PENDAHULUAN
PENYAJIAN MATERI
Termoregulasi dapat tercapai apabila terjadi keseimbangan antara produksi panas tubuh dengan
kehilangan panas dari dalam tubuh. Beberapa factor yang mendorong peningkatan panas tubuh
pada ternak dan mekanisme yang mendukung kehilangan panas dari dalam tubuh, seperti
disajikan pada bagan berikut.
Gambar 3. Heat Gains pada ternak
b. Sekresi etabol thermogenik menurun yang menyebabkan etabolism basal menurun dan
produktivitas ternak menurun.
Apabila mekanisme termoregulasi gagal dilakukan oleh ternak, maka akan terjadi stress akut
(berlaku beberapa saat setelah mengalami temperature tinggi) selanjutnya memasuki tahap
kronis, dimana ternak melakukan adaptasi dan apabila mampu melewati tahap kronis, maka
ternak mengalami pemulihan kembali (compensantory) tetapi jika gagal, maka ternak dapat
mengalami kematian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Dengan kata lain adaptasi adalah suatu proses modifikasi baik secara hayati, genetis, faali dari
individu untuk memperkecil dan mengatasi bahaya lingkungan sehingga memperbesar
kesesuaian individu tersebut terhadap lingkungan.
II.3.Prinsip-prinsip Adaptasi
Bagi hewan dan organisme lain sifat adaptif sangat penting untuk bertahan hidup pada
lingkungan baru atau jika ada perubahan lingkungan habitatnya. Kemampuan hewan/ternak
dalam beradaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda yang dipengaruhi oleh:
1. Sifat genetik,
Sifat genetik hewan mempengaruhi kemampuan hewan tersebut untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Sebagai contoh ternak sapi Eropa (Bos Taurus) merupakan genetic yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang lebih dingin, sebaliknya Bos indicus merupakan
genetik sapi yang dapat bertahan dengan lingkungan yang panas.
2. Kemampuan berkembang biak.
Suatu ukuran yang menunjukkan bahwa ternak/hewan tertentu dapat beradaptasi dengan
lingkungannya apabila memiliki kemampuan untuk berkembang biak dengan baik, karena
hanya ternak/hewan yang mampu beradaptasi saja yang dapat berkembang populasinya.
3. Frekwensi perubahan lingkungan.
Kemampuan adaptasi ternak/hewan sangat tergantung dari frekuensi perubahan lingkungan.
Pada kondisi frekuensi perubahan lingkungan yang berat dapat menyebabkan ternak/hewan
kegagalan dalam beradaptasi. Contoh, sapi Bos taurus yang dimasukkan di daerah tropis
apabila perubahan lingkungan dari daerah asalnya dengan daerah barunya tidak dilakukan
secara bertahap, maka ternak tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.
Kemampuan hewan untuk beradaptasi terbatas oleh:
1. Ketahanan hidup (survival)
2. Perbedaan kemampuan setiap jenis organisme
3. tumpang tindih dengan kondisi sebelumnya sehingga adaptasi merupakan proses yang
lambat
4. Melibatkan seluruh kegiatan hidup.
1.Adaptasi morfologi
Adaptasi yang berhubungan dengan konformasi tubuh. Sebagai contoh ternak sapi di
daerah tropik memiliki kaki yang lebih tinggi yang menjauhkan permukaan tubuh bagian bawah
dengan permukaan tanah yang merupakan sumber panas pantulan, ternak kambing mampu
bertahan di daerah panas karena mempunyai rumen yang lebih luas 45% dari masa tubuh
dibanding ternak ruminansia lainnya (15-25%, sapi 30%) dan Onta mampu menyimpan air
dalam lambung dalam jumlah banyak.
2.Adaptasi Anatomi
Adaptasi anatomic adalah adaptasi yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap
bentuk anatomis ternak. Sebagai contoh untuk ternak sapi di daerah tropik memiliki bulu yang
halus, pendek, jarang dan daun telinga yang lebih panjang serta badan yang lebih kecil. Hal
tersebut berhubungan dengan upaya pelepasan panas ketika suhu lingkungan meningkat. Adanya
gelambir dan punuk juga merupakan bentuk penyesuaian anatomis ternak di daerah tropis untuk
memperluas permukaan tubuhnya sehingga memudahkan pelepasan panas pada saat suhu
lingkungan tinggi. Ternak di daerah tropis memiliki ketebalan kulit yang lebih rendah sehingga
memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh.
