Anda di halaman 1dari 170

RESPONSI OD1 –

AMALGAM KELAS I
Sesi 3 Kelompok B
◦ KASUS I
◦ Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke RSGM Unpad dengan keluhan gigi
belakang kiri rahang atas berlubang pada permukaan mengunyah gigi. Gigi
terasa ngilu jika dipakai makan sejak 2 minggu yang lalu, rasa ngilu semakin
bertambah jika pasien meminum air dingin atau memakan makanan manis.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter gigi, didapatkan data sebagai berikut:
◦ Kondisi umum : sehat, compos mentis
◦ Pemeriksaan ekstroral : Tidak ada kelainan
◦ Pemeriksaan intraoral : Karies dentin pada oklusal gigi 24 ;
◦ tes dingin (+); tes perkusi (-)
DIAGNOSIS DAN
KLASIFIKASI
KARIES
Diagnosis Kasus
Pulpitis Reversible, Karies Kelas 1 Klasifikasi GV. Black, Site 1 Size 2 Klasifikasi Mount and
Hume.
Klasifikasi Karies
G.V. Black, membagi klasifikasi preparasi gigi berdasarkan area anatomis yang terkena varies atau defek
lainnya. Terbagi ke dalam 6 kelas :
1. Kelas I
- Karies pit and fissure.
- Permukaan oklusal gigi posterior (premolar dan molar)
- 2/3 oklusal permukaan fasial dan lingual gigi molar
- Permukaan lingual gigi incisivus (foramen caecum)
2. Kelas II
- Bagian proksimal gigi posterior

3. Kelas III
- Bagian proksimal gigi anterior (tidak mencapai incisal edge)

4. Kelas IV
- Bagian proksimal gigi anterior (mencapai incisal edge)

-
5. Kelas V
- 1/3 servikal permukaan facial dan lingual gigi anterior dan posterior

6. Kelas VI
- Incisal edge gigi anterior atau ujung cusp pada gigi posterior
Klasifikasi Mount and Hume
Berdasarkan lokasi (site)
- Site 1 : Karies terletak pada pit & fissure
- Site 2 : Karies terletak di bagian proksimal, baik gigi anterior maupun posterior
- Site 3 : Karies terletak di daerah 1/3 servikal pada permukaan bukal dan lingual.

Berdasarkan ukuran (size)


- Size 0 : Lesi awal, belum terdapat kavitas, masih berupa white spot.
- Size 1 : Lesi kecil, karies mengenai lapisan enamel, keterlibatan dentin minimal. Dapat dilakukan
penyembuhan melalui remineralisasi.
- Size 2 : Lesi sedang (Moderate). Karies mengenai dentin. Masih ada struktur gigi yang cukup untuk
menjaga integritas mahkota yang tersisa dan menerima beban oklusal.
- Size 3 : Lesi besar (Enlarged). Karies pada dentin telah mendekati pulpa.
- Size 4 : Lesi luas (Extensive). Karies mengenai pulpa.
Klasifikasi ICDAS
(International Caries Detection and Assesment System)
◦ Pengukuran indeks karies ICDAS :
- 0 : Gigi sehat, gigi dengan permukaan halus tidak ada tanda karies secara visual, termasuk perubahan
wanra non-caries, fissure sealant, filling restoration.
- 1 : Karies email dapat terlihat bila dalam keadaan kering tetapi setelah pengeringan udara selama 5 detik
opacity karies terlihat.
- 2 : Karies enamel bisa terdeteksi bila permukaan gigi basah, terlihat white spot terkadang berwarna
coklat, kedalaman melebihi pit dan fissure normal.
- 3 : Karies sedalam enamel saja belum mencapai dentin.
- 4 : Karies dentin yang masih mencapai DEJ, dengan atau tanpa melibatkan enamel, berwarna keabu-
abuan, biru atau coklat. (tidak ada kavitas)
- 5 : Karies sudah mencapai dentin.
- 6 : Karies dentin yang luas dan dalam, kedalaman setengah dari dentin bahkan hamper mencapai tanduk
pulpa
Definisi dan Tujuan
Preparasi Gigi

Ghevira Nurkhaliza
160110180136
Preparasi Gigi

adalah Perubahan mekanis dari gigi yang cacat, cedera, atau sakit dengan menggunakan bahan

restorasi yang baik untuk memperbaiki kesehatan dan estetik gigi, sehingga dapat mengembalikan

bentuk dan fungsi secara normal dari gigi tersebut.


Menghilangkan semua cacat,
Menjaga struktur Gigi
sambil memberikan
sebanyak mungkin
perlindungan kompleks pulpa-
dentin

Tujuan Preparasi Gigi

Memungkinkan
penempatan Estetik dari Membentuk Preparasi Gigi,
bahan Restoratif sehingga bila diberi daya
penguyahan, Gigi dan restorasi
tidak akan patah dan restorasi
tidak bergeser
Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry.pdf
TERMINOLOGI
PREPARASI GIGI
CLARISA
160110180124
Terminologi Preparasi
Gigi:
Simple: melibatkan 1 permukaan gigi

Compound: melibatkan 2 atau 3 permukaan gigi

Complex: melibatkan 4 atau lebih permukaan gigi

Sebutan untuk preparasi mengikuti nama permukaan gigi yang terlibat, jika permukaan
yang terlibat lebih dari satu, AKHIR kata dari awalan berubah menjadi “-o’. Contoh:
preparasi yang melibatkan mesial dan oklusal disebut preparasi mesioocclusal.
Untuk mempersingkat catatan dan komunikasi, deskripsi preparasi gigi
disingkat dengan menggunakan HURUF PERTAMA, dan DIKAPITALISASI
dari setiap permukaan yang terlibat, contoh:

O: preprasi simplex melibatkan permukaan oklusal.

MO: preparasi compound melibatkan mesial dan oklusal.

MODL: preparasi kompleks melibatkan mesial, oklusal, distal, dan lingual.


