OLEH:
PROF. Dr. I DEWA GEDE ATMADJA, S.H., M.S.
FAKULTAS HUKUM
UNWAR
2018
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3.2.1 ASAS-ASAS HTN DALAM PEMBUKAAN UUD 1945
BERDASARKAN PANCASILA , SBB:
Asas-Asas HTN Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Berdasarkan Pancasila
Asas Ketuhanan Yang Maha Esa PRODUK LEGISLATIF YAKNI UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan menentukan sahnya perkawinan
menurut agamanya masing-masing.
PRODUK YUDISIAL (YUDIKATIF), UU No. 48 Tahun
2009 tentang KEKUASAAN KEHAKIMAN (VONIS
HAKIM) “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
YME”
Asas Kedaulatan Rakyat NILAI DASAR KEKUASAAN TERTINGGI BERADA DI TANGAN RAKYAT, SEHINGGA
SEGALA KEBIJAKAN & TINDAKAN PENGUASA/ PEMERINTAH HARUS
AKUNTABILITAS YAKNI DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN KEPADA RAKYAT.
Sebelum Perubahan UUD 1945, Asas Negara Hukum tercantum dalam Penjelasan UUD 1945 berbunyi “Negara
Indonesia berdasar atas hukum (Rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Konsep Negara Hukum (Rechtsstaat) dianut oleh negara-negara yang menganut sistem hukum sipil (civil law
system) seperti: Perancis, Jerman dan Belanda.
Negara dikatakan Negara Hukum menurut konsep Rechtstaat disebut juga Negara Hukum Formal apabila
memenuhi unsur-unsur, sbb:
(1) Perlindungan HAM;
(2) Pemerintahan berdasarkan atas hukum;
(3) Pembagian Kekuasaan;
(4) adanya Peradilan Administrasi/Peradilan Tata Usaha Negara.
Negara Hukum menurut konsep negara-negara yang menganut sistem hukum kebiasaan
(common law system) seperti; Inggris & negara-negara bekas jajahannya disebut konsep Rule of
Law (dipelori oleh A.V. Dicey)
(1) supremacy of law (supremasi hukum) hukum menduduki posisi tertnggi, kekuasaan tunduk pada hukum)= hukum
sebagai panglima;
(2) Equality before the law (persamaan di muka hukum) = “hukum tanpa pandang bulu”
(3) Constitution based on human rights (Konstitusi berdasarkan HAM) yakni jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia.
Catatan:
1.dicatat dalam perkembangan zaman meski unsur-unsur Ngara Hukum konsep Rechtsstaat & Rule of Law berbeda tetapi
prinsipnya sama yaitu: (a) sama-sama menganut prinsip “pembatasan kekuasaan negara” oleh aturan hukum & (b) prinsip
“perlindungan ham” di bidang sosial-politik; ekonomi, budaya dan pembanunan untuk kebahagiaan rakyat.
2.Ada 2 pengertian Negara Hukum, yaitu;
(1) Negara Hukum arti sempit =Negara Hukum Formal, fungsi atau peranan Negara hanya menjaga keamanan &
ketertiban.
(2) Negara Hukum arti luas =Negara Hukum Materiil fungsi atau peranan Negara di samping menjaga keaman &
kertetiban Negara aktif di bidang ekonomi untuk kesejahteraan rakrat disebut “Negara Kesejahteraan (Welfare State).
Contoh: ketentuan pasal-pasal/Batang Tubuh UUD Negara RI Tahun 1945 yang
menunjukan “Negara Indonesia” menganut Asas Negara Hukum, yaitu:
(1) Pasal 1 ayat (3) secara tegas menyatakan: “Indonesia adalan negara hukum”.
(2) Pasal 4 menyatakan: “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD”. Ini berarti Presiden dalam mejalankan ‘mesin’ pemerintahan wajib
mengikuti/taat pada Konstitusi”. Disebut paham
“Konstitusionalisme”.
(3) Pasal 9 mengenai sumpah Presiden & Wakil Presiden yang berbunyi:
“….memegang teguh UUD dan menjalankan segala undang-undang dan
peraturannya dengan selurus-lurusnya …”. Ini berarti Presiden & Wapres
dilarang melangar atau bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan
dlam menjalankan tugas serta wewenangnya.
(4). Pasal 27 ayat (1) menyatakan: “Segala warga negara bersamaan
kedudukanya dalam hukum dan pemerintaan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
Dari segi dasar negara Pancasila bahwa Hasil Simposium Indonesia Negara Hukum, 7
Maret 1966 di FH UI, menyimpulkan “Negara Hukum Indonesia adalah Negara
Hukum Pancasila.
Ciri-ciri khasnya:
(1) Negara RI adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila. Pancasila
sebagai dasar negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia,
menjiwai semua peraturan hukum dan pelaksanaannya.
