Anda di halaman 1dari 23

Superkonduktivitas

Oleh
Muliani
Superkonduktivitas
• Sifat superkonduktivitas bahan ditemukan
pertama kali oleh Heike Kammerlingh Onnes
pada tahun 1911.
• Pada saat itu, dia sedang mencoba mengamati
hambatan jenis (resistivity) logam merkuri
(Hg) ketika didinginkan sampai suhu helium
cair. Ternyata dia mendapatkan hambatan
jenis merkuri tiba-tiba turun drastis mendekati
nol pada suhu 4,2 K.
• Kemudian pada tahun 1911, Onnes mulai
mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada
suhu yang sangat dingin.
• Pada waktu itu telah diketahui bahwa
hambatan suatu logam akan turun ketika
didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi
belum ada yang dapat mengetahui berapa
batas bawah hambatan yang dicapai ketika
temperatur logam mendekati 0 K atau nol
mutlak.
• Beberapa ilmuwan pada waktu itu seperti
William Kelvin memperkirakan bahwa
elektron yang mengalir dalam konduktor akan
berhenti ketika suhu mencapai nol mutlak.
• Dilain pihak, ilmuwan yang lain termasuk
Onnes memperkirakan bahwa hambatan akan
menghilang pada keadaan tersebut.
• Untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi,
Onnes mengalirkan arus pada kawat merkuri
yang sangat murni, kemudian mengukur
hambatannya sambil menurunkan suhunya.
• Pada suhu 4,2 K, Onnes mendapatkan
hambatannya tiba-tiba menjadi hilang. Arus
mengalir melalui kawat merkuri terus-
menerus. Dengan tidak adanya hambatan,
maka arus dapat mengalir tanpa kehilangan
energi. Fenomena konduktivitas sempurna
inilah yang disebut superkonduktivitas
• Bahan yang mempunyai sifat superkonduktif
ini dinamakan bahan superkonduktor.
Tabel Superkonduktivitas beberapa unsur dan senyawa

Unsur Tc (K) Senyawa Tc (K)


Al 1,19 Nb2Sn 18,05
Merkuri (Hg) 4,15 Nb3Ge 23,2
Zinc 0,88 Nb3Al 17,5
Tin 3,72 16,0
NbN
Sn 3,73 0,26
(SN)x polymer
Ta 4,39 16,5
V3Ga
V 5,1 17,1
Pb 7,22 V3Si 14,4
Nb 8,00 Pb1Mo5.1S6 3,44
Th 1,3 Ti2Co 10,4
U 0,68 La3In
90
Senyawa keramik 125
YBa2Cu2O3
TIBaCuCaO
Superkonduktor

Superkonduktor merupakan bahan material


yang memiliki hambatan listrik bernilai nol
pada suhu yang sangat rendah. Artinya
superkonduktor dapat menghantarkan arus
walaupun tanpa adanya sumber tegangan
Sifat Dasar Superkonduktor
Suatu material dapat dikatakan bersifat
superkonduktor jika menunjukkan dua sifat
khusus, yaitu:
• Tanpa resistivitas (zero resistivity) atau 𝜌 = 0
pada temperatur T = Tc dan
• diamagnetik sempurna (perfect
diamagnetism) dengan B = 0 pada temperatur
T = Tc dan medan magnet B = Bc (Cyrot and
Pavuna, 1992).
Konduktivitas Sempurna Bahan
Superkonduktor
• Pada suhu rendah, bahan superkonduktor memiliki
resistivitas sama dengan nol (ρ = 0). Material yang
didinginkan di dalam nitrogen cair atau helium cair,
resistivitas material ini akan turun seiring dengan
penurunan suhu.
• Pada suhu tertentu, resistivitas material akan turun
secara drastis menjadi nol. Suhu dimana resistivitas
material turun drastis menjadi nol ini disebut
dengan suhu kritis (Tc), yaitu terjadinya transisi
dari keadaan normal ke keadaan superkonduktor
Sifat Magnetik Superkonduktor (Efek
Meissner)
Pada tahun 1933 Meissner dan Ochsenfeld
menemukan suatu fenomena unik, yaitu jika
suatu bahan superkonduktor ditempatkan
pada suatu medan magnet eksternal (B) dan
bahan tersebut didinginkan di bawah suhu
kritisnya, maka akan terjadi eksklusi fluks
magnetik (penolakan garis-garis gaya
magnet) (Salmah, 2001). Hal ini dapat dilihat
pada Gambar
Gambar 1. Eksklusi fluks magnetik saat T<Tc