Dinding Preparasi Gigi
• Internal Wall: Permukaan yang disiapkan (sudah di preparasi) yang tidak meluas ke
permukaan gigi luar (ekternal). Terdapat dua jenis internal wall, yaitu:
1. Axial Wall: berorientasi dengan sumbu panjang gigi
2. Pulpal Wall: tegak lurus dengan sumbu panjang gigi dan terletak
pada oklusal dari pulpa. Pulpal wall ini juga dapat disebut sebagai
pulpal floor.
• External Wall: permukaan yang disiapkan (sudah dipreparasi), yang meluas ke
bagian eksternal permukaan gigi.
• Floor: dinding datar dan tegak lurus pada gaya oklusal yang searah oklusogingival.
• Enamel wall: bagian external wall yang melibatkan enamel.
• Dentinal wall: bagian external wall yang melibatkan dentin.
The External and
Internal Walls.
Sudut-Sudut Preparasi Gigi

ANGLE POINT ANGLE CAVOSURFACE


Pertemuan 2 atau Pertemuan 3 MARGIN
lebih permukaan Pertemuan dinding
permukaan planar
preparasi. preparasi dengan
dari orientasi yang permukaan luar gigi.
berbeda.
LINE ANGLE CAVOSURFACE
Pertemuan 2 ANGLE
permukaan planar dari Sudut dari struktur gigi
yang dibentuk oleh
orientasi yang berbeda pertemuan dinding
sepanjang garis. preparasi dan
permukaan eksternal.
LINE ANGLES and POINT ANGLES

CLASS I CLASS II
CAVOSURFACE ANGLE and CAVOSURFACE MARGINS
SUMBER
Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry.pdf

unsplash.com
THANKYOU!
Prosedur Preparasi
Gigi Secara Umum
Regina Puspita Sari
160110180129
Initial Stage Final Stage

Step 1: Initial Depth and Step 5: Removal of Defective


Outline Form Restorative Material and/or
Step 2: Primary Resistance Soft Dentin
Form Step 6: Pulp Protection
Step 3: Primary Retention Form Step 7: Secondary Retention
Step 4: Convenience Form and Resistance Forms
Initial Stage

Persiapan desain awal secara superfisial menggunakan


rotary instrument (bur No. 245) dari lesi karies email
hingga kedalaman DEJ, diikuti perluasan dari dinding
lateral preparasi dengan batas kedalaman tertentu
(kedalaman karies) sehingga mengekspos semua lesi
karies hingga dentin dan hanya membuang email yang
telah demineralisasi.
Tujuan
1. Untuk menahan fraktur gigi atau bahan restoratif dari gaya mastikasi yang sejajar
dengan sumbu panjang gigi
2. Mempertahankan bahan restoratif di gigi
Step Initial Depth and Outline Form
01 Menempatkan batas preparasi yang digunakan
hingga preparasi akhir. Menyediakan kedalaman
awal 0,2 – 0,5 mm ke arah pulpa dari DEJ. Atau
0,8 mm dari akar.
1. Semua enamel yang rusak dan lemah harus dihilangkan
Prinsip 2. Semua kerusakan di hilangkan
3. Semua margin harus dalam posisi yang baik agar tidak terjadi
karies sekunder

1. Adanya perluasan lesi karies


2. Estetik dan kondisi oklusal
3. Memperbaiki atau meningkatkan Faktor
hubungan oklusal
4. Kontur gigi di sebelahnya
5. Konfigurasi cavosurface marginal
Hal yang perlu diperhatikan saat menentukan
Initial Depth and Outline Form

1. Mempertahankan kekuatan cusp


2. Mempertahankan kekuatan marginal ridge
3. Meminimalisir perluasan ke fasiolingual
4. Melakukan enameloplasty
Primary Resistance Form Step
Bentuk dan penempatan dinding preparasi yang
02
paling memungkinkan bagi struktur gigi yang tersisa
dan restorasi untuk bertahan tanpa adanya fraktur
ketika gaya mastikasi diarahkan pada sumbu panjang
gigi.
Prinsip

1. Menggunakan box- shaped yang relatif datar sejajar permukaan oklusal


untuk menahan beban oklusal agar langsung di teruskan ke sumbu
panjang gigi
2. Membatasi perluasan dinding eksternal dengan mempertahankan cusp
dan ridge yang kuat untuk tetap ada dengan dukungan dentin yang cukup
3. Membulatkan internal line angle
4. Membulatkan eksternal angle
5. Mengurangi dan menutupi cusp yang lemah (cusp capping)
6. Menyediakan ketebalan material restorasi yang cukup
7. Mengikat material ke struktur gigi jika diperlukan
Faktor

1. Kontak oklusal pada restorasi dan struktur gigi yang tersisa


2. Jumlah struktur gigi yang tersisa
3. Tipe bahan restorasi
4. Ikatan restorasi dengan gigi
Feature

Feature desain preparasi gigi yang meningkatkan primary


resistance form, yaitu :

1.Dasar relatif datar


2. Box-shaped
3. Struktur gigi lemah dihilangkan
4. Mempertahankan cusp dan marginal ridge
5. Internal dan external line membulat
6. Ketebalan yang adekuat
7. Cusp capping
03
Primary Retention
Form
Bentuk retensi primer adalah bentuk atau formasi
preparasi yang mencegah perpindahan atau pelepasan
restorasi dengan tipping atau gaya angkat
Prinsip

Amalgam

1. Restorasi amalgam kelas I dan II , dinding preparasi dibuat


konvergen ke oklusal. Ketika amalgam mengeras, amalgam
tidak dapat terlepas. Namun, konvergensi oklusal berlebihan
dari dinding eksternal akan menghasilkan enamel rods yang
tidak didukung pada margin cavosurface
2. Pada kelas III dan V, dinding eksternal dibentuk divergen
untuk memberikan margin enamel yang kuat
Komposit
Dipertahankan di gigi oleh mikromekanis dan, tergantung pada
perekat. Mikromekanis adalah ikatan kimia yang terbentuk antara
restorasi dan struktur gigi.

Restorasi inlay
Bergantung pada dinding vertikal divergen yang hampir sejajar dan
semen luting untuk memberikan retensi pengecoran pada gigi
A. Konvergen B. Divergen
Daftar Pustaka

Ritter A V, Boushell LW, Walter R, Sturdevant CM. Sturdevant’s art and


science of operative dentistry. 2019. (Halaman 124-128)
Thanks!
Prosedur Preparasi
Umum
Step 4,5,6
PRESENTATIO
THINGS TO COVER
N OUTLINE TODAY
• Step 4: Convenience Form
• Step 5: Removal of Defective
Restorative Material and/or
Soft Dentin
• Step 6: Pulp Protection
Convenience Form adalah
bentuk atau formasi yang
menyediakan pengamatan
yang memadai, aksesibilitas, Step 4:
dan kemudahan dalam Convenience
preparasi dan restorasi gigi.
Form
Memerlukan perluasan dinding distal,
mesial, fasial, atau lingual untuk
Ekstensi dinding proksimal, untuk
mendapatkan akses yang memadai ke
mendapatkan ruang dengan permukaan
area preparasi yang lebih dalam.
proksimal yang berdekatan, dapat
memberikan akses yang lebih baik
untuk finishing dinding preparasi,
penempatan matriks, dan finishing
margin restorasi.
STEP 5: REMOVAL OF DEFECTIVE RESTORATIVE MATERIAL AND/OR SOFT
DENTIN

