsangan yang mengenai dirinya. Baik rangsangan dari luar maupun dari dalam
lingkungan tubuhnya.
Adaptasi tingkah laku tersebut adalah; Hibernasi, Aestivasi, Diurnal dan Nocturnal,
Orientasi terhadap lingkungan, Ototomi, Adaptasi Mutual, Tingkah laku sosial, tingkah laku
perkembangbiakan, berkelahi, refleks, insting dan tingkah laku belajar.
Contoh pada kondisi panas : pada ternak babi membaringkan tubuh pada lantai yang basah,
Unggas membuka paruh (panting) dan merenggangkan sayap, sapi akan mencari naungan,
kerbau berkubang, anjing dan kucing menjulurkan lidahnya dan menjilat tubuhnya

III. 1. Respon Adaptasi Terhadap Suhu Panas


Ternak yang tergolong homeotherm (berdarah panas), sebagai contoh ternak sapi selalu
berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran normal. Apabila ternak mengalami
stress panas akibat suhu lingkungan meningkat, maka ternak homeotherm akan memberikan
respon untuk mencegah peningkatan suhu rubuhnya. Pengaturan melawan pemanasan pada
pokoknya dilakukan dengan memperbesar kehilangan panas dengan pengaturan secara fisik
yaitu, pengaturan kehilangan panas secara tingkah laku dapat dilakukan dengan mencari tempat
teduh, memperbanyak konsumsi air, memperluas permukaan tubuh, mengurangi intake.
Selanjutnya ternak akan memberi respon dengan penyesuaian sirkulasi. Vasodilatasi kutikullai,
dengan naiknya suhu kulit yang menajamkan gradien pertukaran panas untuk suhu lingkungan
respon terhadap perubahan panas dipicu terutama oleh saraf-saraf vsokonstriktor simpatik.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-104


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

Derajat kehangatan bisa menurunkan tekanan vasokontriktor baik melalui kenaikan suhu
hypothalamus atau secara reflex oleh mediasi termoreseptor pada kulit.
Kehilangan panas akibat pernguapan secara evaporasi. Penguapan air merupakan cara
efektif untuk mendinginkan tubuh. Jumlah panas yang hilang karena evaporasi pada satu gram
dihasilkan mamalia yang tidak aktif hilang melalui penguapan air dari kulit dan saluran
mekanisme berkeringat dan nafas memburu merupakan cara yang efisien melalui evaporasi.
Berkeringat, Pengeluaran keringat untuk mengatur panas terjadi dengan dua cara : 1)secara
reflex akibat stimulasi reseptor rasa hangat pada kulit dan 2) dengan naiknya suhu
hypothalamus. Meskipun pengeluaran keringat secara reflex bisa terjadi tanpa kenaikan suhu
pusat, suhu kulit yang tinggi tidak bisa menyebabkn pengeluaran keringat skala penuh tanpa
bantuan hypothalamus secara simultan. Nilai penting relative dari pembentukan keringat sebagai
mekanisme penyebaran panas bervariasi diantara berbgai spesies. Pada anjing pembentukan
keringat tidak begitu menonjol dalam pengatruran panas, sementara nafas memburu selalu lebih
penting. Pada sapi penguapan maksimum dari permukaan kulit mencapai sekitar 150 g/m2/jam
pada suhu luar sebesar 40oC. Pada domba sekresi keringat kurang penting dibanding ternak
sapi, tetapi melalui saluran respirasi lebih penting.
Nafas memburu. Beban panas pada banyak spesies akan menyebabkan polipnea (pernapasan
cepat) dan pada beberapa spesies, terjadi pernapasan memburu polipneik, yakni pernapasan pada
frekuensi antara 200 dan 400 per menit dengan mulut terbuka. Nafas memburu pada umumnya
disertai dengan meningkatnya sekresi ludah dan biasa menyebabkan kenaikan nyata pendinginan
evaporasi melalui respirasi jika kelembaban udara inspirasi tidak terlalu tinggi. Pendinginan
evaporasi terjadi pada saluran respirasi bagian dan tidak dari pendinginan dari paru-paru. Pada
sapi muda dan domba, nafas memburu sebagai respon terhadap naiknya suhu lingkungan, bisa
mulai terjadi sebelum terjadi kenaikan suhu darah yang mensuplai otak. Namun, nafas memburu
bisa juga terpicu pada suhu luar yang konstan oleh kenaikan suhu tubuh atau oleh pemanasan
lokal pada hypothalamus anterior. Ini menunjukkan bahwa mekanisme nafas memburu,
sebagaimana pembentukan keringat bisa dirangsang secara reflex maupun secara terpusat.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-105