Dalam membahas adaptasi anatomik dapat dihubungkan dengan Dalil BERGMAN
(1847) DAN WILSON (1854), yaitu bangsa ternak berukuran besar terdapat di daerah
sedang/sub tropis dan bangsa ternak berukuran kecil terdapat di daerah tropis. Pada Bos
indicus juga dilengkapi lipatan kulit pada tubuh, gelambir, perut bagian bawah, daun telinga
lebih besar, vulva lebih besar dan berlipat. Jelas bahwa Luas permukaan tubuh Bos indicus per
satuan berat tubuh lebih besar dari Bos taurus ini berarti kehilangan panas tubuh Bos indicus
per satuan berat lebih cepat dari Bos taurus. Bos indicus mempunyai toleransi panas lebih
baik. Dalil Wilson menyatakan bangsa ternak di daerah sedang/sub tropis memiliki rambut
halus, panjang (spt wol), rebah dan lapisan lemak sub cutan tebal, dan sebaliknya bangsa
ternak di daerah tropis berambut pendek, licin, mengkilat, lurus dan kaku, kulit tipis, serta
lemak sub kutan tipis atau bahkan tidak ada.
3.Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah adaptasi yang menyangkut kesesuaian proses-proses fisiologis
hewan dengan kondisi lingkungan dan sumberdaya yang ada di habitatnya. Diantaranya ada
yang berhubungan dengan adaptasi struktural, terutama pada bagian dalam tubuh. Misalnya pada
proses respirasi, pencernan makanan dan lain-lain yang menggambarkan adanya adaptasi
terstruktur.
Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi faali jangka lama akibat stress klimat yang
kompleks yang terus menerus dan berulang-ulang dan biasanya terjadi di lapangan. Aklimasai
merupakan perubahan adaptasi sebagai respon iklim atau klimtologik yang biasanya terjadi pada
climatic chamber
Derajat kehangatan bisa menurunkan tekanan vasokontriktor baik melalui kenaikan suhu
hypothalamus atau secara reflex oleh mediasi termoreseptor pada kulit.
Kehilangan panas akibat pernguapan secara evaporasi. Penguapan air merupakan cara
efektif untuk mendinginkan tubuh. Jumlah panas yang hilang karena evaporasi pada satu gram
dihasilkan mamalia yang tidak aktif hilang melalui penguapan air dari kulit dan saluran
mekanisme berkeringat dan nafas memburu merupakan cara yang efisien melalui evaporasi.
Berkeringat, Pengeluaran keringat untuk mengatur panas terjadi dengan dua cara : 1)secara
reflex akibat stimulasi reseptor rasa hangat pada kulit dan 2) dengan naiknya suhu
hypothalamus. Meskipun pengeluaran keringat secara reflex bisa terjadi tanpa kenaikan suhu
pusat, suhu kulit yang tinggi tidak bisa menyebabkn pengeluaran keringat skala penuh tanpa
bantuan hypothalamus secara simultan. Nilai penting relative dari pembentukan keringat sebagai
mekanisme penyebaran panas bervariasi diantara berbgai spesies. Pada anjing pembentukan
keringat tidak begitu menonjol dalam pengatruran panas, sementara nafas memburu selalu lebih
penting. Pada sapi penguapan maksimum dari permukaan kulit mencapai sekitar 150 g/m2/jam
pada suhu luar sebesar 40oC. Pada domba sekresi keringat kurang penting dibanding ternak
sapi, tetapi melalui saluran respirasi lebih penting.
Nafas memburu. Beban panas pada banyak spesies akan menyebabkan polipnea (pernapasan
cepat) dan pada beberapa spesies, terjadi pernapasan memburu polipneik, yakni pernapasan pada
frekuensi antara 200 dan 400 per menit dengan mulut terbuka. Nafas memburu pada umumnya
disertai dengan meningkatnya sekresi ludah dan biasa menyebabkan kenaikan nyata pendinginan
evaporasi melalui respirasi jika kelembaban udara inspirasi tidak terlalu tinggi. Pendinginan
evaporasi terjadi pada saluran respirasi bagian dan tidak dari pendinginan dari paru-paru. Pada
sapi muda dan domba, nafas memburu sebagai respon terhadap naiknya suhu lingkungan, bisa
mulai terjadi sebelum terjadi kenaikan suhu darah yang mensuplai otak. Namun, nafas memburu
bisa juga terpicu pada suhu luar yang konstan oleh kenaikan suhu tubuh atau oleh pemanasan
lokal pada hypothalamus anterior. Ini menunjukkan bahwa mekanisme nafas memburu,
sebagaimana pembentukan keringat bisa dirangsang secara reflex maupun secara terpusat.