Setelah lesi karies telah sepenuhnya terpapar (melalui preparasi awal),


pulpa dan / atau ekstensi aksial dilakukan dengan hati-hati untuk
menghilangkan bahan restoratif yang rusak dan / atau dentin lunak. Bahan
restorasi yang lama mungkin tetap pada dinding pulpa atau aksial setelah
preparasi gigi awal.
Bahannya harus dihilangkan jika ada salah satu dari
kondisi berikut ini hadir: (1) bahan lama dapat secara
negatif mempengaruhi hasil estetika dari restorasi baru,
(2) bukti radiografi menunjukkan perkembangan lesi
karies di bawah bahan lama (3) pulpa gigi bergejala
sebelum operasi, (4) dentin di sepanjang pinggiran
bahan restorasi lama yang tersisa lunak, atau (5) retensi
dari yang ada material dikompromikan dan material
mudah copot.
Pembuangan sisa bahan restorasi lama, bila diindikasikan, dapat
dilakukan dengan menggunakan instrumen putar tajam dan tekanan
intermiten ringan dengan atau tanpa irigasi / pendingin air. Semprotan
air (bersama dengan evakuasi volume tinggi) digunakan saat
mengeluarkan bahan amalgam lama untuk mengurangi paparan uap
merkuri.

Karies dentin yang telah mengalami kehilangan mineral, tetapi tidak


sampai pada titik keterpaparan kolagen, tidak sekeras klinis dentin
normal dan disebut sebagai FIRM DENTIN. Firm Dentin, jika diisolasi
dari lingkungan mulut oleh beberapa jenis restorasi, akan remineralisasi
dan karenanya tidak boleh dihilangkan.
Jaringan karies yang telah mengalami demineralisasi dan rusak secara
struktural hingga tingkat ini terasa lunak dan oleh karenanya disebut
sebagai SOFT DENTIN. Soft dentin tidak lagi mempertahankan sifat
fisik yang diperlukan untuk bertahan hidup dalam kerasnya lingkungan
mulut dan harus dihilangkan kecuali di daerah terdalam preparasi

Keadaan hypermineralisasi dentin yang dihasilkan (mineralisasi di atas


yang ditemukan dalam dentin normal karena lumen tubulus dentin diisi
dengan mineral selain mineralisasi normal dari dentin intertubular)
disebut sebagai SCLEROTIC DENTIN. Sclerotic dentin tidak boleh
dibuang.
STEP 6: PULP PROTECTION

Dentin dalam sangat berpori dan rentan terhadap kekeringan.


Dinding tipis sisa dentin memberikan sedikit perlindungan
dari (1) panas yang dihasilkan oleh instrumen selama langkah
berikutnya, (2) bahan berbahaya dari berbagai bahan restorasi,
(3) perubahan termal terkonduksi melalui bahan restoratif, (4)
gaya ditransmisikan melalui bahan ke dentin, (5) shock
galvanik, dan (6) masuknya bakteri dan / atau racun bakteri
berbahaya melalui kebocoran mikro.
Dentin dalam juga merupakan substrat yang sangat buruk untuk
prosedur bonding selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
menutupi dentin dalam, untuk membatasi aliran cairan tubulus dentin,
dan untuk menciptakan pelindung termal / fisik. Bahan-bahan ini
disebut liner bila digunakan dalam film yang relatif tipis. Istilah base
digunakan untuk menggambarkan penempatan bahan, digunakan
dalam dimensi yang lebih tebal, di bawah restorasi permanen untuk
menyediakan perlindungan mekanis, kimia, dan termal dari pulpa.
Jika pembuangan dentin lunak tidak lebih dari 1 hingga 2 mm dari
pulpa atau dinding aksial yang telah dipreparasi, biasanya tidak
ada liner yang diindikasi. Jika ekskavasi meluas hingga 0,5 mm
dari pulpa, liner biasanya dipilih untuk menutupi area terdalam
dentin.

Base tidak boleh overfill dari preparasi dan memenuhi ketebalan


minimum yang diperlukan dari restorasi final. Liner dapat digunakan
untuk menutup dentin yang berbatasan langsung dengan pulpa ketika
fraktur traumatis telah terjadi.
Final Preparation Step (7-9)

Adri LS
160110180135
Step 7 : Secondary Resistance and Retention Form
Retensi sekunder dan resistensi dari dua jenis:
1. Fitur mekanik
a. Retention Grooves and Cove
b. Preparation Extensions
c. Skirts
d. Beveled Enamel Margins
e. Pins and Slots
Pins

Cove

Bevel
Slot

Skirt
2. Perawatan dinding preparasi dengan etching, priming, dan adhesive
materials.
a. Enamel Wall Etching
b. Dentin Treatment
Step 8 : External Wall Finishing
External Wall Finishing dari preparasi memerlukan pertimbangan dari
tingkat kehalusan dan desain cavosurface karena setiap bahan restoratif
memiliki efektivitas maksimal ketika kondisi yang sesuai dikembangkan
untuk bahan spesifik itu. Tujuan :
 Membentuk marginal seal yang optimal diantara bahan restoratif dan
struktur gigi
 Membentuk marginal junction yang halus
 Meningkatkan kekuatan maksimal pada gigi dan bahan restoratif di dekat
margin
Faktor yang harus diperhatikan
Arah enamel rods
Dukungan enamel rods pada DEJ dan lateral
Tipe bahan restorasi
Lokasi margin
Derajat kehalusan dan kekerasan yang diinginkan
Bahan restorasi yang digunakan
Sudut cavosurface 90⁰
Step 9: Final Procedures: Cleaning,
Inspecting, and Desensitizing
Pembersihan preparasi gigi melibatkan penggunaan air/water syringe
untuk menghilangkan debris yang terlihat dengan air
Menghilangkan kelembaban berlebih dengan sedikit semburan udara.
Penting untuk tidak mendehidrasi gigi karena terlalu sering menggunakan
udara karena hal ini dapat merusak odontoblas yang berhubungan dengan
tubulus kering
Desensitizer menyediakan ikatan silang untuk setiap matriks dentin yang
terbuka dan menutup tubulus dentin dengan ikatan silang protein tubular
PRINSIP DASAR PREPARASI GIGI
UNTUK AMALGAM (LEARNING ISSUE 7)