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

III.2. Respon Adaptasi Terhadap Suhu Dingin


Pada saat suhu lingkungan menurun, harus dilakukan beberapa cara oleh hewn
homeothermis untuk mencegah penurunan suhu tubuhnya. Pengaturan melawan pendinginan ini
pad pokoknya dilakukan dengan memperkecil kehilangan panas dengan pengaturan secara fisik,
jika pengaturan secara fisik tidak mencukupi untuk mempertahankan suhu tubuh, maka produksi
panas harus dinaikan sebagai jalur pertahanan yang kedua dengan pengaturan secara kimiawi.
Memperkecil kehilangan panas, bisa dilakukan dengan mengambil postur yang bisa
menurunkan atau memperkecil luas permukaan yang kontak dengan dingin hingga minimal,
misalkan dengan posisi menggulung. Selama kontak akut hewan bisa meningkatkan isolasi
efektif pada kulit lebih jauh dengan piloereksi. Meningkatkan pertumbuhan bulu dan timbunan
lemak subkutan .
Penyesuaian sirkulasi. Yaitu dengan cara vasokonstriksi dipicu oleh saraf
vasokonstriktor, terjadi pada kulit dan jaringan permukaan pada hewan homeotherm yang
kontak dengan dingin. Kondisi ini terjadi melalui dua jalur pengurangan aliran panas, (1)
pengurangan aliran darah tepi menyebabkan penurunan suhu kulit, (2)Isolasi fungsional pada
kulit meningkat akibat penurunan kehilangan panas secara konveksi melalui aliran darah.
Kenaikan tekanan vasokontriktor tepi bisa terjadi secara reflex akibat rangsangan reseptor dingin
pada kulit atau secar terpusat karena penurunan suhu hypothalamus.
Peningkatan yang amat penting ekonomi panas diperoleh melalui susunan arteri dan vena
dalam yang saling berdekatan. Darah dingin vena diangkut secara terpusat yang berdekatan
dengan darah panas arteri yang mengalir secara feriferal. Pertukaran panas arus berlawanan juga
membantu mempertahankan suhu testes pada level yang lebih rendah yang diperlukan untuk
spermatogenesis. Akibat vasokonstriksi kulit pada suhu dingin terjadi pergeseran darah vena
yang kembali dari saluran saluran permukaan ke saluran-saluran dalam yang meningkatkan
efisiensi system pertukaran panas.
Peningkatan produksi panas. Apabila suhu lingkungan terlalu dingin dimana mekanisma
mempertahankan panas tidak lagi memdai untuk mempertahankan suhu tubuh yang konstan dan
dimana produksi panas harus ditingkatkan dikenal sebagai suhu kritis (tc). Suhu kritis cukup
bervariasi diantara berbagai hewan. Diantara hewan-hewan budidaya, tenak domba mempunyai
suhu kritis yang paling rendah dan oleh karenanya paling mampu berthan dalam keadaan dingin.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-106


