Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN

EKONOMI DAERAH
Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah, Masalah pokok dalam
suatu proses di mana pemerintah pembangunan daerah terletak pada
daerah dan masyarakatnya mengelola penekanan terhadap kebijakan-
sumberdaya-sumberdaya yang ada kebijakan pembangunan yang
dan membentuk suatu pola kemitraan didasarkan pada kekhasan daerah
antara pemerintah daerah dengan yang bersangkutan (endogenous
sector swasta untuk menciptakan development) dengan menggunakan
suatu lapangan kerja baru dan potensi sumberdaya manusia,
merangsang perkembangan kegiatan kelembagaan, dan sumberdaya fisik
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) secara local (daerah).
dalam wilayah tersebut.

Proses pembangunan ekonomi daerah mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan


industry-industry alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan
jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar batu, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-
perusahaan baru.
Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Teori Ekonomi Neo Klasik, terdapat dua konsep pokok dalam pembangunan daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas
factor-factor produksi. Artinya system perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah jika modalnya bisa
mengalir dari daerah yang mempunyai upah yang tinggi ke daerah dengan upah yang rendah.

Teori Basis Ekonomi, factor utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan dengan permintaan barang dan
jasa dari luar daerah. Dimana pertumbuhan industry-industry yang menggunakan sumberdaya local dengan orientasi
ekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja
Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Teori local, lokasi merupakan suatu factor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini sesuai jika
dikaitkan dengan pengembangan Kawasan industry. Perusahaan cenderung meminimumkan biaya dengan cara memilih
lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar dan bahan baku.

Teori tempat sentral, terdapat hirarki tempat. Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil
yang menyediakan sumberdaya. Tempat sentral merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi
penduduk daerah yang mendukungnya.
Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Teori kausatif kumulatif,
kondisi daerah-daerah di sekitar
kota yang semakin buruk
merupakan konsep dasar dari
teori kausatif kumulatif. Teori daya Tarik industry, suatu
Kekuatan-kekuatan pasar masyarakat dapat memperbaiki posisi
cenderung memperparah pasarnya terhadap industrialisasi
kesenjangan antara daerah-daerah melalui pemberian subsidi dan insentif.
tersebut. Daerah yang maju akan
mengalami akumulasi
keunggulan kompetitif
dibandingkan daerah-daerah yang
terbelakang.
Peran Pemerintah dalam Pembangunan
Ekonomi Daerah
Entrepreneur, pemerintah daerah bertanggungjawab untuk
menjalankan suatu usaha bisnis.

Koordinator, pemerintah daerah bertindak sebagai coordinator


untuk menetapkan atau mengusulkan strategi-strategi bagi
pembangunan di daerahnya.

Fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan


melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya
masyarakat) di daerahnya.

Stimulator, pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan


pengembangan usaha melalui Tindakan-Tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah
tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada
tetap berada di daerah tersebut.
UMKM
Usaha Mikro, usaha produktif milik
Usaha Mikro Kecil Menegah, usaha orang perorangan dan/atau badan usaha
ekonomi produktif yang dimiliki yang memiliki modal usaha sampai
perorangan maupun badan usaha sesuai dengan paling banyak Rp
dengan kriteria yang ditetapkan oleh 1.000.000.000 tidak termasuk tanah dan
Undang-Undang No 20 tahun 2008 bangunan tempat usaha dengan hasil
penjualan tahunan sampai dengan
paling banyak Rp 2.000.000.000.
Penggolongan UMKM didasarkan pada
Batasan omzet pendapatan per tahun,
jumlah kekayaan asset, serta jumlah Usaha Kecil, usaha produktif milik orang
pegawai perorangan dan/atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan dan bukan cabang
Usaha Menengah, usaha produktif milik orang perorangan dan/atau yang memiliki modal usaha lebih dari Rp
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan dan bukan cabang 1.000.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000.000
yang memiliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000 sampai dengan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha usaha dengan hasil penjualan tahunan lebih
dengan hasil penjualan tahunan lebih dariRp 15.000.000.000. sampai dariRp 2.000.000.000. sampai dengan paling
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 banyak Rp 15.000.000.000
Framework pengembangan UMKM Bank
Indonesia
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dan strategis dalam
struktur perekonomian Indonesia karena memberikan sumbangan besar terhadap Produk
Domestik Bruto (61,1%), penyerapan tenaga kerja (97,1%), dan ekspor (14,4%).
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral berupaya memberikan kontribusi terbaik untuk terus
meningkatkan peran UMKM dalam perekonomian. Pengembangan UMKM yang dilakukan
Bank Indonesia diselaraskan dengan bidang tugas Bank Indonesia dan sejalan dengan visi, misi,
dan program strategis Bank Indonesia, sehingga difokuskan untuk:

