Anda di halaman 1dari 20

Referensi Materi Bahan Listrik

 B. M Tarrev, Material for Engineering.


 Lawrece H. Van Viack, Elemen of Material
 Sumanto,Pengetahuan Bahan untuk Mesin &Listrik,
Penerbit Andi, 2005
SUPERKONDUKTIVITAS
DEFINISI

SUPERKONDUKTIVITAS adalah suatu


fenomena hilangnya hambatan listrik pada suatu
material dibawah temperatur kritis.
 fenomena superkonduktivitas ditandai dengan
hilangnya hambatan listrik ( R = 0), dan
pengeluaran medan magnetik dalam material
( B = 0)
Akurensi Superkonduktivitas

Histori

Superkonduktivitas
ditemukan oleh Heike
Kamerlings Onnes pada
tahun 1911.
Onnes menemukan
bahwa pada temperatur
4,2 K hambatan listrik
kawat merkuri hilang
Akurensi Superkonduktivitas

Temperatur Kritis ( Tc)

 Suhu transisi antara keadaan


NORMAL dengan keadaan
SUPERKONDUKSI.
 T > Tc, material dalam keadaan
normal ( konduktor atau
isolator)
 T < Tc, material dalam keadaan
superkonduksi.
 Dalam kedaan superkonduksi,
hambatan listrik (resistansi)
material hilang/lenyap , R = 0
Akurensi Superkonduktor

 Superkonduktivitas dapat terjadi pada beberapa logam,


paduan antar senyawa logam dan semikonduktor
 Superkonduktivitas beberapa logam ada yang terjadi hanya
pada temperatur Tinggi.
Contoh : Cesium ------ 110 kbar, Tc = 1,5 K
Silikon ------- 165 kbar, Tc = 8,3 K
 Unsur-unsur yang pada suhu kamar merupakan konduktor
justru tidak memiliki superkonduktivitas pada suhu rendah.
Contoh : tembaga, perak, emas, dan logam alkali (Li, Na dan
K).
 Superkonduktor yang terdiri dari unsur-unsur tunggal yang
dipelopori oleh temuan Onnes disebut dengan
superkonduktor tipe-1 (superkonduktor konvensional)
Akurensi Superkonduktivitas

Superkonduktor yang sudah ditemukan


Tabel Superkonduktivitas beberapa unsur dan senyawa

Unsur Tc (K) Senyawa Tc (K)


Al 1,19 Nb2Sn 18,05
Merkuri (Hg) 4,15 Nb3Ge 23,2
Zinc 0,88 Nb3Al 17,5
Tin 3,72 16,0
NbN
Sn 3,73 0,26
(SN)x polymer
Ta 4,39 16,5
V3Ga
V 5,1 17,1
Pb 7,22 V3Si 14,4
Nb 8,00 Pb1Mo5.1S6 3,44
Th 1,3 Ti2Co 10,4
U 0,68 La3In
90
Senyawa keramik 125
YBa2Cu2O3
Destruksi Superkonduktivitas

Medan Kritis
Grafik Ketergantungan Tc terhadap Hc
 Medan magnetik yang cukup
kuat dapat melenyapkan Hc
superkonduktivitas pada suatu
material superkonduktor
 Harga kritis dari medan
magnetik untuk menghilang-
kan superkonduktivitas disebut Normal
MEDAN KRITIS (Hc).
 Kehadiran medan magnetik
Superkonduksi
mempengaruhi tingginya
temperatur kritis Tc
Destruksi Superkonduktivitas
Contoh :
 Tanpa medan magnetik, harga Tc dari
timbal (Pb) adalah 7,2 K.
 Apabila ia dikenai medan sebesar
48000 A/m, maka suhu kritisnya turun
menjadi 4 K.
 Artinya, kehadiran medan magnetik
48000 A/m, pada suhu 5 K pun, Pb
masih dalam keadaan normal.
 Medan kritis Hc dinyatakan dalam
persamaan :
Hc(T) = Hc (0) [ 1 - (T/Tc)2]
Destruksi Superkonduktivitas