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

Cara utama untuk memungkinkan peningkatan laju metabolisme dibawa suhu kritis adalah
melalui penggigilan (shiering) yang merupakan konstraksi otot secara ritmis. Kenaikan
produksi panas pada hewan-hewan yang berada pada suhu dingin bisa juga terjadi tanpa terjadi
aktivits otot yang bisa diamati (dikenal sebagai termogenesis tanpa-menggigil). Selama kontak
mendadak dengan udara dingin , menggigil merupakan penyumbang utama dalam peningkatan
produksi panas. Menggigil bias meningkatkan konsumsi oksigen sebesar 400 persen, sementara
sumbangan termogenesis tanpa menggigil juh lebih kecil. Menggigil merupakan fungsi spontan
dari tubuh dan berupa tremor otot dengan frekuensi sekitar 10 per detik. Respon menggigil
sangat tergantung pada suhu lingkungan atu suhu luar. Respon ini kuat pada lingkungan dingin
dan lemah atau tidak ada sama sekali pada lingkungan hangat.
Termogenesis tanpa menggigil terutama adalah akibat efek kalorigenik epineprin, norepineprin,
dan tiroksin. Kenaikan sekresi hormone ini terjadi selama ternak mengalami stress dingin

III.3. Respon Adaptasi Terhadap Suhu Lingkungan Ekstrem


Berbagai studi eksperimental telah berhasil memastikan kemampuan berbagai hewan
peliharaan untuk menahan panas luar. Pada ternak domba suhu rectum mulai naik diatas normal
pada suhu udara sebesar 32oC, dan nafas memburu dengan mulut terbuka mulai terjadi pada
suhu rectum sebesar 41oC. Kecuali jika kelembaban udara tinggi (diatas 65%), domba mampu
bertahan selama berjam-jam pada suhu luar setinggi 43oC. Baik berkeringat maupun nafas
memburu merupakan piranti pengaturan panas yang penting pada spesies ini. Hal yang sama
berlaku pada ternak sapi, aktivitas kelenjar keringat meningkat sehubungan dengan naiknya
suhu, dan polipnea seringkali terjadi pada suhu rectum diatas 40oC. Pada suhu udara rata-rata
sebesar 10oC rerata suhu rectum pada sapi Jersey adalah 38,3oC dan laju respirasi kira-kira 20
per menit. Pada suhu udara rata-rata 35oC nilai rerata untuk variable yang sama masing-masing
adalah 39,6oC dan 90 per menit (Baalaas, 1945 dalam Swenson, 1977).
Suhu rectum pada babi mulai naik diatas normal pada suhu lingkungan sebesar 30-32oC.
Jika kelembaban relative sebesar 65% atau lebih, babi tidak bias mentoleransi berada p[ada suhu
35oC dalam waktu lama. Pada suhu 40oC babi tidak mampu bertahan pada atmosfer dengan
sembarang kelembaban. Suhu rectum sebesar 41oC adalah mendekati titik bahaya dan babi
mudah sekali pingsan.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-107


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

Pada burung, penguapan yang terjadi ketika udara mengalir melewayi kantung udara
memiliki efek pendinginan. Pada saat suhu tubuh naik, burung bernafas dengan cepat dan
minum lebih banyak. Pada suhu luar diatas 27oC ayam mulai menunjukkan kenaikan suhu
rectum dan laju respirasi. Ayam tidak aman berada lama dalam suhu udara sebesar 38oC kecuali
jika kelembaban relatifnya dibawah suhu 75. Suhu rectum sebesar 45oC (13oF) tampaknya
merupakan batas-batas ketidak amanan pada ayam. Pada burung dara nafs memburu mulai
terjadi pada suhu rectum sekitar 42,5oC, dan pada suhu udara 39oC konsumsi air menjadi empat
kali dari yang teramati pad suhu 23oC (Bartholow dan Dawson, 1954 dalam Swenson 1977)
Suhu kritis (tc) lingkungan bervariasi diantara berbagai spesies, namun bisa juga sangat
bervariasi diantara individu-individu dari spesies yang sama tergantung pada perubahan
perlindungan (isolasi) tubuh akibat pengaruh iklim. Kenaikan isolasi tubuh menyebabkan
penurunan tc, dan penurunan isolasi mempunyai efek sebaliknya.
Penyesuaian fisiologis terhadap kontak dengan suhu dingin berkepanjangan bisa
dibedakan menjadi tiga kategori: (1) perubahan yang terjadi karena kontak suhu dingin selama
beberapa minggu pada saat factor-faktor lingkungannnya tetap tak berubah (Aklimasi terhadap
suhu dingin), (2) modifikasi yang terjadi selama perubahan musim yang lambat dari musim
panas ke musim dingin (Aklimatisasi terhadap suhu dingin), (3) perubahan genetic selama
beberapa generasi sebagai akibat seleksi alamiah individu-individu yang paling bisa bertahan
hidup dalam iklim dingin (adaptasi klimatik). Perbedaan prinsip antara dua kategori yang
pertama adalah bahwa hewan yang mengalami aklimasi terhadap suhu dingin menunjukkan
kenaikan metabolis secara tetap sebagai akibat dari reaksi enzim namun pada umumnya tidak
secara nyata menurunkan tc, sementara hewan-hewan yang beraklimatisasi terhadap dingin pada
umumnya tidak menunjukkan kenaikan metabolis namun memiliki tc yang menurun secara
mencolok sebagai akibat isolasi yang semakin membaik.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-108