Cara utama untuk memungkinkan peningkatan laju metabolisme dibawa suhu kritis adalah
melalui penggigilan (shiering) yang merupakan konstraksi otot secara ritmis. Kenaikan
produksi panas pada hewan-hewan yang berada pada suhu dingin bisa juga terjadi tanpa terjadi
aktivits otot yang bisa diamati (dikenal sebagai termogenesis tanpa-menggigil). Selama kontak
mendadak dengan udara dingin , menggigil merupakan penyumbang utama dalam peningkatan
produksi panas. Menggigil bias meningkatkan konsumsi oksigen sebesar 400 persen, sementara
sumbangan termogenesis tanpa menggigil juh lebih kecil. Menggigil merupakan fungsi spontan
dari tubuh dan berupa tremor otot dengan frekuensi sekitar 10 per detik. Respon menggigil
sangat tergantung pada suhu lingkungan atu suhu luar. Respon ini kuat pada lingkungan dingin
dan lemah atau tidak ada sama sekali pada lingkungan hangat.
Termogenesis tanpa menggigil terutama adalah akibat efek kalorigenik epineprin, norepineprin,
dan tiroksin. Kenaikan sekresi hormone ini terjadi selama ternak mengalami stress dingin
Pada burung, penguapan yang terjadi ketika udara mengalir melewayi kantung udara
memiliki efek pendinginan. Pada saat suhu tubuh naik, burung bernafas dengan cepat dan
minum lebih banyak. Pada suhu luar diatas 27oC ayam mulai menunjukkan kenaikan suhu
rectum dan laju respirasi. Ayam tidak aman berada lama dalam suhu udara sebesar 38oC kecuali
jika kelembaban relatifnya dibawah suhu 75. Suhu rectum sebesar 45oC (13oF) tampaknya
merupakan batas-batas ketidak amanan pada ayam. Pada burung dara nafs memburu mulai
terjadi pada suhu rectum sekitar 42,5oC, dan pada suhu udara 39oC konsumsi air menjadi empat
kali dari yang teramati pad suhu 23oC (Bartholow dan Dawson, 1954 dalam Swenson 1977)
Suhu kritis (tc) lingkungan bervariasi diantara berbagai spesies, namun bisa juga sangat
bervariasi diantara individu-individu dari spesies yang sama tergantung pada perubahan
perlindungan (isolasi) tubuh akibat pengaruh iklim. Kenaikan isolasi tubuh menyebabkan
penurunan tc, dan penurunan isolasi mempunyai efek sebaliknya.
Penyesuaian fisiologis terhadap kontak dengan suhu dingin berkepanjangan bisa
dibedakan menjadi tiga kategori: (1) perubahan yang terjadi karena kontak suhu dingin selama
beberapa minggu pada saat factor-faktor lingkungannnya tetap tak berubah (Aklimasi terhadap
suhu dingin), (2) modifikasi yang terjadi selama perubahan musim yang lambat dari musim
panas ke musim dingin (Aklimatisasi terhadap suhu dingin), (3) perubahan genetic selama
beberapa generasi sebagai akibat seleksi alamiah individu-individu yang paling bisa bertahan
hidup dalam iklim dingin (adaptasi klimatik). Perbedaan prinsip antara dua kategori yang
pertama adalah bahwa hewan yang mengalami aklimasi terhadap suhu dingin menunjukkan
kenaikan metabolis secara tetap sebagai akibat dari reaksi enzim namun pada umumnya tidak
secara nyata menurunkan tc, sementara hewan-hewan yang beraklimatisasi terhadap dingin pada
umumnya tidak menunjukkan kenaikan metabolis namun memiliki tc yang menurun secara
mencolok sebagai akibat isolasi yang semakin membaik.