Alifia Puspandari Prawitomo Putri


160110180126
PRINSIP

Prinsip dasar preparasi gigi harus dilakukan untuk


memastikan keberhasilan dalam penanganan. Terdapat 2
tahap dalam preparasi, yaitu initial stage dan final stage.
INITIAL STAGE

Seluruh initial depths dari preparasi


gigi berkaitan dengan dentinoenamel
junction kecuali dalam 2 keadaan:
a. Ketika occlusal enamel sudah terlalu
tipis
b. Ketika preparasi mencapai root
surface
Normalnya, initial depth atau
kedalaman dari dinding pulpa ke DEJ
adalah 0.2mm atau 1.5mm jika diukur
dari central groove.
Initial depth dari axial wall adalah
sebesar 0.2mm ke DEJ, ketika tidak
dibutuhkan retention groove, namun
menjadi 0.5mm ketika dibutuhkan
retention groove. Axial depths atau
kedalaman axial pada root surface
harus sedalam 0.75-1mm untuk
memberikan ruangan untuk retention
groove.
OUTLINE FORM

Initial extention dari


preparasi gigi
diperlukan untuk hasil
yang adekuat dan
kemudahan untuk
penempatan amalgam.
Enamel cavosurface
margin harus 90 derajat
atau lebih untuk
menurunkan potensi
fraktur enamel.
Ketika dilihat dari
oklusal, facial dan
lingual cavosurface
margin dari kelas II
harus sebesar 90
derajat.
CAVOSURFACE MARGIN

Enamel harus memiliki


marginal configuration
sebesar 90 derajat atau
lebih dan amalgam harus
memiliki marginal
configuration sebesar 90
derajat. Ketika marginal
wall configuration
kurang dari 90 derajat,
mudah bagi enamel atau
amalgam untuk fraktur,
karena kedua material ini
bersifat brittle.
RESISTANCE FORM

Fungsi: mencegah fraktur akibat dari occlusal force.


Features yang membantu mencegah fraktur gigi
a. Mempertahankan struktur gigi yang sehat sebanyak
mungkin
b. Dinding pulpa dan gingiva yang tegak lurus terhadap
occlusal force
c. Sudut preparasi yang membulat
d. Menghilangkan struktur gigi yang tidak sehat atau rusak
e. Menempatkan slots and pins ke gigi jika dibutuhkan
Features yang mencegah fraktur amalgam:
a. Ketebalan amalgam harus minimal 1.5-2mm pada area yang
terkena kontak oklusal dan 0.75mm di area axial.
b. Margin amalgam harus 90 derajat
c. Preparasi yang boxlike
d. Sudut axiopulpal yang membulat pada preparasi kelas II
RETENTION FORM

Berfungsi untuk ‘mengunci’


amalgam tetap pada gigi.
Retensi amalgam disediakan oleh:
a. Preparasi dari dinding vertikal
(facial dan lingual)
b. Retention features seperti groove,
coves, slots, pins yang
dimasukkan ketika final stage
preparasi gigi
c. Pengikatan amalgam dengan
permukaan irregular di dalam
preparasi yang mungkin ada
CONVENIENCE FORM

Memungkinkan akses dan visibilitas dari tempat


pengerjaan untuk dilakukannya preparasi dan restorasi
pada gigi.
Cinvenience form juga termasuk adanya pelebaran dari
outline form sehingga,
a. Lesi karies dapat dihilangkan
b. Bisa ditempatkannya matriks
c. Bisa ditempatkannya amalgam, lalu diukir dan
dilakukan finishing sambil mempertahankan resistensi
dari amalgam.
SUMBER

Sturdevant’s Art and Science of Operative


Dentistry halaman 312-315
PRINSIP DASAR PREPARASI
GIGI UNTUK AMALGAM
(FINAL TOOTH
PREPARATION)
Rayhandika Valianza PP
160110180125
Removal of Defective Restorative Material
and/or Soft Dentin
◦ Bahan restorasi yang lama/dentin lunak yang tersisa akan berada di axial atau pulpal walls.
◦ Penghilangan dentin lunak yang tersisa harus dilakukan dengan menggunakan instrument
terbesar yang cukup, untuk menghindari penetrasi yang tidak terkontrol ke daerah karies.
◦ Instrumen tangan lebih baik digunakan daripada rotating bur.
Pulp Protection
◦ Jika preparasi gigi memiliki kedalaman ideal/dangkal, maka tidak diperlukan liner/base.
◦ Jika ketebalan dentin yang tersisa hanya 1-1,5 mm, harus ditempatkan lapisan (0,5-0,75 mm) dari
material resin-modified glass ionomer (RMGI) dan ditempatkan pada bagian terdalam dari penghilangan
karies.
◦ RMGI dapat mengisolasi pulpa dari perubahan thermal, mengikat ke dentin, melepaskan fluoride, dan
mengurangi kebocoran mikro.
◦ Untuk ketebalan dentin yang tersisa <0,5 mm karena penghilangan karies yang terlalu dalam, lapisan
kalsium hidroksida tipis (0,5-0,75 mm) dapat ditempatkan hanya di bagian terdalam/terdekat dengan
pulpa.
◦ Janga menutupi seluruh permukaan dentin, karena paparan pulpa akan membutuhkan direct pulp cap
dengan kalsium hidroksida/mineral trioxide aggregate (MTA)/perawatan endodontic.
Pulp Protection
Secondary Resistance and Retention Form
◦ Bentuk resistensi dan retensi yang memadai mungkin tidak lagi ada dalam preparasi gigi
setelah pengangkatan lesi karies dikarenakan kehilangan tinggi dinding vertikal yang
berlebihan.
◦ Tetapi bisa ditambahkan pembentukan grooves, coves, slots, dan pins untuk meningkatkan
resistance dan retention form.
◦ Biasanya semakin besar preparasi gigi, semakin besar kebutuhan untuk melakukan secondary
resistance and retention form.
Prosedur Final: Debridement and Inspection
◦ Gigi harus dibersihkan dari semua debris (debridement) dengan menggunakan semburan semprotan air dari jarum
suntik air (air-water syringe) diikuti dengan semburan singkat dengan jarum suntik udara (air syringe).
◦ Jika debris masih melekat, gunakan explorer, sebuah cotton pellet basah kecil, atau microbrush yang dibasahi dengan
air.
◦ Kelebihan air harus dihilangkan agar area terlihat jelas, tetapi tidak sampai mengeringkan gigi karena dapat merusak
odontoblast.
◦ Preparasi harus dilihat dari semua sudut untuk memastikan kedalamannya tepat, dan dinding eksternal menyediakan
dukungan enamel serta orientasi yang pas untuk amalgam (cukup retentive dan margin restorasi tidak rentan terhadap
fraktur), dan lesi karies telah dihilangkan.
◦ Dinding preparasi harus halus dan transisi harus dibulatkan dengan lembut, cavosurface margin harus tepat dan dapat
divisualisasikan dengan jelas.
Design Preparasi
◦ Preparasi gigi “box Only” diindikasikan jika tidak ada lesi karies oklusal (hanya lesi karies
proksimal).
Sumber
◦ Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry 7E Halaman 315-316
TERIMAKASIH
GENERAL CONCEPT GUIDING
RES TORATION WITH AMALGAM