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

PENUTUP

Rangkuman
1. Ternak/hewan dalam melakukan respons terhadap pengaruh lingkungan, maka akan terjadi
beberapa perubahan yaitu :
(a) Tingkah laku makan (ingestive behavior)
(b). Perubahan Efisiensi Reproduksi
(c). Biologis
(d). Perubahan Karakter Produksi
(e). Perubahan Behavior
(d). Perubahan Karakter Produksi
(e). Perubahan Behavior
2. Semua ternak merupakan homeoterm (berdarah panas), sehingga selalu berupaya untuk
memelihara suhu tubuhnya pada kondisi yang normal. Untuk itu ternak selalu menjaga
keseimbangan panas tubuh melalui termoregulasi. Ternak yang mengalami stress dapat
menyebabkan penurunan imunitas atau kekebalan
3. pelepasan panas dari dalam tubuh berjalan dengan baik, melalui :
 Disipitasi panas lebih baik melalui : a. konduksi, b. konveksi, dan c. radiasi.
 Panas tubuh juga berkurang melalui : a. paru-paru (evaporasi) dan b. kulit (perspirasi)
 Bila temperatur ambient meningkat water lost melalui perspirasi (insensible) meningkat,
sebelum perkeringatan aktif dimulai
 Sirkulasi darah memindahkan panas tubuh ke periper dan terjadi disipitasi melalui
evaporasi keringat
 Respiration dan sweating rate meningkat (nafas lebih dangkal)
4. Adaptasi adalah sifat dan kemampuan organisme untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan nya atau kondisi habitatnya. Sifat-sifat adaptasi hewan meliputi adaptasi
morfologi,anatoni, fisiologis dan tingkah laku. Kemampuan hewan/ternak dalam beradaptasi
dengan lingkungannya berbeda-beda yang dipengaruhi oleh: Sifat genetik, Kemampuan
berkembang biak, dan Frekwensi perubahan lingkungan.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-109


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

5. Respon adaptasi terhadap suhu panas secara tingkah laku, vasodilatasi kutikullai, kehilangan
panas akibat penguapan secara evaporasi. berkeringat, dan nafas memburu. Respon adaptasi
terhadap suhu dingin dengan cara memperkecil kehilangan panas dengan pengaturan secara
fisik, peningkatan produksi panas, memperkecil kehilangan panas, meningkatkan
pertumbuhan bulu dan timbunan lemak subkutan . vasokonstriksi, dan peningkatan produksi
panas.

Test Mandiri
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat (Skor nilai 20)
1.Respons ternak terhadap lingkungannya tergantung pada factor-faktor ini, kecuali :
a. Umur, tipe breed, tingkat laktasi, bulu dan woll
b. Derajat aklimasi, kondisi nutrisi, ransum, dan frekwensi pemberian pakan
c. Kondisi tubuh, tingkat insulasi, perkandangan, praktek manajemen, tingkah laku
d. Jawaban a,b, dan c salah

2. Ternak/hewan dalam melakukan respons terhadap pengaruh lingkungan, maka akan terjadi
beberapa perubahan misalkan biologis yaitu :
a. Suhu tubuh meningkat
b. Nafas lebih cepat
c. Komposisi darah tidak berubah dan perubahan sekresi urinas
d.Perubahan motilitas cerna dan fermentasi

3 Ternak yang selalu mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran normal disebut :
a. Homeolisis c. Homeoterm
b. Homeoragi d. Thermonetral
4.. Ternak mempertahankan keseimbangan panas badannya melalui Vasomotor control, melalui:
a. Vasomotor dan vasokontrol
b.Vasodilatasi dan vasomotor
c.Vasokontriktir dan vasodilatasi
d. Vasomedula dan vasokonstriktir

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-110


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

5. Vasodilatasi stimulate pusat pilomotor untuk menipiskan kulit, menyebabkan proses


pelepasan panas dari dalam tubuh berjalan dengan baik, melalui :
a.. Disipitasi panas lebih baik melalui : a. konduksi, b. konveksi, dan c. radiasi.
b. Panas tubuh juga berkurang melalui : a. paru-paru (evaporasi) dan b. kulit (perspirasi)
c. Sirkulasi darah memindahkan panas tubuh ke periper dan terjadi disipitasi melalui
evaporasi keringat
d. Respiration dan sweating rate menurun

6. Kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang merupakan produk masa lalu.


a. Respon
b. Adaptasi
c. Aklimatisasi
c. Aklimasi

7. Kemampuan hewan/ternak dalam beradaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda yang


dipengaruhi oleh:
a. Sifat genetic c. Kemampuan berkembang biak.
b. Frekwensi perubahan lingkungan. d. Kemampuan makan

8. Adaptasi morfologi adalahadaptasi yang berhubungan dengan konformasi tubuh


a. Sebagai contoh ternak sapi di daerah tropik memiliki kaki yang lebih tinggi
b. Memiliki rambut halus, panjang (spt wol), rebah dan lapisan lemak sub cutan tebal
c. Adanya gelambir dan punuk
d. membaringkan tubuh pada lantai yang basah

9. Respon adaptasi ternak terhadap temperatur tinggi adalah:


a. mencari tempat teduh, vasodilatasi, evaporasi, napas memburu
b. Mancari tempat teduh, vasokonstriksi, evaporasi, napas memburu
c. Mencari tempat teduh, menggulung tubuh, meningkatkan pertumbuhan bulu
d. Mencari tempat teduh, meningkatkan produksi panas, evaporasi, vasodilatasi

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-111


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

10. Penyesuaian fisiologis terhadap kontak dengan suhu dingin berkepanjangan bisa dibedakan
menjadi tiga kategori, sbb kecuali :
a. Perubahan yang terjadi karena kontak suhu dingin selama beberapa minggu pada saat
factor-faktor lingkungannya tetap tak berubah (Aklimasi terhadap suhu dingin)
b. Modifikasi yang terjadi selama perubahan musim yang lambat dari musim panas ke musim
dingin (Aklimatisasi terhadap suhu dingin)
c. Perubahan genetic selama beberapa generasi sebagai akibat seleksi alamiah individu-
individu yang paling bisa bertahan hidup dalam iklim dingin (adaptasi klimatik).
d. Jawabn a, b dan c salah

II. Untuk memperdalam pemahaman anda tentang materi di atas, maka kerjakanlah soal-soal di
bawah ini : (Skor nilai 80)
1. Jelaskan mekanisme stress panas secara hormonal pada ternak (25)
2. Apa yang dimaksud dengan Respon dan Adaptasi (15)
3. Sebutkan bentuk-bentuk adaptasi (15)
4. Jelaskan respon adaptasi ternak di daerah panas (25)