PENUTUP
Rangkuman
1. Ternak/hewan dalam melakukan respons terhadap pengaruh lingkungan, maka akan terjadi
beberapa perubahan yaitu :
(a) Tingkah laku makan (ingestive behavior)
(b). Perubahan Efisiensi Reproduksi
(c). Biologis
(d). Perubahan Karakter Produksi
(e). Perubahan Behavior
(d). Perubahan Karakter Produksi
(e). Perubahan Behavior
2. Semua ternak merupakan homeoterm (berdarah panas), sehingga selalu berupaya untuk
memelihara suhu tubuhnya pada kondisi yang normal. Untuk itu ternak selalu menjaga
keseimbangan panas tubuh melalui termoregulasi. Ternak yang mengalami stress dapat
menyebabkan penurunan imunitas atau kekebalan
3. pelepasan panas dari dalam tubuh berjalan dengan baik, melalui :
Disipitasi panas lebih baik melalui : a. konduksi, b. konveksi, dan c. radiasi.
Panas tubuh juga berkurang melalui : a. paru-paru (evaporasi) dan b. kulit (perspirasi)
Bila temperatur ambient meningkat water lost melalui perspirasi (insensible) meningkat,
sebelum perkeringatan aktif dimulai
Sirkulasi darah memindahkan panas tubuh ke periper dan terjadi disipitasi melalui
evaporasi keringat
Respiration dan sweating rate meningkat (nafas lebih dangkal)
4. Adaptasi adalah sifat dan kemampuan organisme untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan nya atau kondisi habitatnya. Sifat-sifat adaptasi hewan meliputi adaptasi
morfologi,anatoni, fisiologis dan tingkah laku. Kemampuan hewan/ternak dalam beradaptasi
dengan lingkungannya berbeda-beda yang dipengaruhi oleh: Sifat genetik, Kemampuan
berkembang biak, dan Frekwensi perubahan lingkungan.
5. Respon adaptasi terhadap suhu panas secara tingkah laku, vasodilatasi kutikullai, kehilangan
panas akibat penguapan secara evaporasi. berkeringat, dan nafas memburu. Respon adaptasi
terhadap suhu dingin dengan cara memperkecil kehilangan panas dengan pengaturan secara
fisik, peningkatan produksi panas, memperkecil kehilangan panas, meningkatkan
pertumbuhan bulu dan timbunan lemak subkutan . vasokonstriksi, dan peningkatan produksi
panas.
Test Mandiri
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat (Skor nilai 20)
1.Respons ternak terhadap lingkungannya tergantung pada factor-faktor ini, kecuali :
a. Umur, tipe breed, tingkat laktasi, bulu dan woll
b. Derajat aklimasi, kondisi nutrisi, ransum, dan frekwensi pemberian pakan
c. Kondisi tubuh, tingkat insulasi, perkandangan, praktek manajemen, tingkah laku
d. Jawaban a,b, dan c salah
2. Ternak/hewan dalam melakukan respons terhadap pengaruh lingkungan, maka akan terjadi
beberapa perubahan misalkan biologis yaitu :
a. Suhu tubuh meningkat
b. Nafas lebih cepat
c. Komposisi darah tidak berubah dan perubahan sekresi urinas
d.Perubahan motilitas cerna dan fermentasi
3 Ternak yang selalu mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran normal disebut :
a. Homeolisis c. Homeoterm
b. Homeoragi d. Thermonetral
4.. Ternak mempertahankan keseimbangan panas badannya melalui Vasomotor control, melalui:
a. Vasomotor dan vasokontrol
b.Vasodilatasi dan vasomotor
c.Vasokontriktir dan vasodilatasi
d. Vasomedula dan vasokonstriktir
10. Penyesuaian fisiologis terhadap kontak dengan suhu dingin berkepanjangan bisa dibedakan
menjadi tiga kategori, sbb kecuali :
a. Perubahan yang terjadi karena kontak suhu dingin selama beberapa minggu pada saat
factor-faktor lingkungannya tetap tak berubah (Aklimasi terhadap suhu dingin)
b. Modifikasi yang terjadi selama perubahan musim yang lambat dari musim panas ke musim
dingin (Aklimatisasi terhadap suhu dingin)
c. Perubahan genetic selama beberapa generasi sebagai akibat seleksi alamiah individu-
individu yang paling bisa bertahan hidup dalam iklim dingin (adaptasi klimatik).
d. Jawabn a, b dan c salah
II. Untuk memperdalam pemahaman anda tentang materi di atas, maka kerjakanlah soal-soal di
bawah ini : (Skor nilai 80)
1. Jelaskan mekanisme stress panas secara hormonal pada ternak (25)
2. Apa yang dimaksud dengan Respon dan Adaptasi (15)
3. Sebutkan bentuk-bentuk adaptasi (15)
4. Jelaskan respon adaptasi ternak di daerah panas (25)
II.