Sifat magnetik superkonduktor tersebut dapat dilihat dengan pengujian efek


Meissner seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Efek Meissner pada superkonduktor yang


memberikan gejala penolakan medan magnet luar
• Efek Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga
sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh
bahan superkonduktor.
• Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar.
Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek
Meissner ini akan hilang dan material akan
kehilangan sifat superkonduktivitasnya.
• Ketika bahan superkonduktor didinginkan di bawah
temperatur kritis, bahan tersebut akan menolak
medan magnet luar yang mencoba untuk memasuki
bahan, sehingga induksi magnet (B) dalam bahan
menjadi nol. Fenomena ini disebut Efek Meissner
(Shukor, 2009)
Superkonduktor mengeluarkan fluks magnetik
selama bahan tersebut didinginkan dibawah Tc
dalam medan magnet luar, yang berarti
superkonduktor ini berperilaku seperti bahan
diamagnetik sempurna. Karena B = 0 didalam
superkonduktor, maka berdasarkan persamaan

Dituliskan Menjadi
Suseptibilitasnya ditentukan oleh:

yang dibenarkan untuk diamagnetik sempurna.

Dari persamaan teorema Ampere yaitu: ʃ B.dl = µoI ,


untuk bahan superkonduktor menjadi:
Jadi besar arus permukaan persatuan panjang
dituliskan:

Hubungan antara penembusan medan magnet luar di dalam


sebuah bahan superkonduktor secara eksperimen diberikan
oleh

Disini Hc menggambarkan medan magnet pada


permukaan, λL disebut panjang karakterisasi atau
kedalaman penembusan medan.
Medan Kritis dan Temperatur Kritis
• Jika bahan superkonduktor ditempatkan pada
suatu medan magnet yang cukup kuat maka
bahan tersebut akan kembali ke keadaan
normalnya.
• Nilai medan magnet pada bahan super
konduktivitas hilang disebut medan ambang atau
medan kritis, Hc, yang mempunyai orde beberapa
ratus oersted untuk beberapa superkonduktor
murni. Medan ini berubah terhadap temperatur.
Hubungan antara medan magnet kritis dan
temperatur dituliskan :
Macam Superkonduktor
• Berdasarkan interaksi dengan medan
magnetnya, maka superkonduktor dapat
dikelompokkan ke dalam dua tipe.
Pengelompokkan ini didasarkan pada
perilakunya dalam medan magnet luar
1. Superkonduktor tipe I
2. Superkonduktor tipe II
Superkonduktor Tipe I
• Superkonduktor tipe I menurut teori BCS (Bardeen,
Cooper, dan Schrieffer) dijelaskan dengan
menggunakan pasangan elektron (yang sering
disebut pasangan Cooper).
• Pasangan elektron bergerak sepanjang terowongan
penarik yang dibentuk ion-ion logam yang
bermuatan positif. Akibat dari adanya pembentukan
pasangan dan tarikan ini arus listrik akan bergerak
dengan merata dan superkonduktivitas akan terjadi
Superkonduktor Tipe II
• Superkonduktor tipe II tidak dapat dijelaskan dengan
teori BCS
• Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru
untuk menjelaskan superkonduktor jenis II ini.
• Ia mendasarkan teorinya pada kerapatan pasangan
elektron yang dinyatakan dalam parameter
keteraturan fungsi gelombang.
• Abrisokov dapat menunjukkan bahwa parameter
tersebut dapat mendeskripsikan pusaran (vortices)
dan, m Bc, Ba, 0 Superkonduktor Konduktor Biasa.
• Grafik Magnetisasi terhadap Medan
magnet bagaimana medan magnet dapat
menetrasi bahan sepanjang terowongan
dalam pusaran-pusaran ini. Lebih lanjut
ia pun dengan secara mendetail dapat
memprediksikan jumlah pusaran yang
tumbuh seiring meningkatnya medan
magnet.
• Superkonduktor tipe II akan menolak
medan magnet yang diberikan.
• Namun perubahan sifat kemagnetan
tidak tiba-tiba tetapi secara bertahap.
• Pada suhu kritis, maka bahan akan Gambar . Grafik magnetisasi
kembali ke keadaan semula. terhadap medan magnet
• Superkonduktor Tipe II memiliki suhu
kritis yang lebih tinggi dari
superkonduktor tipe I.
Karakteristik superkonduktor

Suatu penurunan entropi yang mencolok


dapat diamati selama transisi dari keadaan
normal kekeadaan superkonduktor dekat
temperatur kritis yang menunjukkan bahwa
keadaan superkonduktor lebih teratur dari
pada keadaan normal.
Hubungan antara kapasitas panas dengan
temperatur dipengaruhi oleh:

Panas jenis elektronik (Ce) dalam keadaan


superkonduktor tidak menunjukkan variasi linear
terhadap temperatur. Panas jenis elektronik ini
dipengaruhi secara exponensial sebagai :

Anda mungkin juga menyukai