Jawaban Test Mandiri


I.Pilihlah jawaban yang paling tepat
1.D
2.C
3.C
4.C
5D
6.B
7.D
8.A
9.A
10.D

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-112


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

II.
1.Mekanisme stress pada ternak dapat dilihat pada bagan berikut.

2. Respon hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungannya dinyatakan sebagai respon
hewan terhadap lingkungannya. Respon tersebut berupa perubahan fisik, fisiologis, dan
tingkah laku. Respon hewan tersebut ada yang bersifat reaktif dan ada yang bersifat terpola,
artinya berasal dari nenek moyangnya.
Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang merupakan produk
masa lalu. Organisme yang ada kini dapat hidup pada lingkungannya karena kondisi
lingkungan itu secara kebetulan sama dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya.
3 .Bentuk-bentuk adaptasi adalah: adaptasi morfologi, adaptasi antomi, adaptasi fisiologi dan
adaptasi tingkah laku.
4. Apabila ternak mengalami stress panas akibat suhu lingkungan meningkat, maka ternak
homeotherm akan memberikan respon untuk mencegah peningkatan suhu rubuhnya.
Pengaturan melawan pemanasan pada pokoknya dilakukan dengan memperbesar kehilangan
panas dengan pengaturan secara fisik yaitu, pengaturan kehilangan panas secara tingkah laku

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-113


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

dapat dilakukan dengan mencari tempat teduh, memperbanyak konsumsi air, memperluas
permukaan tubuh, mengurangi intake.
Selanjutnya ternak akan memberi respon dengan penyesuaian sirkulasi. Vasodilatasi
kutikullai. Derajat kehangatan bisa menurunkan tekanan vasokontriktor baik melalui
kenaikan suhu hypothalamus atau secara reflex oleh mediasi termoreseptor pada kulit.
Kehilangan panas akibat pernguapan secara evaporasi. Penguapan air merupakan cara
efektif untuk mendinginkan tubuh. Jumlah panas yang hilang karena evaporasi pada satu
gram dihasilkan mamalia yang tidak aktif hilang melalui penguapan air dari kulit dan
saluran mekanisme berkeringat dan nafas memburu merupakan cara yang efisien melalui
evaporasi. Pada anjing pembentukan keringat tidak begitu menonjol dalam pengatruran
panas, sementara nafas memburu selalu lebih penting. Pada sapi penguapan maksimum dari
permukaan kulit mencapai sekitar 150 g/m2/jam pada suhu luar sebesar 40oC. Pada domba
sekresi keringat kurang penting dibanding ternak sapi, tetapi melalui saluran respirasi lebih
penting.
Tugas:
Buatlah paper “ Adaptasi ternak di daerah tropic”
Obyek tulisan dapat memilih salah satu jenis ternak (Petunjuk tugas dapt dilihat pada RKPS)
Umpan Balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Membuat ringkasan materi pada setiap pertemuan sebelum materi tersebut dibahas dalam
diskusi (dapat dilihat pada GBPP/RKPS)
2. Aktif dalam diskusi
3. Mengerjakan latihan dan tugas.

Daftar Pustaka
Kendeigh, S.C. 1980. Ecology With Special Reference to Animal & Man. Prentice Hall, New
Jersey.

Odum, EP. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Sounders, Tokyo, Japan.


Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Sounders, Philadelphia. London.