1.Mekanisme stress pada ternak dapat dilihat pada bagan berikut.
2. Respon hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungannya dinyatakan sebagai respon
hewan terhadap lingkungannya. Respon tersebut berupa perubahan fisik, fisiologis, dan
tingkah laku. Respon hewan tersebut ada yang bersifat reaktif dan ada yang bersifat terpola,
artinya berasal dari nenek moyangnya.
Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang merupakan produk
masa lalu. Organisme yang ada kini dapat hidup pada lingkungannya karena kondisi
lingkungan itu secara kebetulan sama dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya.
3 .Bentuk-bentuk adaptasi adalah: adaptasi morfologi, adaptasi antomi, adaptasi fisiologi dan
adaptasi tingkah laku.
4. Apabila ternak mengalami stress panas akibat suhu lingkungan meningkat, maka ternak
homeotherm akan memberikan respon untuk mencegah peningkatan suhu rubuhnya.
Pengaturan melawan pemanasan pada pokoknya dilakukan dengan memperbesar kehilangan
panas dengan pengaturan secara fisik yaitu, pengaturan kehilangan panas secara tingkah laku
dapat dilakukan dengan mencari tempat teduh, memperbanyak konsumsi air, memperluas
permukaan tubuh, mengurangi intake.
Selanjutnya ternak akan memberi respon dengan penyesuaian sirkulasi. Vasodilatasi
kutikullai. Derajat kehangatan bisa menurunkan tekanan vasokontriktor baik melalui
kenaikan suhu hypothalamus atau secara reflex oleh mediasi termoreseptor pada kulit.
Kehilangan panas akibat pernguapan secara evaporasi. Penguapan air merupakan cara
efektif untuk mendinginkan tubuh. Jumlah panas yang hilang karena evaporasi pada satu
gram dihasilkan mamalia yang tidak aktif hilang melalui penguapan air dari kulit dan
saluran mekanisme berkeringat dan nafas memburu merupakan cara yang efisien melalui
evaporasi. Pada anjing pembentukan keringat tidak begitu menonjol dalam pengatruran
panas, sementara nafas memburu selalu lebih penting. Pada sapi penguapan maksimum dari
permukaan kulit mencapai sekitar 150 g/m2/jam pada suhu luar sebesar 40oC. Pada domba
sekresi keringat kurang penting dibanding ternak sapi, tetapi melalui saluran respirasi lebih
penting.
Tugas:
Buatlah paper “ Adaptasi ternak di daerah tropic”
Obyek tulisan dapat memilih salah satu jenis ternak (Petunjuk tugas dapt dilihat pada RKPS)
Umpan Balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Membuat ringkasan materi pada setiap pertemuan sebelum materi tersebut dibahas dalam
diskusi (dapat dilihat pada GBPP/RKPS)
2. Aktif dalam diskusi
3. Mengerjakan latihan dan tugas.
Daftar Pustaka
Kendeigh, S.C. 1980. Ecology With Special Reference to Animal & Man. Prentice Hall, New
Jersey.
GLOSSARIUM
Panting : bernapas dengan frekuensi yang lebih tinggi dalam usahanya untuk
mendapatkan lebih banyak udara segar dan melepaskan lebih banyak CO2,
misalnya pada ayam dan anjing
Punuk : kelasa. Sering merupakan cirri khas dari sapi potong Bos indicus
PSE : pale, soft, exudative (daging babi yang pucat, lunak dan eksudatif)
Radiasi : perpindahan panas melalui gelombang
Respirasi : pernapasan
Shelter seeking behavior: tingkah laku mencari naungan
Tannin : senyawa karbohidrat yang terdiri dari molekul glukosa dan 10 molekul asam
galat. Oleh karena itu sering disebut juga asam digalat
Termogenesis : produksi panas dalam tubuh karena oksidasi
Ternak : hewan peliharaan yang seluruh hidupnya yaitu tempat, makan, perkembangbiakan
dan manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara secara khusus
dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan, sandand, tenaga kerja, pupuk dan
untuk hiburan.
Temperatur kritik: temperature yang apabila turun lebih lanjut pada temperature luar, akan
menyebabkan kenaikan produksi panas pada homeotherm
Vasodilatasi : peristiwa melebarnya pembuluh darah sebagai akibat mengendornya serabut
polos yang menyelubunginya
Vasokonstriktir: peristiwa menyempitnya pembuluh darah sebagai akibat kontraksinya serabut
polos yang menyelubunginya