1.Mendukung upaya pengendalian inflasi khususnya inflasi volatile food, yang dilakukan dari
sisi suplai;
2.Mendorong UMKM potensi ekspor dan pendukung pariwisata untuk mendukung upaya
penurunan defisit transaksi berjalan, serta;
3.Meningkatkan akses keuangan UMKM untuk mendukung stabilitas sistem keuangan.​
Kebijakan Pengembangan UMKM Bank
Indonesia
UMKM memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena memberikan
sumbangan signifikan khususnya dalam pembentukan produk domestik bruto dan
penyerapan tenaga kerja. UMKM juga dipercaya memiliki ketahanan ekonomi yang tinggi
sehingga dapat menjadi penopang bagi stabilitas sistem keuangan dan perekonomian.
Namun demikian, pengembangan UMKM masih menghadapi berbagai kendala, salah
satunya dari sisi akses keuangan.

Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan UMKM untuk menghasilkan laporan
keuangan yang menjadi alat utama lembaga keuangan menilai kelayakan kredit. Sebagai
respon atas kondisi tersebut, Bank Indonesia sebagai bank sentral berupaya untuk
memberikan kontribusi yang terbaik melalui kebijakan pengembangan UMKM dalam
meningkatkan akses keuangan. Selain itu, pengembangan UMKM BI bertujuan pula untuk
meningkatkan kapasitas dan kemampuan manajerial SDM serta inovasi dari UMKM. 
Kebijakan Pengembangan UMKM Bank
Indonesia
Ruang lingkup pengembangan produk UMKM meliputi pengembangan produk volatile
food, local economic development serta Wirausaha Bank Indonesia (WUBI). Pada aspek
percepatan akses, pengembangan didorong dari akses financial, market, knowledge network,
serta inovasi dan digitalisasi. Dukungan dari infrastruktur dan kelembagaan turut memberikan
dampak bagi pembentukan ekosistem UMKM yang optimal, diantaranya melalui dukungan
regulasi/kebijakan, keuangan inklusif, perlindungan konsumen, edukasi/literasi, model bisnis,
monitoring, dan evaluasi serta penguatan kelembagaan dan sistem informasi. 

Selain beberapa aspek tersebut, penguatan korporatisasi, penyempurnaan akurasi informasi


dan data, optimalisasi koordinasi yang intensif antar kementerian/lembaga, peningkatan
pemanfaatan inovasi dan teknologi, serta menciptakan ekosistem yang mendukung,
merupakan bagian dari faktor pendorong keberhasilan pengembangan UMKM di Indonesia
yang akan senantiasa dibangun oleh Bank Indonesia.
Kebijakan Pengembangan UMKM Bank
Indonesia
1. Memperkuat efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan BI untuk mencapai stabilitas nilai Rupiah. 
2. Memperkuat sinergi bauran kebijakan BI dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah dalam
mengelola defisit transaksi berjalan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 
3. Memperkuat kebijakan dan surveilans makroprudensial untuk turut memelihara SSK.
4. Memperkuat kebijakan BI dan sinergi dengan kebijakan pemerintah dan OJK untuk mengembangkan
ekonomi dan keuangan digital. 
5. Mengembangkan kebijakan BI yang bersinergi dengan pihak lainnya untuk mendukung pengembangan
ekonomi dan keuangan Syariah. 
6. Memperkuat kerjasama internasional untuk memperjuangkan kepentingan BI dan Republik Indonesia
Penyusunan peta jalan UMKM yang disusun oleh Bank Indonesia meliputi 4 tahapan yakni, UMKM
potensial, UMKM success/link to market and finance, UMKM go digital, serta UMKM go export. 

Anda mungkin juga menyukai