Arus Kritis
Medan kritik ini tidak harus berasal dari luar, tapi juga bisa ditimbulkan
oleh medan internal, yaitu jika ia diberi aliran arus listrik. Untuk
superkonduktor berbentuk kawat beradius r, arus kritiknya dinyatakan
oleh aturan Silsbee :

Ic = 2 phi . r . Hc

Jadi pada suhu tertentu ( T < Tc ) , bahan superkonduktor memiliki


ketahanan yang terbatas terhadap medan magnet dari luar dan arus listrik
yang bisa diangkutnya. Kalau harga-harga kritik ini dilampaui, sifat
superkonduktor bahan akan lenyap dengan sendirinya. Ambil contoh untuk
kawat Pb beradius 1 mm pada suhu 4 K, agar ia tetap bersifat
superkonduktor ia tidak boleh menerima medan magnet lebih besar dari
48000 A/m atau mengangkut arus listrik lebih dari 300 A
Meissner Effect

Walter Meissner

 Pada tahun 1933, Walter Meissner


dan robert Ochsenfeld menemukan
bahwa suatu superkonduktor akan
menolak medan magnetik.
 Efek meissner terjadi jika suatu
superkonduktor didinginkan dalam
medan magnetik sampai
temperatur transisi.
 Medan magnetik luar didistorsi
sehingga tidak dapat menembus
material superkonduktor
Meissner Effect
Keadaan normal (T>Tc)
Medan magnetik dalam material ada
yaitu hampir sama dengan medan
magnetik luarnya
suseptibilitas magnetiknya 0 dan
permebilitas magnetiknya 1
Superkonduksi (T<Tc)
medan magnetik luar didistorsi ke sisi
material sehingga medan dalam
material tidak ada.
susptibilitanya -1 (perfect diamegnetic)
permebilitas magnetiknya 0
Perfect Diamagnetic

 Ketiadak hadiran medan magnetik dalam material dikarenakan arus pusaran


yang diinduksi dalam material itu selalu berlawanan dengan perubahan fluks
magnetik dari medan magnetik luar ( hukum Lenz)
 Bila sebuah material ditempatkan dalam medan magnet luar Ba, maka medan
magnetik B dalam material itu berbeda dari Ba karena magnetisasi M (momen
magnetik per satuan volum) dalam material itu.
(CGS) B = Ba + 4πM
(SI) B = Ba + µ0M
 Hubungan antara magnetisasi M dengan medan dalam material B dapat
dinyatakan dalam suseptibilitas magnetik χm.
µ0M = (χm /1+ χm ) B
 Pada keadaan superkonduksi χm = -1 dan κ = 1+ χm = 0 maka, medan
magnetik dalam material B = 0
Meissner Effect

Levitasi

Sebuah material super-


konduktor (lempeng
hitam) mengerahkan se-
buah gaya tolak pada
sebuah magnet, sehingga
menopang magnet itu di
udara/ magnet me-
ngambang (levitasi)
Hubungan Magetisasi M dengan Medan Magnetik Ba

Type-1 superkonductor Type-2 superconductor


Kapasitas Panas

Entopi

 Entropi adalah ukuran Plot Hub. Antara S normal, S


superkonduksi terhadap fungsi suhu
ketidak-aturan suatu
sistem.
 Entropi pada keadaan
superkonduksi lebih
rendah dari pada keadaan
normal, karena elektron
lebih teratur daripada
keaadaan normal.
Kapasitas Panas
 Kapasitas panas elektronik
berbanding lurus terhadap
temperatur pada keadaan non-
superkonduksi.
 Pada keadaan transisi
superkonduksi, grafik
mengalami kenaikan secara
diskontinu.
 Pada keadaan superkonduksi,
kapasitas panas elektroniknya
turun secara eksponensial
terhadap penurunan suhunya
Energi Gap
Normal (insulator) Superkonduktor

εf
εf Eg
Eg(T)/Eg(0)
Energi Gap

1
Energi Gap
menurun secara
kontinu sampai nol
ketika
temperaturnya
dinaikkan sampai
pada temperatur
transisi.
T/Tc
0 1

Anda mungkin juga menyukai