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-114


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

GLOSSARIUM

Ambien : sekeliling.—temperatur Suhu disekelilingnya


Aklimasi : penyesuaian diri ternak terhadap iklim yang baru pada tempat yang sama,
khususnya di laboratorium
Aklimatisasi ;penyesuain diri ternak terhadap iklim yang berlainan dengan tempat asal
ternak---Adaptasi
Amilum : zat pati, terdapat dalam umbi-umbian dan kentang
Amnion : bungkus fetus bagian dalam. Cairan yang ada didalamnya menyediakan suatu
medium cair sehingga embrio dapat berkembang, bebas dari goncangan dan
benturan serta tekanan dari sekelilingnya.
Asimilasi : fotosintesis. Proses pembentukan makanan dari karbondioksida dan air pada
tumbuhan yang mempunyai clorofil dengan bantuan sinar matahari.
Birahi : gejal ternak betina menunjukan keinginan atu kemauannya untuk dikawini.
BOD : (Biochemical Oxygen Demand) nilai yang menyatakan tinggi rendahnya
pencemaran limbah bahan organic. Merupakan taksiran dari jumlah oksigen
yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa-senyawa organic yang ada.
Semakin tinggi nilainya semakin tinggi tingkat pencemarannya.
Compensatory growtha: pertumbuhan yang fluaktif atau ternak tidak bertumbuh dengan normal
Dehidrasi : kehil;angan cairan tubuh yang banyak sebagai akibat penguapan
Domestikasi : penjinakan
Dominan : keadaan dimana pengaruh dari individu ternak dapat mengalahkan pengaruh
dari ternak lain dalam satu kelompok
DDT : Dichloro Dyptenil Trichloro (Sejenis insektisida)
Evaporasi : perpindahan panas melalui penguapan
Fostering : pemeliharaan anak oleh induk lain
Gamal : Gliricidae, salah satu sumber pakan ternak
Gelambir : kulit dibagian bawah leher yang mengendor longgar dan mengantung, biasanya
terdapat pada sapi potong tropic misaknya sapi Ongol
Gosipol : pigmen fenolik dari biji kapas. Bersifat racun terhadap beberapa macam hewan.
Herbivora : Hewan pemakan tumbuhan
Hibernasi :
Hider : ternak yang mempunyai sifat bersembunyi menjelang beranak
Hemolisis : peristiwa pecahnya sel darah merah dan keluarnya hemoglobin, dapat terjadi
karena keracunan
Ingestive behaiour: tingkah laku makan dan minum
Kanibalisme : suka memangs sesamanya
Karnivora : Hewan pemakan daging
Keanekaragman: (diversitas)
Konduksi : perpindahan panas
Konveksi : perpindahan panas oleh angin
Liter size : jumlah anak dalm satu kelahiran
Manajemen : tindakan untuk mengatur atau seni mengtur sesuatu yang meliputi pelaksanaan
dan pengawasan suatu kegiatan

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-115


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana
Respon dan Adaptasi Hewan/Ternak Modul 6

Panting : bernapas dengan frekuensi yang lebih tinggi dalam usahanya untuk
mendapatkan lebih banyak udara segar dan melepaskan lebih banyak CO2,
misalnya pada ayam dan anjing
Punuk : kelasa. Sering merupakan cirri khas dari sapi potong Bos indicus
PSE : pale, soft, exudative (daging babi yang pucat, lunak dan eksudatif)
Radiasi : perpindahan panas melalui gelombang
Respirasi : pernapasan
Shelter seeking behavior: tingkah laku mencari naungan
Tannin : senyawa karbohidrat yang terdiri dari molekul glukosa dan 10 molekul asam
galat. Oleh karena itu sering disebut juga asam digalat
Termogenesis : produksi panas dalam tubuh karena oksidasi
Ternak : hewan peliharaan yang seluruh hidupnya yaitu tempat, makan, perkembangbiakan
dan manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara secara khusus
dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan, sandand, tenaga kerja, pupuk dan
untuk hiburan.
Temperatur kritik: temperature yang apabila turun lebih lanjut pada temperature luar, akan
menyebabkan kenaikan produksi panas pada homeotherm
Vasodilatasi : peristiwa melebarnya pembuluh darah sebagai akibat mengendornya serabut
polos yang menyelubunginya
Vasokonstriktir: peristiwa menyempitnya pembuluh darah sebagai akibat kontraksinya serabut
polos yang menyelubunginya

Mata Kuliah Dasar Lingkungan Ternak (PT. 42216) VI-116


Fakultas Peternakan Uniersitas Nusa Cendana

Anda mungkin juga menyukai