(PART 1)

S A F I T R I S Y I FA R A N I - 1 6 0 11 0 1 8 0 1 3 0
1. Matrix placement 6. Evaluation of Occlusal
2. Mixing (Triturating) the Contact Area on the
Amalgam Restoration
3. Insertion of the Amalgam 7. Finishing and Polishing of
4. Precarve Burnishing the Amalgam
5. Carving the Amalgam 8. Repairing an Amalgam
Restoration
MATRIX PLACEMENT
• Digunakan untuk restorasi yang melibatkan permukaan proksimal
• Tujuan : memberikan kontak serta kontur yang tepat, membatasi
bahan restoratif, mengurangi jumlah bahan yang berlebih
• Matriks harus mudah di pasang dan di lepas
• Penggunaan matrix dan wedging dapat meningkatkan ruang
interproksimal dan membantu melindungi gigi yang berdekatan dari
adanya kerusakan selama preparasi
MIXING (TRITURATING) THE AMALGAM

• Paling direkomendasikan menggunakan High Copper Amalgam


(disposable capsule tersedia dengan ukuran 400 – 800 mg)
• Faktor yang memengaruhi reaksi setting : kecepatan dan waktu
triturasi
• Ditriturasi sesuai arahan pabrik
• Campuran amalgam : tidak kering dan rapuh mencapai restorasi
yang homogen dan beradaptasi baik
INSERTION OF THE AMALGAM
• Tujuan : mengkondensasi massa amalgam dan menyesuaikannya dengan
dinding preparasi
• Kondensasi optimal :
a) menghasilkan restorasi yang bebas dari kekosongan
b) membantu mengurangi kebocoran marginal
c) meminimalkan kandungan merkuri dalam restorasi
• Amalgam dengan bentuk spherical lebih mudah kondensasi daripada lathe cut
• Waktu untuk kondensasi disesuaikan dengan arahan pabrik, biasanya 2,5 – 3,5
menit
• Setiap pengisian hanya 1/3 – 1/2 bagian terlebih dahulu, lalu kondensasi secara
menyeluruh sebelum ditambahkan amalgam baru
PRECARVE BURNI SHING

Prosedur : menggunakan large burnisher, lalu digoreskan dengan kuat


dari arah mesiodistal dan fasiolingual
Fungsi :
a) menyelesaikan kondensasi
b) menghilangkan kelebihan merkuri pada amalgam
c) memulai proses carving
d) menghasilkan amalgam yang lebih padat untuk memulai
pembentukan kontur
CARVING

• Menggunakan instrument carving yang tajam


• Harus dapat mencapai bentuk yang tepat dan fungsional
• Dilakukan sebelum material mengeras
OCCLUS AL AREA

• Menggunakan instrument discoid-


cleoid
• Mesial dan distal fossae dicarving
agar lebih rendah dari ketinggian
marginal ridge (membatasi potensi
makanan masuk)
• Anatomi oklusal bulat dan relatif
dangkal
OCCLUS AL AREA

Dari arah facial atau lingual,


bentuk embrasure dan
ketinggian marginal ridge
dibuat harus identik dengan
gigi yang berdekatan
FACIAL AND LINGUAL AREA

Pada daerah servikal, harus


dihilangkan kelebihan dan
dibentuk kontur restorasi yang
tepat, biasanya convex
SUMBER

• Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry 7E (Page 316-322)


General Concept Guiding
Restoration With Amalgam
(Part 2)
Yasmin Khairunnisa
160110180133
Proximal Embrasure Area

Setelah matriks dihilangkan, digunakan pisau amalgam (atau scaler 34/35) untuk
menghilangkan kelebihan di bagian proksimal dan membentuk kontur serta embrasur di bagian
proksimal. Yang perlu diperhatikan:
1. Pisau diposisikan di bawah margin gingiva dan ditarik ke arah oklusal untuk membuang
kelebihan secara hati-hati sehingga menghasilkan kontur proksimal dan embrasur gingiva
yang halus. Pembentukan kontak dan kontur proksimal yang tepat penting bagi kesehatan
jaringan lunak.
2. Kelebihan amalgam (overhang) dapat menyebabkan kesehatan gingiva terganggu.
3. Adanya void (kekosongan) pada margin cavosurface dapat menyebabkan pembentukan lesi
karies rekuren (berulang).
Proximal Embrasure Area (Evaluasi)
Proximal Embrasure Area (Evaluasi)
Proximal Embrasure Area (Evaluasi)

Bagian proksimal dari amalgam dievaluasi dengan:


1. Penilaian visual (memantulkan cahaya ke area kontak dari bagian lingual dan oklusal untuk
mengetahui dimensi dan lokasi kontak proksimal).
2. Menggunakan dental floss dengan cara memasukkan sepotong dental floss dan digerakkan
dengan arah oklusal ke gingival dengan menekan gigi yang berlawanan. Ketika floss sudah
berada di embrasure gingiva, floss dipindahkan posisinya menjadi mengelilingi gigi yang
terdapat restorasi dan kemudian digerakkan bolak-balik dengan arah oklusal-gingival untuk
mengetahui adanya kelebihan dan menghaluskan amalgam. Jika terdapat kelebihan, bisa
digunakan pisau amalgam untuk membuang kelebihan dan memperhalus margin tersebut.
Postcarve Burnishing

Postcarve burnishing dilakukan dengan menggosok permukaan yang sudah


diukir dengan burnisher dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk
meningkatkan kehalusan dan menghasilkan tampilan satin (bukan mengkilap).
Permukaannya digosok dengan pelan, halus, dan jangan terlalu keras (jangan
sampai membentuk groove pada permukaan yang sudah diukir). Postcarve
burnishing dapat berfungsi sebagai pengganti untuk pemolesan konvensional.
Evaluation of Occlusal Contact Area on
the Restoration

Setelah carving selesai dan rubber dam dilepas, kontak oklusal pada restorasi harus diperiksa, dengan
cara:
o Selembar articulating paper diletakkan di permukaan oklusal restorasi dan gigi sampingnya
kemudian pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan kedua rahang dengan pelan-pelan agar
restorasi tidak retak karena pada proses ini restorasi masih bersifat lemah. Perlu diperhatikan
bahwa gigi harus dalam keadaan benar-benar kering untuk menggunakan articulating paper.
o Setelah pasien membuka mulut, dapat diketahui restorasi masih tinggi, jika: (1) ujung cusp gigi
bersebelahan tidak pada kontak oklusal, ketika diketahui dari penilaian oklusal pra-restorasi bahwa
mereka harus bersentuhan (2) cusp yang berlawanan mengalami oklusi prematur dengan restorasi
yang baru.
Evaluation of Occlusal Contact Area on
the Restoration
o Area kontak pada amalgam dapat diketahui melalui warna yang dihasilkan oleh articulating paper. Area
yang berwarna gelap harus dikurangi hingga berwarna muda, sama dengan kontak pada gigi berdekatan.
o Kontak oklusal pada cuspal incline atau ridge slope (lereng) tidak diinginkan karena mereka
menyebabkan gaya lateral deflektif pada gigi. Ini harus disesuaikan sampai kontak yang dihasilkan stabil
(gaya oklusal harus sejajar dengan sumbu panjang gigi).
o Setelah mengganti articulating paper di atas gigi, pasien diminta untuk menggeser gigi dengan ringan
dari "sisi ke sisi" untuk mengidentifikasi excursive interferences dan "depan ke belakang" untuk
mengidentifikasi protrusive interferences.
o Akhirnya, pasien diperingatkan untuk melindungi restorasi yang baru dipadatkan dengan tidak
mengunyah makanan yang keras selama 24 jam.
Evaluation of Occlusal Contact Area on
the Restoration
Finishing and Polishing of the Amalgam
Kebanyakan amalgam tidak membutuhkan finishing dan polishing lebih lanjut. Namun, prosedur ini
kadang-kadang diperlukan, untuk (1) memperbaiki anatomi, kontur, dan integritas marginal; dan (2)
memperbaiki tekstur permukaan restorasi. Prosedur finishing dan polishing tambahan untuk restorasi
amalgam tidak dilakukan dalam waktu 24 jam setelah insersi karena proses kristalisasi restorasi belum
sempurna. Restorasi amalgam tidak rentan terhadap noda dan korosi jika permukaan yang halus dan
homogen tercapai. Pemolesan high-copper amalgam tidak bersifat penting dibandingkan dengan low-
copper amalgam karena high-copper amalgam tidak rentan terhadap tarnish (noda) dan kerusakan
margin.
Finishing
Prosedur finishing dapat dimulai dengan penggunaan carborundum hijau atau batu alumina putih,
batu hijau bersifat lebih abrasive (kasar) daripada yang putih. Selama proses surfacing, posisi sumbu
panjang batu berada 90 derajat terhadap margin. Pengurangan kontak oklusal harus dihindari.
Jika groove dan fossa terlihat kurang tegas, bur finishing bulat yang kecil dapat digunakan untuk
mempertegas bentuk groove dan fissure tanpa mengurangi area kontak. Sumbu panjang bur berada
pada posisi 45 derajat terhadap margin. Sebelum memulai pemolesan (polishing), harus dipastikan
permukaan tersebut sudah halus. Bur finishing dapat digunakan untuk menghilangkan goresan-goresan
dari bur batu hijau atau putih.
Polishing
Prosedur polishing dimulai dengan menggunakan bur karet yang kasar dengan low speed (kecepatan
rendah) dan air-water spray untuk menghasilkan permukaan amalgam yang halus dan seperti satin.
Jika tidak menghasilkan permukaan seperti itu, permukaan amalgam pada awal prosedur masih terlalu
kasar. Maka dari itu, bisa diulangi resurfacing dengan finishing bur lalu dilanjutkan dengan bur karet
kasar.
Penting untuk memastikan bahwa bur karet digunakan dalam kecepatan rendah (≤6000 rpm) agar tidak
merusak restorasi. Suhu di atas 60 derajat celcius dapat menyebabkan kerusakan pulpa, restorasi, atau
keduanya. Jika terjadi overheat, permukaan amalgam terlihat cloudy (keruh) yang mengindikasikan
merkuri sudah terbawa ke permukaan dan menghasilkan amalgam dapat cepat korosi dan penurunan
kekuatan.
Finishing and Polishing of the Amalgam
Finishing and Polishing of the Amalgam
Dalam proses finishing dan polishing, urutan bur yang digunakan harus benar untuk mencapai hasil
restorasi yang halus dan mengkilap. Urutannya dimulai dari bur coarse-grit, medium-grit, lalu fine-
grit. Dengan menggunakan bur tersebut secara berurutan, akan didapatkan hasil permukaan amalgam
yang diinginkan.
Prosedur-prosedur ini seharusnya tidak membuat restorasi rusak dan tidak boleh mengubah kontak
oklusal yang sudah dibentuk dengan hati-hati. Explorer harus berpindah dari permukaan gigi ke
permukaan restorasi (dan sebaliknya), tanpa melompat sehingga terbentuk kontinuitas kontur melintasi
margin.
Finishing and Polishing of the Amalgam
Repairing an Amalgam
Retoration
Jika restorasi amalgam mengalami fraktur pada proses insersi, seluruh amalgam yang diinsersi harus dihilangkan. Jika
sebagian kecil amalgam mengalami fraktur selama insersi dan amalgam masih dapat diukir atau dibentuk (carvable),
dimungkinkan untuk memampatkan amalgam yang baru ditriturasi untuk memperbaiki area yang mengalami fraktur. Jika
terdapat void (kekosongan) dalam amalgam setelah matriks dilepaskan dan amalgam masih dapat diukir (carvable) serta
daerah tersebut mudah diakses, maka amalgam yang tidak terkondensasi dengan baik pada void tersebut dapat dihilangkan
menggunakan explorer atau instrumen lainnya. Void tersebut kemudian diperbaiki dengan amalgam yang baru ditriturasi,
karena pada amalgam yang bersifat carvable, amalgam yang baru akan menempel pada yang lama.
Jika perbaikan perlu dilakukan pada amalgam yang sudah set (tidak carvable), area yang perlu perbaikan dapat dipreparasi
ulang seolah-olah restorasi kecil. Campuran amalgam yang baru dapat dikondensasi langsung ke dalam area tersebut.
Sumber:
Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry 7E (Page 316-
322)
Tooth Preparation PART 1
For Class I
Amalgam
Restoration -
Initial
118

