Anda di halaman 1dari 28

Analisis Sosial [Kritis]

MAPABA PMII RAYON ZAMRONI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNNES – 2022
Paradigma Teori Analisa
• Apa yang dimaksud dengan paradigma ?
• Mengapa dan bagaimana suatu paradigma terbentuk ?
• Apa pengaruhnya terhadap bentuk teori-teori sosial ?

• Tidak ada teori sosial yang netral dan objektif, tapi bergantung pada
paradigma yang digunakan.
• Paradigma = kacamata / alat pandang
Thomas Kuhn (1922-1996) –
the structure of scientific revolution (1962)
“Satu kerangka referensi atau pandangan
dunia yang menjadi dasar keyakinan atau
pijakan suatu teori.”
Berkembangnya suatu paradigma erat
kaitannya dengan seberapa jauh
paradigma mampu melakukan konsolidasi
dan mendapat dukungan dari beberagai
usaha penelitian, penerbitan,
pengembangan dan penerapan kurikulum
oleh masyarakat pendukung.
“a world view, a general perspective, a way of breaking down the
complexity of the real world” – Michael Quinn Patton (1945-…)
• Konstelasi teori, pertanyaan, pendekatan, dalam rangka memahami
kondisi sejarah dan keadaan sosial untuk memberikan kerangka konsepsi
makna realitas sosial.
• Pijakan dalam melihat realitas, memiliki kemampuan membentuk apa
yang kita lihat, bagaimana cara kita melihat, apa yang dianggap masalah,
apa masalahnya, dan bagaimana kita menggunakan metode yang kita
gunakan dalam meneliti dan betindak.
• Paradigma mempengaruhi apa yang kita pilih, kita lihat, dan kita ketahui.
Oleh sebab itu, jika ada dua orang melihat suatu realitas sosial yang sama,
membaca sebuah kitab suci yang sama, akan menghasilkan pandangan
berbeda, menjatuhkan penilaian dan sikap yang berbeda pula.
• Paradigma juga mempengaruhi pandangan seseorang tentang apa yang
adil dan apa yang tidak adil. Paradigma mempengaruhi teori tentang
baik buruknya suatu program.
• Dominasi suatu paradigma terhadap paradigma yang lain bukan urusan
“salah benar”, namun disebabkan karena pendukung paradigma yang
menang memiliki kekuatan dan kekuasaan dari pengikut paradigma
yang dikalahkan.
• Dalam memahami dipilih-terapkannya suatu aliran teori, erat dengan
kekuasaan penganut pardigma tersebut.
• Dominasi atau berkuasanya suatu teori sosial adalah karena teori
tersebut merupakan hasil atau dibentuk oleh paradigma tertentu – ada
kaitannya dengan kekuatan dan kekuasaan bagi penganut teori tersebut
– dan tidak ada sangkut-pautnya dengan kebenaran teori tersebut.
Lantas pertanyaannya mengapa dan bagaimana cara
kita memilih satu paradigma atau teori sosial tertentu?
Sikap yang diperlukan
• Mempelajari paradigma dan teori sosial tidak sebatas sekadar untuk
memahami saja.
• Dipelajari dalam rangka menegakkan komitmen untuk proses
transformasi emansipasi & keadilan sosial.
• Pilihan paradigma dan teori sosial ditentukan berdasarkan sejauh mana
paradigma dan teori sosial tersebut dapat berakibat pada penciptaan
emansipasi dan struktur sosial yang lebih adil.
• Pemihakan tidak dapat dihindarkan.
• Memilih paradigma dan teori dalam analisis sosial adalah pemihakan
terhadap mereka yang dimarjinalkan, diliyankan, disubordinasikan,
dibungkam, ditindas, diopresi.