(2) Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi, yang
mengandung persamaan di bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, kultural, dan
pendidikan.
(3) Peradilan yang bebas tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh sesuatu
kekuasaan/kekuatan lain apapun.
(4) Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
3. Asas Pembagian Kekuasaan
Asas Pembagian Kekuasaan ini tercemin dalam UUD Negara RI Tahun 1945 pada:
Pertama, Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara (Kekuasaan Eksekutif) berada di
tangan Presiden dibantu oleh Wakil Presiden (Pasal 4) dan dibantu juga oleh Menteri-
menteri Negara di bidang kementriannya masing-masing. (Pasal 17 ).
Kedua, Bab VII mengenai DPR (Kekuasaan Legislatif) & Bab VIIA mengenai DPD (Kekuasaan
Legislatif “terbatas”) karena itu UUD Negara RI Tahun 1945 dikatakan menganut “sistem
perwakilan” Bikameralisme Lunak (Soft Bicameralism) atau bikameralisme asimetris.
Ketiga, Bab IX mengenai Kekuasaan Kehakiman (Kekuasaan Judisial) berada di tangan MA &
MK [Pasal 24 ayat (2)].
Karena ketiga kekuasaan negara tersebut tidak terpisah secara prinsipial/tajam dalam bahasa
Inggris dinamakan principle of distribution of power atau division of power principle). Tujuan
Asas Pemisahan Kekuasaan untuk mencegah“absolutisme” yakni “kekuasaan pemerintahan negara
yang tidak terbatas” dalam tertib kehidupan negara (political life) dan tertib kehidupan
bermasyarakat (social life).
4. ASAS KEKELUARGAAN ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945,
menentukan:
Menurut ketentuan Pasal 28I UUD Negara RI tahun 1945 bahwa ”…hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun”.
Ini berarti aturan hukum atau perturan perundang-undangan sama sekali tidak boleh diberlakukan surut,
karena “jika suatu peraturan perundang-undangan dinyatakan berlaku surut, maka hal itu merupakan
“pelanggaran HAM yang bersifat absolut” atau pelanggara HAM yang tidak dapat dikesampingkan (Non-
derogated Human Rights)
3. 3. Asas-Asas Umum Perundang-Undangan, mencakup:
1. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali (Bahasa Latin) artinya Peraturan Perundang- Undangan yang
bersifat khusus mendesak Peraturan Perundang-Undangan yang besrifat Umum.
Contoh: (a) UU Tindak Pidana Korupsi dapat mengesampingkan KUHP dan/atau KUHAP
apabila norma hukumnya mengatur hal yang sama.
2. Asas Lex Posteriori Derogat Legi Priori, artinya Peraturan Perundang-Undangan yang baru (muncul
belakangan) mendesak Peraturan Perundang-Undangan yang lama (muncul lebih dahulu).
3. Asas Derogsi atau Lex Superior Derogat Legi Inferiori, artinya peraturan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
ASAS UU berkenaan dengan Penyelenggaraan Negara & Pemerintahan
(1) Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (KKN), menentukan “Asas-asas umum penyelenggaraan
meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum;
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
3. Asas Kepentingan Umum;
4. Asas Keterbukaan;
5. Asas Proporsionalitas;
6. Asas Profesionalitas; dan
7. Asas Akuntabilitas.
Pengertian Asas-asas Umum Penyelenggaraan, lihat dalam Penjelasan Pasal 3 UU No. 28
Tahun 1999. (Tugas individu Mahasiswa)
Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB), diatur dalam Pasal 10 UU
No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Pasal 10 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan disebutkan: Asas-asas Umum
Pemerintahan Yang Baik dalam Undang-Undang ini meliputi asas:
a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan.
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik. (Pengertiannya baca Penjelasan Pasal 10 UU Adminitrasi
Pemerintahan ini; tugas/pekerjaan rumah).
Catatan menurut Pasal 8 ayat (2) UU Administarasi Pemerintahan: “Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
dalam menggunakan wewenang wajib berdasarkan:
a. peraturan perundang-undangan; dan
b. AAUPB.
NILAI KONSTITUSI (KARL
LOWENSTEIN)
1. NILAI NOMINAL ARTINYA KONSTITUSI HANYA BERUPA
PAJANGAN DAN TIDAK BISA DILAKSANAKAN.
2. FUNGSI NORMATIF, PASAL DALAM KONSTITUSI DAPAT
DILAKSANAKAN/ DIOPERASIONALKAN
3. NILAI IDEAL, KONTITUSI MENGANDUNG CITA CITA
KAUM LIBERAL BORJUIS PERLINDUNGAN HAK–HAK
INDIVIDU.