HELLO!
Faidhi Rahman Hafizh
160110180123
faidhi18001@mail.unpad.ac.id
119

So What is Initial
Tooth Preparation?
Class I Amalgam

Membentuk Outline form dengan
perluasan dari dinding eksternal ke arah
struktur gigi yang masih sehat sambil
mempertahankan kedalaman (biasanya
didalam DEJ) sekaligus memberikan
resistance dan retention form.
121
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Mencakup Pit & Fissure yang cacat (sudut


tajam dihindari)
▸ Biasanya berbentuk Kupu-kupu akibat dari
perluasan fisur kearah bukal dan
lingual(premolar maksila)
▸ Outline form yang ideal akan
memudahkan pembuatan resistance form
sesuai prinsip yang ada
122

Outline form ideal yang


mencakup seluruh pit &
fissure yang terkena
karies
123
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Prinsip Resistance form :


1. Perluasan menghindari cusp untuk mempertahankan struktur gigi
dan mencegah internal line angle mengenai tanduk pulpa
2. Menjaga ekstensi margin facial dan lingual seminimal mungkin
antara pusat karies fisur dengan ujung cusp
3. Memperluas outline agar mencakup fisur, Menempatkan margin
pada struktur gigi yang relatif halus dan sehat
4. Perluasan minimal kearah marginal ridge (sampai mencakup yang
cacat saja) tanpa menghilangkan dukungan dentin.
124
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Prinsip Resistance form :


5. Menghilangkan dinding enamel yang lemah dengan menyatukan
dua outline yang berdekatan (terpisah <0,5mm)
6. Memperluas outline sampai enamel yang terkena lesi karies
masuk kedalamnya
7. Dilakukan enameloplasty pada ujung terminal dari fisur dangkal
untuk mempertahankan struktur gigi
8. Membangun kedalaman dinding pulpa yang optimal dan
konservatif
125
Bur yang digunakan

Bur No.245
Bur berbentuk sedikit
konvergen kearah batangnya
sehingga membentuk
retention form yang adekuat.
Bur juga ujungnya sedikit
membulat sehingga internal
line angle yang terbentuk agak
membulat untuk menahan
beban oklusal agar tidak
fraktur
126
Bur yang digunakan

Bur No.330
Bur ukurannya lebih kecil dari
no.245 dan lebih pear-shaped,
juga diindikasikan untuk
preparasi amalgam.
127
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Preparasi Kelas I Amalgam dimulai dengan


memasuki daerah pit dengan karies terbanyak
secara “punch-cut”
▸ Pengeburan mengarah ke sumbu panjang gigi
▸ Bagian distal dibur terlebih dahulu untuk
meningkatkan visibilitas
▸ Bur harus tetap berputar sebelum diangkat dari
gigi yang dipreparasi
128
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Bur diposisikan pada


pit yang paling
banyak kariesnya (di
distal) untuk
memulai. Aspek
distal bur diposisikan
di atas pit distal.
129
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Posisi Bur No. 245


pada fisur sentral yang
dibuang dan margin
cavosurface yang ideal
dengan kedalaman
pulpal floor (hanya
masuk sedikit dari
DEJ)
130
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Penampang
faciolingual
longitudinal. Garis
putus-putus
menunjukkan sumbu
panjang mahkota gigi
dan arah bur.
131
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Perluasan distal kearah distal marginal ridge


untuk mendapatkan fisur yang terkena karies
biasanya bur agak dimiringkan (<10o).
▸ Jarak perluasan dari proksimal kurang lebih
1.6mm untuk premolar (Apabila membutuhkan
perluasan lebih untuk mendapatkan fisur, dapat
menggunakan bur dengan diameter lebih kecil
atau enameloplasty)
132
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Masuk melalui pit


dengan punch cut
tepat didalam DEJ
(1.5-2mm).
Kedalaman
1.5mm diukur
pada fisur sentral
133
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Inklinasi bur kearah distal


untuk mendapatkan
divergensi oklusal yang
tepat agar mencegah
dentin yang menyangga
distal marginal ridge
terambil ketika pulpal floor
berada pada dentin
134
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Pandangan Oklusal
dari initial tooth
preparation yang
memiliki dinding
mesial dan distal yang
divergen ke arah
oklusal
135
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Fisur distofacial dan


distolingual yang
menyambung dari pit
dimasukan, sebelum
meluas ke arah fisur
sentral
136
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Potongan mesiodistal
longitudinal. Pulpal
floor dapat dibuat rata
tetapi dapat juga
mengikuti naik
turunnya dari
permukaan oklusal
137
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Dinding mesial dan distal


harus konvergen di
oklusal apabila jarak dari
dinding preparasi ke
proksimal lebih dari
1.6mm
138
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Apabila jaraknya pas 1.6mm


(Operator dapat
mempermudah estimasi
dengan cara
membandingkannya dengan
2 diameter bur No.245).
Dinding mesial dan distal
harus berbentuk divergen ke
oklusal untuk
mempertahankan dentin
yang mensupport ridge
139
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Memperluas dinding mesial


atau distal sampai limit 2
diameter bur no.245 tanpa
membuatnya divergen
kearah oklusal akan
melemahkan enamel pada
marginal ridge.
140
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Margin enamel terkuat


dan ideal terdiri dari full-
length enamel rod (a)
yang menempel pada
dentin sehat dan
disupport dari sisi
preparasi dengan shorter
enamel rods (b) yang
menempel ke dentin
sehat juga
141
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Preparasi gigi amalgam kelas I memiliki outline


form dengan kurva yang halus dan margin
cavosurface yang jelas, lebar faciolingual tidak lebih
dari 1.5mm dan kedalaman 1.5-2mm saja. Biasanya
pulpal floor ada pada dentin (tergantung ketebalan
enamelnya)
▸ Walaupun konservasi struktur gigi penting, pada
convenience form membutuhkan perluasan
preparasi yang disesuaikan untuk mendapatkan
akses dan visibilitas yang adekuat
142
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Initial tooth preparation untuk amalgam kelas I


selesai, harus dipastikan tidak ada lesi karies pada
DEJ, akhirnya didapat dinding perifer yang sempit
dari dentin yang sehat pada pulpal wall.
▸ Untuk initial tooth preparation, pulpal wall harus
pada kedalaman awal yang ideal, walaupun ada
bahan restorasi lama atau karies yang masih ada di
pulpal wall. Sisa tersebut dibuang pada saat final
tooth preparation.
143
Class I occlusal amalgam tooth preparation