Paradigma-Paradigma Ilmu Sosial
• Habermas membagi menjadi tiga paradigma
• Pertama : Instrumental Knowledge (Positivistik)
• Kedua : Interpretative Knowledge
• Ketiga : Critical Knowledge

• Paulo Freire membagi berdasarkan kesadaran masyarakat


• Pertama : Kesadaran Magis
• Kedua : Kesadaran Naif
• Ketiga : Kesadaran Kritis
Jürgen Habermas (1929-….)
A. Positivistik
• Pengetahuan dimaksudkan untuk menaklukkan dan mendominasi
objeknya. Paradigma instrumental juga kadang disebut paradigma
positivisme.
• Meminjam—pandangan, metode, dan teknik—ilmu alam dalam
memahami realitas, bersifat pasti. Fixed law.
• Berasumsi bahwa penjelasan bersifat universal, artinya cocok atau
appropriate untuk semua, kapan saja, di mana saja suatu fenomena sosial.
• Riset sosial harus didekati dengan metode ilmiah; obyektivitas, netral, dan
bebas nilai.
B. Interpretative
• Hanya dimaksudkan untuk memahami secara sungguh-sungguh
• Dasarnya adalah hermeneutika dan fenomenologi
• “Biarkan fakta bicara atas nama dirinya sendiri”
• Objektivisme dalam analisis sosial: ingin memahami kenyataan sosial
menurut apa adanya
• Etnografi dalam kalangan antropolog arus utama
C. Kritis
• Emansipatoris: Proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari
segenap ketidakadilan.
• Ilmu pengetahuan tidak boleh bersiat netral
• Memperjuangkan pendekatan holistik
• Teori sosial yang memihak dan mengemansipasi masyarakat dalam
pengalaman kehidupan mereka sehari-hari
• Positivisme percaya bahwa rakyat tidak mampu memecahkan masalah mereka
sendiri, perubahan sosial harus didesain oleh ahli, bukan rakyat, dan
dilaksanakan oleh para teknisi.
• Dalam paradigma positivisme, rakyat adalah masalah dan hanya para ahli yang
berhak untuk memecahkannya.
• Sebaliknya, pandangan paradigma kritik menempatkan rakyat sebagai subjek
utama perubahan sosial. Rakyat harus diletakkan sebagai pusat proses
perubahan dan penciptaan maupun mengontrol pengetahuan mereka.
• Kritik terhadap positivisme dilontrakan karena pengetahuan tersebut
menciptakan dominasi yang irasional dalam masyarakat modern.
• Ilmu sosial harus mampu memungkinkan setiap orang untuk memberikan
partisipasi dan kontribusinya.
• Pentingnya subjektivitas manusia (pemihakan) dalam teori sosial kritis.
• Legitimasi terhadap ilmu sosial yang membebaskan, yang tidak dianggap ilmiah.
• Paradigma kritik merupakan kritik terhadap paradigma positivistik dan interpretative.
Paulo Freire (1921 – 1997)
• Berbicara bukan hanya kritik terhadap dunia pendidikan,
namun juga paradigma perubahan sosial.
• Dipengaruhi oleh gramsci. “Peperangan terpenting abad ini adalah ideologi
yang disebut dengan proses hegemoni”
• Tugas teori sosial menurut freire adalah melakukan apa yang disebut sebagai
conscientizacao atau proses penyadaran terhadap sistem dan struktur yang
menindas, proses dehumanisasi—melalui kekerasan maupun penjinakan
yang halus—yang bersifat struktural dan sistemik.
• Tema pokoknya adalah pendidikan sebagai “proses memanusiakan manusia”
• Freire membagi menjadi tiga kerangka besar—didasarkan pada pandangan
terhadap tingat kesadaran masyarakat. Bagaimana kesadaran tersebut dan
kaitannya dengan sistem pendidikan.
A. Kesadaran magis
• Kesadaran yang tidak mampu mengetahui hubungan atau kaitan antara
satu faktor dengan faktor lainnya
• Mengarahkan penyebab masalah dan ketidakberdayaan dengan faktor di
luar manusia, baik natural maupun super natural.
