Definisi... “Islam Nusantara” atau “Islam di Nusantara”? Penguatan paradigma berpikir, bukan sekedar identifikasi atas realitas model-model keberislaman di Nusantara “Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia” (Azra, 2010). Islam Nusantara adalah gerakan sosial meneguhkan identitas keberislaman khas Nusantara sekaligus counter discourse terhadap revivalisme, radikalisme, dan islamisme. Nama baru dari gagasan lama? Gagasan “pribumisasi Islam” sebagai inspirasi. NU secara kelembagaan mendesakkannya ke ruang publik sebagai diskursus terbuka. Sistematisasi paradigma, bukan sekedar ideologisasi gagasan. Konteks Gagasan Membuncahnya gejala religious conservative turn sejak 1998. Menguatnya islamic revivalism, puritanisme, agenda purifikasi keagamaan yang menjadi ancaman serius bagi kohesivitas sosial keagamaan masyarakat di Nusantara. Dalam konteks NU, itu ancaman bagi integritas dan kedaulatan praxis keislaman tradisional. Menguatnya tendensi radikalisme yang melambari aneka kekerasan religius di lingkup internal Muslim maupun antarumat beragama. Maraknya anasir islamisme pasca-1998 yang merongrong kebhinekaan dan NKRI. Stigmatisasi... Islam Nusantara, ajaran baru yang sesat-menyimpang karena melokalisasi Islam, sinkretisme baru yang mencampur-adukkan ajaran Islam dengan varian kultur lokal? Islam Nusantara, agenda pemikiran yang menolak ke- Arab-an, antitesis terhadap Islam Arab? Anti-Arab? Islam Nusantara, gagasan yang mendorong umat terjatuh dalam kejumudan, antikemajuan? Islam Nusantara, buah infiltrasi Syi’ah dan Yahudi serta penyusupan anasir liberal plus komunisme di struktur NU dan kalangan Nahdliyyin? Skema Ontologis... Allah swt. Sebagai realitas, Islam Nusantara adalah niscaya. Buah logis-kausal dari proses Ahistoris, absolut, tak terbatas dialektika tanpa henti antarhakikat kebenaran. Manusia dengan segenap historical situatedness masing- masing menjadi penentu dalam memproduksi dan/atau al-Qur’an mereproduksi kebenaran –- dan al-Sunnah kebenaran pun menjadi beragam. Historis, terbatas, final, tunggal, univokal – era Nabi saw. Historis, plural, beruba-ubah, multivokal, relatif Agama
keberislaman khas Nusantara berhulu pada nilai- nilai kemanusiaan universal tapi dengan manifestasi partikular, seperti kebebasan, keadilan, kesetaraan, kebaikan, dst.. Sebagai praxis sosial, prinsip-prinsip etik yang patut disematkan sebagai basis ialah Empati, toleransi, amar ma’ruf nahi munkar, liberasi, keadilan, kepedulian, nirkekerasan, dialog, dan kerja sama lintas agama. Kerangka Epistemologis...
Dalam konteks Islam Nusantara ala NU, kerangka
epistemologisnya merujuk pada lima Fikrah Nahdliyyah (Keputusan MUNAS Alim Ulama NU No. 02/Munas/VII/2006 tentang Bahtsul Masail Maudlu'iyyah Fikrah Nahdliyah), yakni pola pikir yang (1) toleran (tasamuhiyyah), (2) moderat (tawasuthiyyah), (3) reformatif (ishlahiyyah), (4) dinamis (tathawwuriyyah), dan (5) metodologis (manhajiyyah). Kerangka metodologisnya bertolak dari urgensi integrasi dan interkoneksi keilmuan dengan pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan juga transdisipliner. Terima Kasih...