▸ Potongan mesiodistal
longitudinal yang
memperlihatkan
contoh hasil initial
preparation yang
masih ada kariesnya
yang dikelilingi dentin
sehat pada pulpal
floor
144

THANKS!
Let’s continue to the 2nd part
Tooth Preparation
for Class I
Amalgam
PART 2
Rhaina Nabila A - 160110180134
Bentuk Resistensi Primer
Bentuk resistensi primer diperoleh sbg berikut :
1. Area yang cukup dari dasar pulpa yang relatif datar dalam struktur gigi yang sehat
(dudukan periferal) untuk menahan gaya yang diarahkan pada sumbu panjang gigi dan
untuk menyediakan area horizontal untuk restorasi
2. Meminimalkan perluasan dinding eksternal (untuk mempertahankan kekuatan gigi)
3. Margin email yang ideal dan kuat
4. Kedalaman yang cukup (1,5 mm) untuk menghasilkan ketebalan restorasi yang adekuat,
memberikan resistensi terhadap fraktur
• Permukaan oklusal yang sedikit konvergen dari dua/lebih sisi yang berlawanan,
dinding eksternal akan menyediakan bentuk retensi primer
• Bur no. 245 digunakan untuk memperluas ke dalam fissure mesial dan distal
• Ketika dilakukan perluasan, kedalaman yang tersisa dari fissure dapat dilihat dari arah
yang berlawanan dengan melihat dinding yang sedang diperluas
Enameloplasty

• Diindikasikan ketika fissure yang tersisa tidak lebih dalam dari ¼ - 1/3 ketebalan
enamel
• Mengacu untuk mengeleminasi developmental fault menggunakan bur finishing
sehingga meninggalkan permukaan halus
• Sudut cavosurface tidak lebih besar 100°
Alternatif
1
Jangan membuat perubahan lebih jauh
dalam bentuk outline

2 3
Perpanjang melalui marginal ridge, Masukkan fissure pada preparasi
ketika margin akan kontak ke lingual gigi Kelas II
• Lesi dianggap luas jika jarak antara dentin lunak dan pulpa dinilai kurang dari 1 mm
atau ketika kerusakan fasiolingual melibatkan inklinasi cusp yang besar.
• Dalam hal ini, penghapusan selektif dari dentin lunak dan penggunaan liner, jika
diperlukan, dapat mendahului pembentukan outline, bentuk resistensi dan retensi.
• Untuk karies yang meluas hingga ke inklinasi cusp, perlu diubah sumbu panjang bur
untuk menghasilkan sudut cavosurface 90°-100°
• Jika sudut terlalu tumpul  margin amalgam lemah / pulpal floor terlalu dalam
Bentuk Resistensi
Primer

• Diperoleh dari memperluas outline dinding prepasi utk mencakup


struktur gigi yang lemah & rusak, dan mempreparasi dinding email
yang kuat dan mempertahankan kekuatan area cusp
• Dihasilkan dari konvergensi oklusal dari dinding enamel
• Bentuk resistensi sekunder dihasilkan dari area undercut yang biasanya tersisa di
dentin, setelah mengangkatan perifer dentin lunak
• Ketika kerusakan meluas hingga lebih dari ½ jarak antara primary groove dan
puncak cusp, maka dilakukan cusp capping
• Ketika jaraknya 2/3, pengambilan cusp dan coverage biasanya diperlukan karena
risiko cusp fraktur selama fungsi oklusal
Final Tooth Preparation
Tahap akhir preparasi
1 2
Penghilangan sisa email rusak dan Perlindungan pulpa
dentin lunak pada lantai pulpa

3 4
Prosedur untuk finishing dinding Prosedur akhir debridement
eksternal (pembersihan) dan memeriksa hasil
preparasi
Menghilangkan enamel fissure menggunakan bur no. 245 dengan
kedalaman maksimum 2 mm
Jika sisanya sedikit & kecil, gunakan bur karbida
Penghilangan Lesi pada Dentin
• Menggunakan eskakavator atau bur bulat
• Tidak akan memengaruhi bentuk resistensi gigi karena bagian perifer tidak
membutuhkan perluasan lebih lanjut
• Tidak memengaruhi bentuk resistensi gigi karena akan bertumpu pada dinding perifer
pulpa ke area yang diekskavasi
• Biasanya tidak ada resistensi sekunder yang dibutuhkan untuk Kelas I Amalgam
Sudut Cavosurface

• Kemiringan cavosurface oklusal kontraindikasi dalam


preparasiuntuk restorasi amalgam
• Sudut cavosurface 90° - 100°  amalgam 80°-90° pada margin
• Pertemuan margin amalgam & enamel yang mendekati 90° akan
mengasilkan kekuatan pd keduanya.
• Amalgam cenderung pecah jika sudutnya pd margin <80°
• Transisi antara dinding eksternal dan internal harus membulat
• Preparasi harus dibersihkan setelahnya dan diinspeksi sesuai dengan konsep panduan
umum preparasi untuk restorasi amalgam
Gambar Outline Form Preparasi Kavitas Kelas 1 Amalgam
pada Gigi 24
Tahapan
1. Ekstensi dinding eksternal ke jaringan gigi yang sehat, sambil mempertahankan kedalaman dan
menyediakan bentuk resistensi & retensi
2. Outline Form mencakup pit dan fissure yang defek (karies)
3. Transisi yang tajam dan bersudut dihindari (dibuat membulat)
4. Umumnya, bentuk outline marginal gigi premolar RA seperti kupu-kupu, karena ekstensi mencakup
developmental fissure fasial dan lingual
Hal yang perlu diperhatikan
1. Mempertahankan kekuatan cusp
2. Memelihara kekuatan marginal ridge
3. Bonjol dilingkari
4. Dinding mesial dan distal sejajar dengan margin gigi mesial dan distal
5. Isthmus 1/3 (min. 2 mm dari margin)
6. Meminimalisir perluasan ke arah fasiolingual (tidak lebih dari 1-1,5 mm)
7. Kedalaman dari central fissure ke DEJ 1,5-2 mm
 Sumber : Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry 7E

Anda mungkin juga menyukai