• “Jika proses analisis tersebut tidak mampu mengaitkan antara sebab-akibat
suatu masalah sosial, proses analisis tersebut dikategorikan “fatalistik””
• Teori sosial masuk dalam kategori ini jika teori yang dimaksud tidak
memberikan kemampuan analisis, kaitan antara sistem dan struktur
terhadap satu permasalahan sosial masyarakat.
• Masyarakat secara dogmatik menerima kebenaran dari teoritisi sosial tanpa
ada mekanisme untuk memahami makna ideologi setiap konsepsi atas
kehidupan sosial masyarakat.
B. Kesadaran Naif
• Melihat “aspek manusia” sebagai akar penyebab masalah masyarakat.
• Etika, kreativitas, “need for achievement” dianggap sebagai penentu
dalam perubahan sosial.
• Man power development adalah sesuatu yang diharapkan akan
menjadi pemicu perubahan
• Tidak mempertanyakan bentuk sistem dan struktur, bahkan sudah
benar dan merupakan faktor given. Taken for granted
• Bertugas membuat masyarakat sesuai dengan sistem yang sudah ada.
C. Kesadaran Kritis
• Melihat sistem dan struktur sebagai sumber masalah
• Menganalisis secara kritis stuktur dan sistem sosial, politik, ekonomi dan
budaya—dan bagaimana kaitan tersebut berakibat pada keadaan
masyarakat.
• Memberikan ruang kepada masyarakat untuk mampu mengidentifikasi
“ketidakadilan” dalam sistem dan struktur yang ada,
• Menganalisis bagaimana sistem dan struktur itu bekerja, dan bagaimana
mentransformasikannya.
• Tugas teori sosial dalam pradima krtis adalah menciptakan ruang dan
kesempatan agar masyarakat terlibat dalam suatu proses dialog “penciptaan
struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik atau lebih adil”
• Transformatif Emansipatoris
Analisa Sosial
• Usaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang situasi
sosial, hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis, sehingga
memungkinkan menangkap dan memahami realitas yang sedang dihadapi.
• Mirip dengan sebuah "penelitian akademis" yang berusaha menyingkap
suatu hal atau aspek tertentu.
• Bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha
membongkar apa yang terjadi sesungguhnya, bahkan menjawab mengapa
demikian, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan
pengaruh kepada kejadian tersebut.
• Lebih dari itu, seyogyanya mampu memberikan prediksi ke depan:
kemungkinan apa yang tetjadi.
Batas dan Wilayah Analisa Sosial
• Bukan kegiatan monopoli intelektual, akademisi, atau peneliti. Siapapun
dapat melakukan analisa sosial.
• Tidaklah bebas nilai.
• Memungkinkan kita bergulat dengan asumsi-asumsi kita, mengkritik, dan
menghasilkan pandangan-pandangan baru.
• Sistem-sistem yang beroperasi dalam suatu masyarakat.
• Dimensi-dimensi obyektif masyarakat (organisasi sosial, lembaga-lembaga
sosial, pola perilaku, kekuatan-kekuatan sosial masyarakat)
• Dimensi-dimensi subyektif masyarakat (ideologi, nalar, kesadaran, logika
berpikir, nilai, norma, yang hidup di masyarakat).
Pendekatan dalam Analisa Sosial
• Historis: mempertimbangkan konteks struktur yang saling berlainan
dari periode-periode berbeda, dan tugas strategis yang berbeda
dalam tiap periode.
• Struktural: menekankan pentingnya pengertian tentang bagaimana
masyarakat dihasilkan dan dioperasikan, serta bagaimana pola
lembaga-lembaga sosial saling berkaitan dalam ruang sosial yang ada.
Siapa Pelaku Analisa Sosial
• Semua pihak atau pelaku sosial yang menghendaki untuk
mendekati dan terlibat langsung dengan realitas sosial.
• Mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan
merupakan pihak yang paling kaya dengan data dan informasi.
Justru analisis yang dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat
tersebut akan lebih berpeluang mendekati kebenaran.
Orientasi Analisa Sosial
• Didedikasikan dan diorientasikan untuk keperluan perubahan.
• Watak mengubah yang dihidupkan dalam proses identifikasi. Justru
karena itu pula, maka menjadi jelas bahwa analisa sosial merupakan
salah satu titik simpul dari proses mendorong perubahan.
• Analisa sosial akan menghasilkan peta yang memberikan arahan dan
dasar bagi usaha-usaha perubahan.
Prinsip-pinsip Analisa Sosial
• Analisa sosial bukan suatu bentuk pemecahan masalah, melainkan hanya diagnosis (pencarian
akar masalah), yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, karena
analisa sosial memberikan pengetahuan yang lengkap, sehingga diharapkan keputusan atau
tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat.
• Analisa sosial tidak bersifat netral, selalu berasal dari keberpihakan terhadap suatu keyakinan.
Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang diambil dalam proses
melakukan analisa. Karena pernyataan di atas, maka analisa sosial dapat digunakan oleh
siapapun.
• Analisa sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah; tendensi untuk menggunakan
gambaran yang diperoleh dari analisa sosial bagi keperluan tindakan-tindakan mengubah, maka
menjadi sangat jelas bahwa analisa sosial berposisi sebagai salah satu simpul dan siklus kerja
transformasi.
• Analisa sosial selalu menggunakan ‘tindakan manusia’ sebagai sentral atau pusat dalam melihat
suatu fenomena nyata.
Signifikansi Analisa Sosial
• Untuk mengidentifikasikan dan memahami persoalan-persoalan yang
berkembang (ada) secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna
untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana
yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan.
• Akan dapat dipakai untuk mengetahui potensi yang ada (kekuatan dan
kelemahan) yang hidup dalam masyarakat.
• Dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat
yang paling dirugikan (termasuk menjawab mengapa demikian).
• Dari hasil analisa sosial tersebut dapat proyeksikan apa yang mungkin akan
terjadi, sehingga dengan demikian dapat pula diperkirakan apa yang harus
dilakukan.
Tahap-tahap Analisa Sosial
• Posisi dan orientasi: dalam tahap ini, pelaku analisa perIu
mempertegas dan menyingkap motif serta argumen (ideologis) dari
tindakan analisa sosial.
• Pengumpulan dan penyusunan data: tujuan dan maksud dari tahap
ini, agar analisa memiliki dasar rasionalitas. Ujung dari pengumpulan
data adalah suatu upaya untuk merangkai data, dan menyusunnya
menjadi deskripsi suatu persoalan.
• Tahap analisa: pada tahap ini, data yang telah terkumpul diupayakan
untuk dicari atau ditemukan hubungan diantaranya.
Model Telaah dalam Analisa Sosial
• Telaah Historis. Dimaksudkan untuk melihat ke belakang.
• Telaah Struktur. Struktur yang akan dilihat adalah: ekonomi (distribusi sumberdaya); politik
(bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial (bagaimana masyarakat mengatur hubungan di luar
politik dan ekonomi); dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).
• Telaah Nilai. Penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam
masyarakat, mengapa demikian, dan siapa yang berkepetingan dengan pengembangan nilai-
nilai tersebut.
• Telaah Reaksi. Melihat reaksi yang berkembang.
• Telaah Masa Depan. Tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau
meramalkan, apa yang terjadi selanjutnya.
Bagaimana Hasil Analisa Sosial
• Apakah hasil kesimpulan dari analisa sosial bersifat final? tentu saja
tidak. Karena hasil dari analisa tersebut dapat dikatakan hanya
merupakan kebenaran tentatif, yang bisa berubah sesuatu dengan
fakta atau data dan temuan-temuan yang baru.
• Bersifat dinamis, terus bergerak, memperbarui diri, dikaji ulang dan
terus harus diperkuat dengan fakta-fakta pendukung.
• Hasil analisa bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran tunggal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai